Rekam Jejak Soeharto, Jadi Presiden RI Kedua Sejak 1967-1998, Alasan Jadi Bapak Pembangunan Nasional

Jenderal Besar H.M. Soeharto menjabat sebagai Presiden Indonesia sejak 1967 sampai 1998, atau selama kurang lebih 31 tahun Ia menggantikan Presiden R

Editor: Suci Rahayu PK
Instagram @soeharto_instagram_fanpage
Pak Harto 

TRIBUNJAMBI.COM - 100 tahun lahirnya Presiden RI kedua, Soeharto atau tepatnya pada 8 Juni 1921

Soeharto lahir di Kemusuk, Yogyakarta.

Jenderal Besar H.M. Soeharto menjabat sebagai Presiden Indonesia sejak 1967 sampai 1998, atau selama kurang lebih 31 tahun

Ia menggantikan Presiden RI Pertama, yakni Ir. Soekarno.

Foto Soeharto dan anak-anaknya
Foto Soeharto dan anak-anaknya (istimewa via Tribun Manado)

Profil Soeharto

Dikutip dari Perpustakaan Nasional RI, Soeharto lahir di Kemusuk, Yogyakarta pada 8 Juni 1921.

Soeharto merupakan putra dari Kertosudiro, seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa.

Kemudian, ibunya bernama Sukirah.

Pendidikan Soeharto

Soeharto mulai masuk sekolah ketika berusia delapan tahun.

Ia sering pindah-pindah sekolah.

Awalnya, Soeharto disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean.

Kemudian, dipindahkan ke SD Pedes karena sang ibu dan suaminya, Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul.

Pada tahun 1942, Soeharto berhasil menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah.

Hingga akhirnya, resmi menjadi anggota TNI pada tanggal 5 Oktober 1945.

Baca juga: Suara Ledakan di Makam Soeharto dan Misteri Ular Naga Melesat Terbang dari Keraton Mangkunegaran

Baca juga: Pesan Menyentuh Soeharto Sebelum Wafat: Jangan Sedih, Setiap Manusia Akan Kembali Padanya

Kehidupan Rumah Tangga

Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah.

Siti Hartinah merupakan seorang anak pegawai Mangkunegaran.

Pernikahan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilaksanakan tanggal 26 Desember 1947 di Solo.

Saat itu, usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun.

Setelah menikah, mereka dikaruniai enam putra dan putri.

Anak Soeharto:

- Siti Hardiyanti Hastuti

- Sigit Harjojudanto

- Bambang Trihatmodjo

- Siti Hediati Herijadi

- Hutomo Mandala Putra

- Siti Hutami Endang Adiningsih.

Perjalanan Karier

Soeharto telah mengalami perjalanan panjang dalam karier militer dan politiknya.

Di kemiliteran, Pak Harto memulai kariernya dari pangkat sersan tentara KNIL.

Kemudian, komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.

Pada tahun 1949, Soeharto berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda.

Soeharto juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman.

Selain itu, pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).

Hingga pada tanggal 1 Oktober 1965, Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat saat meletusnya G-30-S/PKI.

Selain dikukuhkan sebagai Panglima Angkatan Darat(Pangad), Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno.

Kemudian, bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno.

Ia bertugas mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.

Situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, maka pada saat Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, Soeharto ditunjuk sebagai Pejabat Presiden.

Ia dikukuhkan sebagai Presiden RI Kedua, Maret 1968.

Semasa kepemimpinannya, Soeharto dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional oleh MPR.

Penganugerahan Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Nasional

Dikutip dari museumsoeharto.com, satu tahun setelah ditetapkan oleh MPRS sebagai Presiden Republik Indonesia, Soeharto mulai 1 April 1969 mencanangkan Progam Rencana Pembangunan Lima Tahun yang disingkat dengan REPELITA.

Selanjutnya, dalam rangka melaksanakan pembangunan Presiden Soeharto mengajukan konsep yang disebut TRILOGI Pembangunan yaitu, Stabilitas Nasional yang mantab, Pertumbuhan Ekonomi yang tinggi, dan Pemerataan Pembangunan.

Dalam PELITA I, pembangunan pertanian mendapat prioritas.

Hasil pembangunan pertanian pun mulai dirasakan pada PELITA II dan mencapai puncaknya pada PELITA III.

Di mana pada tahun 1984, Indonesia mencapai swasembada pangan.

Berkat keberhasilan pembanguan ini, maka pada tahun 1983 oleh Majelis Permusyawataran Rakyat (MPR) menetapkan Presiden Soeharto sebagai Bapak Pembanguan.

Artikel Lain terkiat Soeharto

Sumber: Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved