Sejarah Indonesia

Usai Tragedi G30S PKI Pecah, Soeharto Nyaris Diracuni Sosok Wanita yang Mengaku Sebagai Anaknya

Sejarah pernah mencatat kejadian yang nyaris merenggut nyawa Soeharto sebelum dirinya menjadi seorang Presiden kedua Indonesia.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Tribun Timur
Tommy Mandala Putra, anak kelima Soeharto (Kiri) bersama Soeharto dan Ibu Tien 

Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengantarkan sebuah bingkisan.

Wahyudi mengungkapkan, pengantar bingkisan itu adalah seorang pria paruh baya.

"Saya tanda tangani resi tanda terima kemudian membawanya ke ruang belakang," kenang Wahyudi.

Saat dibuka, ternyata isi bingkisan itu adalah patung Batara Guru.

Batara Guru merupakan satu tokoh dalam cerita pewayangan.

"Saya meletakkannya di meja dekat Pak Harto biasa membaca koran pagi," jelas Wahyudi.

Tak berselang lama, Soeharto mengetahui adanya patung itu.

Soeharto pun memanggil Wahyudi, dan menanyakan asal mula patung tersebut.

Mendapatkan pertanyaan itu, Wahyudi pun segera menjawabnya.

"Saya kira itu pesanan Bapak," jawab Wahyudi.

Letjen TNI Soeharto didampingi Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, komandan RPKAD, pada peringatan HUT ke-14 RPKAD di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Kisah Sarwo Edhi yang Basmi G30S, Kecewa sama Soeharto: Kalau Mau Bunuh Aku, Bunuh Saja, Apa Salahku.
Letjen TNI Soeharto didampingi Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, komandan RPKAD, pada peringatan HUT ke-14 RPKAD di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Kisah Sarwo Edhi yang Basmi G30S, Kecewa sama Soeharto: Kalau Mau Bunuh Aku, Bunuh Saja, Apa Salahku. (FOTO: HISTORIA.ID/repro)

Selanjutnya, Wahyudi mengakui dirinya memang tidak menanyakan identitas pengirimnya.

"Pak Harto juga bertanya kepada Ibu Tien Soeharto yang juga mengatakan tidak memesannya. Demikian juga keluarga yang lain, ditanya namun tak ada yang merasa memesan atau mengenal pengirim patung itu," ungkap Wahyudi.

Wahyudi pun merasa ada yang ganjil terkait hal itu.

"Buat saya, itu kiriman yang ganjil, mengingat Pak Harto bukanlah penggemar apalagi pengumpul barang-barang seni semacam itu. Namun sempat terbersit di benak saya, apakah itu sebuah pertanda baik bagi Pak Harto?" kata Wahyudi.

Meski demikian, Wahyudi tetap berharap yang terbaik untuk Soeharto.

"Dalam hati tentu saja saya mengharapkan yang terbaik terjadi pada Pak Harto, mengingat isyarat alam semesta bisa saja datang melalui berbagai cara," harap Wahyudi.

Wahyudi melanjutkan, tak lama dari dikirimnya bingkisan itu, dirinya tiba-tiba menjadi sibuk.

Baca juga: Sebelum Ngamuk di Masjid Pakai Parang Sambil Tanpa Busana, Pria di Kaltim Ini Bunuh Istri dan Anak

Baca juga: Kabar Terbaru Anji yang Ditangkap Polisi Kasus Narkoba, 3 Hari Ditahan, Sang Istri Belum Jenguk

Sebab, saat itu memang terjadi peristiwa G30S/PKI.

"Di hari-hari pertama terjadinya kudeta itu, Pak Harto menyuruh saya mengungsikan Ibu Tien dan putra-putri beliau ke suatu tempat yang dirahasiakan," kata Wahyudi.

Wahyudi kemudian membawa Bu Tien dan keluarganya ke rumah sederhana milik Kostrad di Jalan Iskandarsyah, Kebayoran Baru selama tiga hari.

(Tribunjambi.com)

Berita lainnya seputar Soeharto

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved