Nasib Nelayan Ini Berubah Total Usai Temukan 'Harta Karun' Rp 22 Miliar di Tengah Laut
Nasib tiga puluh lima nelayan di Yaman ini mendadak berubah. Mereka jadi kaya raya setelah mendapatkan 'harta karun' yang mengambang di laut.
Ironisnya kehidupan sebagai nelayan menjadi jauh lebih sulit sejak pecahnya perang saudara, antara pemerintah Yaman dan gerakan bersenjata Houthi pada 2014.
Pekerjaan di negara yang dilanda perang makin langka dalam periode konflik Yaman itu. Beberapa perairan bahkan telah menjadi daerah terlarang di tengah pertempuran.
Namun, kehidupan para nelayan ini berubah setelah pelayaran yang menguntungkan pada Februari lalu.
Mereka membagi penghasilan yang menggiurkan sebesar 1,1 juta poundsterling (Rp 22 miliar) antara mereka, dan kepada orang lain yang membantu menemukan ambergris.
Tidak hanya itu, mereka juga membagikan uang kepada 'orang lain yang membutuhkan' di desa mereka.
Orang-orang beruntung itu juga menggunakan uang mereka untuk membeli rumah, mobil dan perahu.
Banyak juga yang berencana untuk menikah, karena kini mereka telah diangkat dari kemiskinan dengan penemuan mereka yang sangat menguntungkan.
Salah satu nelayan mengatakan kepada Middle East Eye bahwa dia belum pernah menemukan ambergris selama bertahun-tahun bekerja sebagai nelayan.
“Tiga puluh juta riyal Yaman (84.656 poundsterling setara Rp 1,7 miliar), hari ini cukup untuk membangun rumah dan menikah, dan untuk itulah sebagian besar nelayan menghabiskan uangnya,” kata nelayan, yang diidentifikasi dengan nama samaran Abdulrahman.
Terlepas dari penemuan yang sangat mujur itu, sekelompok nelayan ini terus mencari ikan di perairan yang mereka cintai.
Menurut Christopher Kemp, zat berharga yang juga dikenal sebagai “harta karun laut” atau “emas mengambang”, diproduksi oleh paus sperma. Zat ini hanya ditemukan di sekitar satu persen dari jenis mamalia laut itu.
Ambergris, yang memiliki nilai pasar yang sama seperti emas.
Zat yang kerap disebut muntahan paus itu terikat di usus paus sperma selama bertahun-tahun. Zat langka inilah yang diduga melindungi organ internal paus dari paruh cumi-cumi yang tajam.