Kopassus

Sandi Rahasia Kopassus yang Remeh Temeh, Namun Sekali Disebut Prajurit Komando Langsung Siap Tempur

Tapi jangan salah, meski terdengar remeh temeh, saat seorang prajurit Kopassus mendengarnya akan langsung siap.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
kolase/tribunjambi.com
Pasukan Kopassus 

Agar tidak bertele-tele, Tim Susi diputuskan sebagai Nanggala 2 dan Karsayudha yang beroperasi di Irian Jaya diberi kode Nanggala 1.

Jauh sebelumnya, dalam Perjuangan Pembebasan Irian Barat Agustus 1962.

Baca juga: Pesan Berantai Dapat Bantuan PPKM Hanya Dengan Bagikan Link di WhatsApp Dipastikan Hoaks

Baca juga: Rekomendasi Hidangan Hari Raya Idul Adha, Resep Gulai Kambing Tanpa Santan

Baca juga: Tips Menjadi Kaya Dengan Menabung Ala Orang Jepang Menggunakan Teknik Kakebo

RPKAD telah menyusupkan para pasukan komandonya untuk menyusup di sebelah barat Hollandia (Jayapura).

Mereka dikirim menggunakan kapal selam kelas Whiskey buatan Soviet milik ALRI.

Guna mendukung kebutuhan Kolonel Inf Dading Kalbuadi sebagai Komandan Operasi Flamboyan dalam melancarkan operasi intelijen tempur di Timtim, Brigjen TNI Yogie, lagi-lagi membentuk tim intelijen tempur bernama Nanggala.

Terbentuklah Nanggala 3 (Tim Tuti) dan Nanggala 4 (Tim Umi). Masing-masing dipimpin Mayor Inf Tarub dan Mayor Inf Sofian Effendi.

Anggotanya dihimpun dari Grup 4 di Cijantung. Jadi, baik Nanggala 1, 2 maupun 3 telah beroperasi di Timtim sejak sebelum dimulainya Operasi Seroja yang merupakan operasi militer terbuka.

Grup 1 dibawah pimpinan Letkol Inf Soegito, yang melaksanakan serbuan linud di Dili 7 Desember 1975.

Sedangkan Grup 1 dipimpin Mayor Inf Kuntara, Wakil Komandan Grup 1 yang melakukan kegiatan intelijen dari perbatasan Timtim sejak September 1975, adalah Nanggala 5.

Nanggala 6 Grup 2 dari Magelang, bertugas melakukan pembersihan di sekitar Dili.

Nanggala 7 dioperasikan di Kalimantan Barat, semntara Nanggala 8 diterjunkan di Suai tanggal 4 Februari 1976.

Jika Nanggala 10 sampai 13 dioperasikan di Timtim, Nanggala 9, 14 dan 20 dioperasikan di Irian Jaya.

Mayor Inf Sofian Effendi memimpin Nanggala 16 di Aceh yang kemudian disusul Nanggala 27 dipimpin Kapten Inf Sutiyoso.

Salah satu peran penting Nanggala 28 pimpinan adalah mengoordinasikan pasukan yang beroperasi di Maubessie Kecil, Sektor Tengah.

Dalam penyergapannya, Nanggala 28 berhasil menewaskan Nikolau Lobato, Presiden Republik Demokrasi Timor Leste pada tanggal 30 Desember 1978.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved