Berita Internasional

TERKUAK Borok China di Kudeta Militer Myanmar, Penyokong hingga Pemberi Jet Tempur Buat Ancam Warga

Sempat heboh kabar adanya campur tangan Xi Jinping dan China di kudeta militer yang terjadi di Myanmar.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
New York Times
China 

TRIBUNJAMBI.COM - Sempat heboh kabar adanya campur tangan Xi Jinping dan China di kudeta militer yang terjadi di Myanmar.

Meski China sendiri sudah memberikan klarifikasi soal tidak adanya campur tangan mereka dengan bantahan yang disampaikan.

Namun sebuah bukti baru-baru ini muncul dan membongkar bagaimana peran China dalam melanggengkan militer Myanmar berkuasa.

Ini menjadi catatan panjang pula dengan bagaimana negara luar mengintervensi negara kecil lainnya untuk terjadi perpecahan hingga perang saudara.

Unjukrasa di Myanmar antara warga sipil melawan junta militernya
Unjukrasa di Myanmar antara warga sipil melawan junta militernya (kolase/tribunjambi.com)

Keterlibatan China itu disebut-sebut cukup sistematis hingga sebelumnya sempat membantah tak ikut campur lantaran tak ada bukti yang terlihat.

Tetapi kini Xi Jinping pun tak bisa mengelak lagi soal keterkaitan negaranya dalam kudeta militer Myanmar.

Hal itu pula dibuktikan dari salah satu perusahaan minyak yang kedapatan memasok bahan bakar jet tempur ke Myanmar.

PetroChina International Singapore Pte Ltd turut menjual kargo bahan bakar jet ke Myanmar pada April, menurut data impor pemerintah yang ditinjau oleh Reuters.

Itu merupakan pengiriman pertama sejak militer berkuasa dalam kudeta pada Februari.

Pemasokan ini pun jadi perhatian banyak pihak lantaran bisa saja disalahgunakan untuk hal-hal yang mengancam banyak pihak, khususnya warga sipil.

Terutama lantaran militer Myanmar juga diketahui tak segan untuk menggunakan jet tempur untuk membombardir warga sipilnya sendiri.

Mengutip dari Reuters, pengiriman bahan bakar itu menimbulkan tanda tanya besar soal peran China di Myanmar.

Selama kudeta militer Myanmar, Beijing juga telah dituduh oleh lawan junta mendukung pemimpin kudeta Min Aung Hlaing. Sebuah tuduhan yang ditolak oleh China.

Baca juga: Update Sate Beracun, Orangtua Pelaku Kunjungi Keluarga Korban Selama 2,5 Jam dan Meminta Maaf

Baca juga: TNI-Polri Kontak Senjata dengan KKB Papua Pimpinan Lekagak Talenggeng, Satu Anggota KKB Tewas

Baca juga: Ini Kesalahan Fatal Wakil DPRD Tebo Syamsu Rizal, Kini Terancam Dipenjara dan Denda Rp 1 Miliar

Jenderal Min Aung Hlaing pemimpin kudeta militer Myanmar turut ketahuan menarik dana negara Myanmar dari bank Federal New YorkKolase Reuters dan Wikipedia

Kementerian luar negeri China tidak segera menanggapi permintaan komentar itu.

PetroChina, sebuah perusahaan terdaftar yang dikendalikan oleh China National Petroleum Corporation milik negara, tidak menanggapi permintaan komentar tentang pengiriman bahan bakar tersebut.

Reuters turut melaporkan Pada Kamis (20/5/2021), berdasarkan data impor yang belum dipublikasikan, PetroChina International mengirimkan 13.300 ton bahan bakar jet dan 4.000 ton bensin onboard tanker MT Yu Dong untuk pengiriman di terminal Thilawa Myanmar pada 15 April.

Negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah mengutuk junta karena membunuh ratusan warga sipil.

Mereka telah secara terbatas menerapkan sanksi Myanmar. Tetapi saat ini tidak ada tindakan internasional yang melarang pengiriman produk minyak.

ASEAN, yang mengikut sertakan Myanmar sebagai anggotanya, telah menyerukan diakhirinya kekerasan dan dialog di antara para pihak.

Mereka tidak lagi menyerukan sanksi dalam pernyataan April.

Presiden China Xi Jinping
Presiden China Xi Jinping (CGTN)

Namun demikian ternyata indikasi keterlibatan China dalam kudeta di Myanmar sebenarnya sudah terlihat.

China juga memang diketahui membantah tudingan terlibat dalam kudeta tetapi tak begitu kuat dalam mengutuk junta militer Myanmar.

"Mengingat keinginan Beijing untuk meningkatkan pengaruhnya di Naypyidaw, tampaknya tidak mungkin setiap perusahaan negara China akan terlalu khawatir dengan ancaman reaksi dari komunitas internasional atas berbisnis dengan pemerintah Myanmar," ujar Henrick Tsjeng, seorang rekan peneliti di the Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Universitas Teknologi Nanyang Singapura.

Kelompok aktivis Justice for Myanmar pun mengutuk penjualan bahan bakar tersebut.

"Kami terkejut PetroChina mengekspor bahan bakar jet ke Myanmar. (PetroChina) Melakukan bisnis dengan penjahat perang yang melakukan serangan udara tanpa pandang bulu terhadap komunitas etnis," kata juru bicara Yadanar Maung.

Jet militer pun melakukan serangan bom terhadap tentara etnis Myanmar, yang menentang junta di Myanmar utara dan timur.

Hal itu pun menunjukkan adanya peningkatan pertempuran sejak kudeta Februari, yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Salah satu pasukan yang mendapat serangan bom, Tentara Kemerdekaan Kachin, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka telah menyerang tujuh truk minyak.

Pasokan itu diduga membawa bahan bakar penerbangan melalui jalan darat dari China minggu ini.

Itu tidak mengomentari pengiriman PetroChina. Data Myanmar menunjukkan PetroChina International menjual bahan bakar jet ke National Energy Puma Aviation Services Co Ltd (NEPAS), perusahaan patungan antara Puma Energy dan Myanma Petroleum Enterprise (MPE).

Bensin jatuh ke tangan tiga importir bahan bakar lokal lainnya. Kepada Reuters, Puma Energy mengaku bahwa NEPAS mengatur pengiriman kargo di terminal Thilawa pada 15 April.

Tetapi perusahaan itu juga menolak mengomentari jenis bahan bakar yang diturunkan.

Puma Energy, satu perusahaan penyimpanan bahan bakar dan ritel yang mayoritas dimiliki oleh pedagang komoditas global Trafigura, mengatakan telah menghentikan operasi di Myanmar pada 10 Februari, untuk memastikan keamanan karyawan.

(*)

Baca juga: China Koar-koar Sebut Kapal Perang AS Terobos Laut China Selatan, Ini Kata Prajurit Joe Biden

Baca juga: Selama Ramadhan Hingga Idul Fitri 1442 H, Stok dan Penyaluran BBM serta LPG di Sumbagsel Aman

Berita lainnya seputar Kudeta Myanmar

SUMBER: SOSOK.ID

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved