Diduga Lakukan Pelecehan Seksual ke Dosen,Rektor Unipar Jember Mundur, Ngaku Khilaf Saat Mau Mencium
Rektor Universitas PGRI Argopuro (Unipar) Jember berinisial S mendadak mengundurkan diri usai diduga melakukan pelecehan seksual pada dosen.
TRIBUNJAMBI.COM, JEMBER - Rektor Universitas PGRI Argopuro (Unipar) Jember berinisial S mendadak mengundurkan diri usai diduga melakukan pelecehan seksual pada dosen.
Pria tersebut mengundurkan diri usai adanya pelaporan dugaan pelecehan seksual yang ditujukan kepadanya.
Dugaan pelecehan seksual itu dilakukan RS terhadap salah seorang dosen perempuan di Unipar, awal Juni lalu.
Kejadian tersebut dibuka oleh suami korban, MH, yang kemudian ditindaklanjuti dengan melapor ke Yayasan Kantor Perkumpulan Pembina Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi (PPLP PT) PGRI Jember.
Kepada Surya (Tribunnews.com Network) MH mengakui membuat pelaporan tersebut.
Dirinya menuntut ada keadilan untuk sang istri. Pelaporan dibuat pada 16 Juni 2021.
"Saya ingin ada keadilan, langkah pertama yang saya lakukan memang melalui yayasan.
Ini soal integritas lembaga pendidikan, apalagi dilakukan oleh pejabat tinggi di kampus tersebut.
Akibat perbuatan itu, istri saya syok dan tidak mau ke kampus," ujar MH, Jumat (18/6/2021).
Baca juga: Update Ramalan Zodiak Hari Ini Sabtu 19 Juni 2021, Libra Semakin Bijak, Gemini Gembira, Leo Serius
Dugaan pelecehan seksual itu terjadi di sebuah hotel di Tretes, Pasuruan.
Hotel ini menjadi lokasi pendidikan dan pelatihan dosen kampus Unipar.
Kegiatan itu diikuti oleh sejumlah orang, termasuk istri MH dan RS.
Bentuk dugaan pelecehan itu adalah RS mencium istri MH.
"Kalau saya tidak melapor dan menuntut keadilan, nanti malah istri saya yang dituduh selingkuh.
Saya tidak ingin kejadian ini terulang lagi, jangan ada lagi korban pelecehan seksual apalagi itu di kalangan lembaga pendidikan," tegasnya.
Karenanya MH ingin ada penyelesaian atas kasus tersebut.
MH menuntut, pertama, ada proses terhadap dugaan pelecehan seksual itu.
Kedua, adanya sanksi untuk terduga pelecehan seksual.
Ketiga, menuntut pihak universitas memberikan perlindungan kepada dosen dan tenaga kependidikan perempuan Unipar Jember.
"Karena sangat mungkin rentan menghadapi pelecehan seksual.
Saya tidak menginginkan pelecehan seksual yang menimpa istri saya dialami oleh dosen dan tenaga kependidikan lainnya di lingkungan Unipar Jember," tegass MH.
Baca juga: Anggota KKB Papua Lari Tunggang Langgang Dikejar TNI Polri, Potong Pohon untuk Menghambat Pengejaran
Sementara itu, Kepala Biro 3 (Humas, Perencanaan dan Kerjasama) Unipar Achmad Zaki mengatakan, pihak yayasan telah menindaklanjuti laporan korban pelecehan seksual tersebut.
"Tanggl 17 Juni sudah ada tindaklanjut. Dan yang bersangkutan (RS) sudah mengundurkan diri.
Jadi sekarang, dia sudah tidak menjabat sebagai rektor lagi," ujar Zaki.
Sang Rektor Mundur, Mengaku Khilaf
Pihak yayasan, kata Zaki, selama tiga hari berturut melakukan penelusuran dan pemeriksaan kasus tersebut.
Berdasarkan peraturan pokok kepegawaian, RS menyatakan mundur dan dibuktikan dengan surat pernyataan mengundurkan diri.
"Mundur dari jabatan itu juga bentuk sanksi dari yayasan. Selanjutnya, kasus ini juga menjadi pelajaran buat kami.
Ke depan nanti, kami akan membentuk Pusat Studi Gender," imbuh Zaki kepada TribunJatim.com.
Sementara itu, RS yang dihubungi wartawan mengaku dirinya khilaf.
Dia menuturkan, ketika itu dia hendak mengajak dosen tersebut makan dengan mendatangi kamarnya.
Baca juga: Istri Bantu Suami Rudapaksa Keponakannya Sendiri di Atas Ranjang, Ternyata Ingin Membuktikan Hal Ini
Tidak lama dosen itu membukakan pintu, terbersit keinginan RS untuk mencium dosen tersebut.
"Pada intinya saat saya mau cium dia, dia menolak. Setelah itu, saya minta maaf dan pergi. Itu kejadiannya.
Tidak tahu, kok kemudian itu diramaikan. Saya akui saya khilaf, dan saya sudah minta maaf," ujar RS.
Dia mengaku, tidak sampai mencium dosen tersebut. Dia juga sudah berupaya meminta maaf.
Saat kasus itu dilaporkan ke yayasan, dirinya juga mengakui kekhilafan tersebut dan berupaya melakukan mediasi.
RS juga sudah mendapatkan surat peringata (SP) 1. Namun kemudian, ada tekanan dari sejumlah karyawan dan dosen yang mendesak dirinya mundur.
Akhirnya RS memilih mundur untuk meredakan suasana di lingkungan Unipar. "Ya saya tidak masalah mundur," pungkasnya kepada TribunJatim.com. (*)
SUMBER : TribunJatim.com /Penulis: Sri Wahyunik