VIDEO Akademisi Universitas Jambi, Dr Tedjo Sukmono: Hampir Semua Jenis Ikan Ada di Jambi

Di Jambi unik, punya dataran tinggi dan dataran rendah, hampir semua jenis ikan itu ada. Di Jambi ada Danau Gunung Tujuh, itu tertinggi di Asia Tengga

Tribun: Kekayaan ikan tawar di Jambi belum banyak dieksplor, diangkat ke permukaan untuk kesejahteraan masyarakat. Bagaimana Bapak sebagai iktiolog melihat potensi ini dan mengomunikasikan kepada masyarakat dan pemangku kebijakan?

Tedjo: Di Jambi ada beberapa pedagang ikan hias alam. Mereka mengirim ke Jakarta, Bogor, bahkan Singapura. Sudah ada pedagangnya, bahkan sudah ada pekerja-pekerja yang mengumpulkan dari berbagai tempat. Tapi belum ada yang secara khusus menangkarkan ikan-ikan khas Jambi.

Misalnya, di lahan gambut ada sekitar 100 spesies ikan dan ada beberapa yang berpotensi sebagai ikan hias. Misalnya, gurami cokelat, seluang sri gunting dan jenis seluang lainnya, ikan tilan, yang sangat eksotik jadi ikan di akuarium. Di lahan gambut juga jadi habitat ikan toman, ikan betok, sampai ikan cupang.

Sekarang bagaimana bisa terkoneksi dengan pembeli. Tapi di Jambi ini terkenal dengan pemasok ikan hias alam, terutama ikan Sumatra, ikan botia, dan beberapa jenis udang.

Tribun: Bagaimana mengangkat potensi ikan air tawar ini untuk mengopimalkan wisata?

Tedjo: Ada konsep bussines tourism. Kalau di laut konsepnya bisa snorkeling atau diving, di danau dengan spot mancing. Kita bisa dengan cara membuat display ikan air tawar di sekitar geopark, dengan membuat habitat buatan dan membuat narasi.

Tribun: Perlu tidak aturan hukum yang mendukung konservasi di masyarakat?

Tedjo: Ini yang masih sering disalah kaprah. Ada dua istilah penebaran benih. Ada yang namanya introduksi, dan ada yang namanya restocking. Intorudksi, misalnya, bukan habitat ikan patin tapi dimasukkan ikan patin, itu banyak potensi gagalnya, juga bisa menjadi pesaing atau ancaman ikan-ikan di sana. Saran saya, jika hendak menebar benih, melihat dulu jenis ikan apa yang ada di sana, itu namanya restocking. Tingkat keberhasilannya lebih tinggi, ikan sudah adaptasi dengan kondisi habitatnya, makan alamnya sudah ada, dan ikan tidak menjadi kompetitor bagi ikan-ikan lain.

Ada juga namanya alliance spesies, memasukkan ikan yang belum ada di sungai itu, bisa didatangkan dengan sengaja atau datang tidak sengaja karena lepas. Misalnya, contoh kasus di Danau Kerinci yang banyak eceng gondok, dimasukkanlah ikan louhan gesper yang makan eceng gondok. Yang terjadi adalah, banyak ikan yang justru kehilangan habitat. Ternyata juga, ikan louhan ini tidak hanya makan eceng gondok, tapi juga makan 15 tanaman air yang lain, padahal itu sangat penting bagi ikan, selain feeding area (tempat mencari makan), tempat memijah, juga tempat memelihara larva. Ikan perlu tempat untuk melempar telurnya.

Tribun: Apa yang ingin Bapak sampaikan kepada pemerintah dengan bekal penelitian dan pengalaman yang ada?

Tedjo: Pemerintah di Provinsi Jambi sudah baik upaya konservasinya, karena dia konsentrasi ke lubuk larangan yang merupakan kearifan lokal yang dibina oleh dinas atau instansi terkait, dan itu adalah spot ikan kita. Memang secara langsung pemanfaatannya berkala, tidak bisa dipancing tiap hari, tapi itu sebagai salah satu suaka perikanan yang sangat bagus.

Dalam ilmu pengetahuan, kita tidak bisa berdiri sendiri, harus terkoneksi dengan bidang-bidang yang lain. Sebenarnya potensi ikan kita sangat besar, tapi yang bisa dikembangkan masih sangat besar. Ini PR besar bagi instansi terkait agar bisa dikembangkan. Misalnya, ikan gabus, ikan toman, itu belum bisa dipijahkan, tapi kalau lihat di sungai anak-anaknya banyak. Ada sesuatu yang belum pas, itulah tantangannya bagaimana kita bisa mengangkat ikan di Jambi ke internasional.

Tribun: Demi masa depan keragaman ikan air tawar di Indonesia dan di Jambi, apa yang mesti diperhatikan?

Tedjo: Ikan lestari, masyarakat sejahtera. Itu kuncinya. Untuk sumber daya ikan tetap terjaga, maka kita harus melakukan penangkapan dengan terbatas, tidak merusak habitat, dan harus menggunakan penangkapan yang ramah lingkungan.

https://www.youtube.com/watch?v=7rTEKiBRnO0

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved