Berita Internasional

Wuhan Kembali Diserang Covid-19, Tes Corona Besar-besaran Sampai Digelar hingga Warga Panik

Kota Wuhan, China kembali jadi sorotan kembali atas kasus Covid-19 yang kembali mewabah ke wilayah itu.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AFP/HECTOR RETAMAL
Para staf di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China, Sabtu (25/1/2020), menggunakan pelindung khusus, untuk menghindari serangan virus corona yang mematikan. 

TRIBUNJAMBI.COM - Kota Wuhan, China kembali jadi sorotan kembali atas kasus Covid-19 yang kembali mewabah ke wilayah itu.

Bahkan Pemerintah Wuhan, Provinsi Hubei, China akan segera melakukan tes besar-besaran kepada seluruh populasi karena kemunculan kasus Covid-19 varian baru.

Seperti dilansir dari BBC, Kota Wuhan, pertama melaporkan kasus virus corona, memiliki 7 kasus Covid-19 lokal saat ini.

Ini juga merupakan penularan lokal pertama di Wuhan setelah lebih dari setahun.

Wilayah dengan 11 juta penduduk itu menjadi sorotan usai virus corona pertama kali terdeteksi di sana pada 2019.

Aktivitas Kota Wuhan pasca dibuka kembali setelah lockdown
Aktivitas Kota Wuhan pasca dibuka kembali setelah lockdown (AFP / Hector RETAMAL)

Saat ini, China juga mengalami lonjakan infeksi dengan 300 kasus terdeteksi dalam 10 hari.

Seperti mengutip Tribunnews.com di artikel berjudul Kasus Corona Muncul Lagi, Wuhan akan Lakukan Tes Covid-19 kepada Seluruh Populasi, sekitar 15 provinsi telah melaporkan kemunculan kasus Covid-19 baru.

Pemerintah China pun langsung meluncurkan program tes Covid-19 massal dan lockdown.

Bahkan pemerintah mengaitkan kenaikan kasus infeksi ini dengan varian baru bernama Delta yang kini telah menyebar di hampir semua negara di dunia dan musim liburan domestik.

Seperti yang diketahui pada Selasa, China melaporkan 90 kasus Covid-19 baru.

Komisi Kesehatan Nasional mengatakan, bahwa 61 di antaranya ditularkan secara lokal, naik dari 55 kasus lokal sehari sebelumnya.

Penyebaran infeksi Covid-19 yang terjadi saat ini, pertama kali terdeteksi dari pekerja di Bandara di Nanjing.

Pihak berwenang juga melakukan pengujian kepada 9,2 juta penduduk Nanjing sebanyak pula tiga kali dan memberlakukan lockdown.

Namun selama akhir pekan ini, banyak pula kasus Covid-19 baru muncul dari tujuan wisata populer Zhangjiajie di Provinsi Hunan.

Wisatawan dari Nanjing ini diperkirakan telah mengunjungi kota itu baru-baru ini.

Pejabat kesehatan juga menduga klaster ini muncul dari sebuah teater di Zhangjiajie.

Sekarang otoritas ini berusaha melacak sekitar 5.000 orang yang menghadiri pertunjukan itu yang kemudian akan melakukan perjalanan kembali ke kota asal mereka.

"Zhangjiajie sekarang telah menjadi titik nol baru untuk penyebaran epidemi China," ujar Zhong Nanshan, seorang pakar penyakit pernapasan terkemuka China.

Warga Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah, membeli bahan kebutuhan di supermarket Selasa (3/8/2021), ketika pihak berwenang akan melakukan uji Covid-19 terhadap seluruh warga kota itu.
Warga Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah, membeli bahan kebutuhan di supermarket Selasa (3/8/2021), ketika pihak berwenang akan melakukan uji Covid-19 terhadap seluruh warga kota itu. (AFP)

Kasus penularan lokal baru ini juga telah mencapai Ibu Kota Beijing.

Inggris: Program Vaksinasi Mungkin Berlanjut karena Kemanjuran Vaksin Berkurang Seiring Waktu

Ilmuwan Inggris juga mengatakan bahwa perlindungan dari vaksin terhadap virus corona dan mutasi yang lebih kuat kemungkinan besar akan berkurang seiring berjalannya waktu.

Sehingga, pada program vaksinasi Covid-19 ini akan berlanjut selama bertahun-tahun yang akan datang.

"Sangat mungkin bahwa vaksin yang menginduksi kekebalan terhadap infeksi SARS-CoV-2, dan penyakit yang berpotensi parah (tetapi mungkin pada tingkat yang lebih rendah) akan berkurang seiring waktu," bunyi pada ringkasan dari dokumen yang dipertimbangkan oleh Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Keadaan Darurat (SAGE), dikutip dari Reuters.

