Kisah Militer RI
KETIKA Kopassus Duet dengan 3 Pendekar Banten Lawan Musuh dengan Ilmu Hitam yang Menyandera WNI
Sehingga, pasukan elite TNI AD itu pun pernah meminta bantuan dari jawara atau pendekar asal Banten untuk membantu misi mereka.
TNI, termasuk Kopassus kala itu memang kesulitan menerabas lokasi penculikan di rimba belantara Mapenduma lantaran tak memiliki peta daerah.
Selain menghalau ilmu gaib musuh, tiga pendekar tersebut dianggap perlu terlibat operasi pembebasan sandera penuh bahaya, karena memiliki ilmu kanuragan, dapat melihat, mengendus, dan meraba bahaya tanpa pancaindera sanggup dilakukannya.
Saat operasi Timor-Timur pada 1988-1989, Prabowo Subianto sebagai komandan Batalyon 328, menurut Douglas Wilson, telah aktif memperkenalkan perguruan pencak silat Satria Muda Indonesia (SMI) kepada para pemuda lokal.
Seorang instruktur senior SMI bercerita pernah ada pelatihan anggota SMI di Timor-Timur.
Pada tahun 1993, lanjut Douglas Wilson, instruktur-instruktur SMI telah melatih para anggota Grup III Kopassus di Batujajar, Bandung.
Lantas dua tahun melatih Korps Marinir, Korps Brigade Mobil (Brimob), Paskhas AU, dan Batalyon 321, 315, 328, dan 330 Kostrad.
Prabowo Subianto menganggap pencak silat merupakan antara sipil dan kehidupan militer.

“Pendidikan Pencak Silat dapat menjadi aspek penting memperkenalkan pertahanan negara Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Melalui Pencak Silat, kita dapat membuat masyarakat bersiap menjadi pertahanan negara dan Sishankamrata,” ungkapnya.
Ide tersebut, kolaborasi grup Silat dan militer, kemudian diterapkan saat operasi pembebasan sandera Mapenduma, Papua.
Tiga pendekar atau jawara asal Banten ikut pada operasi.
“Prabowo beranggapan memperkuat antara grup Pencak Silat dan militer sangat penting untuk pertahanan negara,” tulis Douglas Wilson.
Banten merupakan tanah bagi seluruh pendekar silat.
Tak heran bila sejarah sosial di Banten sering berisi kisah tentang para jawara dan para jago silat dari pelbagai aliran serta paguron atau perguruan.
Di seantero Banten, tak kurang 50 perguruan silat tersebar, antara lain Gagak Lumayung, Pacar Putih, dan Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir (TTKKDH).
Meski dasar pencak sama, masing-masing kelompok telah mengembangkan kekhasan teknik silatnya.