Begini Nasib Donald Trump Setelah Diblokir Facebook dan 13 Akun Sosial Media di Dunia

Donald Trump jadi sorotan setelah diblokir 14 akun sosial media termasuk di antaranya Facebook.

Editor: Heri Prihartono
REUTERS/TOM BRENNER
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat tiba di Bandara Internasional Bangor, Maine, AS, 5 Juni 2020. 

Kekesalan Trump dipicu kejadian wawancaranya dengan menantunya yang diunggah ke Facebook dihapus oelh manajemen Facebook.

Trump sebelumnya melakukan wawancara dengan menantunya, Lara Trump dalam program Real America Voice, 30 Maret 2021.

Wawancara tersebut kemudian diposting ke Facebook, namun media sosial tersebut kemudian memutuskan untuk menghapusnya.

Bagi Trump hal tersebut ternyata membuatnya terkejut.

“Apa yang terjadi dengan negara ini. Tak ada yang menyangka hal tersebut bisa terjadi. Ini jelas penyensoran. Anda membuat pernyataan, dan jika tak menyukainya, seperti pemilihan, masalah medis atau tentang Hunter Biden, mereka menggila,” katanya dikutip dari Daily Mail.

“Di masa lalu, Anda membuat pernyataan. Mereka juga melakukannya. Anda bertarung, Anda mengambil pemenang. Ini seperti Negara Komunis. Anda berjuang. Tapi sekarang tak bisa. Mereka langsung menghapusnya,” tambah Trump.

Setidaknya ada 14 media sosial, aplikasi hingga perusahaan teknologi yang mengasingkan Trump. Padahal, Trump termasuk aktif menggunakan teknologi tersebut.

Kerusuhan yang terjadi di Capitol Amerika Serikat Rabu (6/1/2021) lalu, telah membuat sejumlah perusahaan teknologi untuk bergerak melawan Trump.

Seperti yang dilansir hypebae.com, inilah daftar semua platform media sosial, aplikasi, situs web, dan perusahaan teknologi yang telah membatasi atau memblokir Donald Trump dan ekstremis sayap kanan.

Berikut ini 14 media sosial, aplikasi dan perusahaan teknologi yang blokir Donald Trump:

1. Amazon

Pada 10 Januari, Amazon telah menghapus Parler, jaringan sosial yang disukai oleh kaum konservatif, ahli teori konspirasi, dan anggota sayap kanan, dari layanan hosting cloud-nya.

Menurut laporan The New York Times, Amazon juga menemukan banyak postingan di platform yang mendorong kekerasan.

Pada bulan November, kolumnis The Guardian Malaika Jabali menemukan lebih dari 10.000 postingan di Parler menyertakan hashtag #civilwar dan frasa serupa yang menganjurkan kehancuran setelah pemilihan.

Tidak mengherankan, pengguna Parler bereaksi terhadap larangan tersebut dengan marah - dalam tangkapan layar yang diposting oleh Buzzfeed News, seorang pengguna bahkan menyarankan untuk meledakkan bahan peledak di pusat pelatihan Amazon Web Services.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved