Femallenials
Putri Syakila Atlet Pencak Silat Jambi, Tak Ingin Mengecewakan Orang yang Telah Berharap
Atlet Pencak Silat Jambi bernama Putri Syakila, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jambi, Juara 3 Silat putri pekan kreatif mahasiswa se-Sumatra
Penulis: Ade Setyawati | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Saat ini, tidak sedikit perempuan yang memutuskan menjadi atlet beladiri.
Untuk bisa bergabung, tidak sedikit juga yang sulit mendapat izin dari orangtua karena olahraga keras ini.
Hal itu juga dialami Putri Syakila, Atlet Pencak Silat yang kerap disapa Putri, juga sempat mendapat tentangan dari ayahnya.
Darah atlet beladiri mengalir di dalam tubuh Putri, ayahnya seorang atlet Taekwondo dan ibunya juga dulu seorang atlet karate, dan ia mencintai beladiri sejak ia SMA.
"Ayah saya seorang atlet Taekwondo di tanah kelahirannya di Bukittinggi dan ibu saya juga dulu seorang atlet karate di tempat kelahirannya di Kota Jambi. Meskipun berlatar belakang beladiri ketika saya ingin menekuni beladiri, saya tidak mendapat izin dari ayah saya," jelas Putri.
"Ayah tidak memberikan izin karena ayah tidak mau anak perempuan satu-satunya merasakan sakit yang dia tidak bisa lindungi, sedangkan ibu saya berbeda, dia mau anak perempuan satu-satunya menjadi anak yang tangguh, dia memperbolehkan saya memilih jalan apa yang ingin saya tempuh, dan saya memiliki keinginan yang kuat," tambahnya.
Meskipun begitu keinginan nya untuk menggeluti beladiri sangat kuat dan menurutnya menjadi atlet pencak silat memiliki tantangan tersendiri.
"Tantangannya itu sebagai perempuan kita harus berlatih lebih keras dan juga melatih mental, tentu saja karena perbedaan fisik antara perempuan dan laki-laki, dan juga untuk terus mengejar kekuatan yang harus kita capai," lanjutnya.
Untuk bisa menjadi kuat harus bisa tahan dengan banyak rintangan yang tentunya tidak mudah, namun dengan terus berlatih tidak ada yang tidak mungkin.
Kemungkinan-kemungkinan akan segera terwujud dengan tekun berlatih dan bahkan seorang atlet profesional bisa dikalahkan dengan orang yang rajin latihan.
"Bahkan sehebat apapun seseorang tetap saja gelanggang adalah pijakan yang sakral dan kita nggak tau apa yang akan terjadi di sana, pelatih saya mengatakan 'Usaha tidak akan mengkhianati hasil' dan saya sangat mempercayai itu," jelasnya.
Meskipun begitu, tetap ada dimana momen-momen membuatnya merasa sedih, momen yang membuatnya dijauhi teman-teman perempuannya.
"Momen sedih itu, saat beberapa teman wanita kita menjaga jarak karena menganggap kita adalah orang yang kasar," tambahnya.
"Hanya karena saya memiliki hobi olahraga keras, apa cara kami bergaul juga akan keras? Sekeras apapun kami tetap tidak bisa dipungkiri kami juga wanita yang sama lembutnya dengan mereka," lanjutnya.
Meskipun begitu, selama menjadi atlet pencak silat, juga ada momen yang mengharukan atau momen yang sulit dilupakan.