SAGE juga merupakan kelompok penasihat pemerintah Inggris terkait pandemi Covid-19.

"Oleh karena itu, kemungkinan akan ada program vaksinasi terhadap SARS-CoV-2 selama bertahun-tahun yang akan datang."

"Tetapi saat ini kami tidak tahu frekuensi optimal yang diperlukan untuk vaksinasi ulang guna melindungi mereka yang rentan dari Covid-19," bunyi dari laporan itu.

Dokumen bertajuk "How long will vaccines continue to protect against COVID?" ditulis oleh ahli virus dan epidemiolog terkemuka dari Imperial College London, Universitas Birmingham, dan Public Health England.

Diketahui Inggris sedang menggunakan tiga jenis vaksin untuk program vaksinasi nasional.

Diantaranya Oxford-AstraZeneca, Pfizer-BioNTech, dan Moderna.

Baca juga: KPK Lanjut Periksa Empat Saksi terkait Kasus Suap RAPBD Provinsi Jambi 2018

Baca juga: Target Vaksinasi Belum Tercapai, Mashuri Akui Masyarakat Belum Antusias dan Kurang Sosialisasi

Berdasarkan data, vaksin ini 95% ini efektif melindungi dari Covid-19 dan varian Alpha yang mendominasi kasus corona di Inggris pada awal 2021 lalu, menurut ilmuwan.

Kendati demikian, kemampuan dari vaksin ini juga untuk melindungi dari infeksi dan penularan selanjutnya lebih rendah.

Para ilmuwan turut mengatakan, mungkin efektivitas vaksin terhadap penyakit parah tetap tinggi, namun perlindungan dari gejala ringan dan infeksi dapat menurun seiring waktu.

Israel malah justru telah meluncurkan program vaksinasi ketiga pertama di dunia.

Vaksin dosis ketiga ini juga ditujukan untuk para lansia 60 tahun ke atas.

Mereka akan disuntik dengan Pfizer-BioNTech untuk mencegah dengan masifnya penyebaran varian Delta.

Sejak munculnya varian Delta, Kementerian Kesehatan Israel dua kali turut melaporkan penurunan kemanjuran vaksin terhadap infeksi dan sedikit penurunan perlindungannya terhadap penyakit parah.

Dalam laporan terpisah kepada pemerintah Inggris pada 22 Juli, para ilmuwan mengatakan ada "kemungkinan realistis" bahwa akan muncul strain baru yang dapat menyebabkan penyakit parah atau mengurangi kemanjuran vaksin saat ini.

Penerbangan dan perjalanan kereta juga ditangguhkan

Seperti mengutip Kompas.tv, China menangguhkan penerbangan dan perjalanan kereta, turut membatalkan pertandingan liga basket profesional dan mengumumkan tes Covid-19 massal di Wuhan pada Selasa (3/8/2021).

Semua langkah ini ditempuh lantaran varian Delta telah mencapai kota yang mendeteksi pertama kali virus Corona pada akhir 2019 lalu itu.

Melansir Associated Press, meskipun jumlah dari total kasus Covid-19 masih di angka ratusan, namun juga penyebarannya jauh lebih luas ketimbang yang pernah ditangani China sejak awal pandemi yang melumpuhkan Wuhan pada awal 2020.

Dulu, China juga langsung meredam penyebaran Covid-19 dengan melakukan lockdown di wilayahnya secara segera dan tes Covid-19 massal pun dilakukan untuk mengisolasi orang-orang yang terinfeksi bilamana kasus baru muncul.

Sebagian besar kasus tak menyebar keluar kota atau provinsi.

Tapi kali ini, kasus Covid-19 ini dikonfirmasi tersebar di lebih dari 35 kota di 17 provinsi China. China sendiri memiliki 33 provinsi dan wilayah.

Kota Nanjing dan Yangzhou telah membatalkan seluruh penerbangan domestik, dan Beijing telah menghentikan operasional kereta jarak jauh dari 23 stasiun.

Asosiasi Bola Basket China juga menangguhkan pertandingan liga profesional putranya.

Wuhan, ibu kota provinsi yang dihuni 11 juta orang di China tengah, menjadi kota yang melakukan tes Covid-19 massal terbaru.

Sebanyak 3 kasus terkonfirmasi di Wuhan pada Senin (2/8/2021). Ketiga kasus ini merupakan kasus Covid-19 non-impor yang terjadi selama lebih dari setahun.

Komisi Kesehatan Nasional menyatakan pada Selasa (3/8/2021), ketiga kasus di Wuhan termasuk dalam 90 kasus baru yang dikonfirmasi secara nasional pada hari sebelumnya.

Dari jumlah itu, 61 kasus menyebar secara lokal dan 29 kasus lainnya dilaporkan berasal dari mereka yang baru kembali dari luar negeri.

Sebagian besar kasus terjadi di provinsi Jiangsu.

Wabah bermula di bandara Nanjing, ibu kota provinsi, dan telah menyebar ke bagian lain di provinsi.

Pihak berwenang melaporkan 45 kasus baru, 5 di Nanjing dan 40 lainnya di kota Yangzhou.

Yangzhou terletak sekitar 105 kilometer dari Nanjing, dan tes putaran kedua tengah digelar di kota itu.

Sejumlah kecil kasus juga ditemukan di 5 provinsi lain dan kota Beijing dan Shanghai.

Di kota terbesar China di Shanghai, seorang sopir yang bekerja di salah satu dari 2 bandara utama di kota itu, terbukti positif.

Sementara, Beijing melaporkan total 5 kasus.

Wabah Nanjing, yang berdasarkan pelacakan merupakan varian Delta, merupakan sumber kasus di sebagian besar wilayah lain.

Sementara, wabah varian Delta di 2 tempat lain berkaitan dengan negara tetangga Myanmar, yang mengalami lonjakan kasus Covid-19.

Wabah di Zhengzhou, kota yang dilanda banjir yang menewaskan sekitar 300 orang pada bulan lalu, dimulai dengan kembalinya warga dari Myanmar melalui udara.

Wabah ketiga ini bocor ke provinsi Yunan melalui perbatasannya dengan Myanmar.

Para ilmuwan pemerintah menyatakan, vaksin China kurang efektif melawan varian baru Covid-19, kendati tetap memberikan perlindungan.

Pemerintah hanya memberikan vaksin China bagi warganya.

Sejauh ini, pihak berwenang mencatat telah memberikan lebih dari 1,6 miliar dosis vaksin.

Warga Serbu Pusat Perbelanjaan

Mengutip Kompas.com, Warga Wuhan dilaporkan melakukan panic buying setelah kasus lokal Covid-19 kembali menghantam mereka.

Penduduk setempat mulai menyerbu supermarket terdekat, karena munculnya infeksi lokal membuat mereka berada dalam ancaman lockdown.

Pengetesan massal dilakukan di ibu kota Provinsi Hubei itu setelah pada Senin (2/8/2021), mereka menemukan tujuh kasus lokal di kalangan pekerja migran.

Wuhan, kota yang pertama mendeteksi pada akhir 2019, tidak melaporkan infeksi lokal sejak pertengahan Mei tahun lalu.

Keberhasilan mereka salah satunya penerapan lockdown selama 76 tahun, yang mengejutkan namun ditiru oleh dunia.

Karantina wilayah besar-besaran itu juga terjadi di seluruh China, membuat transmisi domestik menjadi nol, dan pelan-pelan berdampak positif ke ekonomi.

Tetapi, varian Delta menyerang "Negeri Panda", dengan kasus meningkat di setidaknya 20 kota dan puluhan provinsi.

Sembilan petugas kebersihan di Bandara Nanjing diyakini menjadi penyebab munculnya reaksi berantai 414 kasus dalam dua pekan terakhir.

Alarm lockdown

Seperti dilansir The Sun Selasa (3/8/2021), Komisi Kesehatan Nasional China turut mengumumkan ada 90 kasus virus corona di seluruh penjuru negeri.

Sebagai langkah dari pencegahan, jutaan penduduk di 20 kota tersebut diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah.

Transportasi domestik pun ditutup, dengan tes yang masif dihelat.

Tempat wisata itu juga ditutup saat puncak liburan musim panas.

Penduduk Wuhan pun sudah bersiap jika saja mereka kembali dikarantina dengan melakukan panic buying di supermarket.

Pejabat setempat juga menyatakan, mereka bakal memastikan warga tidak panik, sembari menjaga harga dan pasokan kebutuhan tetap stabil.

Baca juga: KPK Lanjut Periksa Empat Saksi terkait Kasus Suap RAPBD Provinsi Jambi 2018

Baca juga: Kasus Covid-19 Tinggi, Tiga Kecamatan di Bahar Group Disekat Sampai 12 Agustus

(*)

Berita lainnya seputar Wuhan

Berita lainnya seputar Covid-19

SUMBER: TRIBUN KALTIM

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved