Editorial
Penanganan Covid-19, Bersinergi dengan Warga
PRIHATIN, ketika pemerintah dan sebagian masyarakat berjibaku melawan Covid-19 masih ada kelompok lainnya yang tak mempercayai wabah ini ada.
PRIHATIN, ketika pemerintah dan sebagian masyarakat berjibaku melawan Covid-19 masih ada kelompok lainnya yang tak mempercayai wabah ini ada.
Makin prihatin ketika mereka terang-terangan menunjukkan penolakan penerapan protokol kesehatan, menolak vaksinasi, termasuk melakukan mudik saat ada pelarangan.
Tak hanya di media sosial, di dunia nyata pun tak segan berdebat, berbantahan kata dengan petugas.
Memaksakan kehendak, hingga melontarkan kata-kata yang tak lagi bisa ditolerir.
Namun syukurnya, ada kelompok masyarakat lainnya yang menyediakan diri untuk meng-counter
opini mereka.
Sehingga opini berbalas opini, tak harus repot face to face menghadapi kelompok ini.
Saat ini pun kita merasa gamang dengan prediksi akan terjadinya ledakan kasus Covid-19 di Indonesia. Karena setidaknya aktivitas mudik yang dilakukan sekelompok warga ini masih terjadi.
Baik sebelum pelarangan mudik, dan akan kembali setelah masa penyekatan berakhir.
Secara teori, ledakan kasus diprediksi terjadi dua bulan sejak pelarangan diberlakukan. Jelang waktu tersisa, adakah hal luar biasa yang bisa dilakukan untuk menangkal sedari dini?
Jika pemerintah telah menyiapkan tambahan fasilitas isolasi dan tenaga kesehatan, kewaspadaan dari warga juga menjadi faktor cukup penting.
Sikap mawas diri dan peduli sesama bisa meredam membantu menekan penyebaran virus ini.
Seperti warga komplek perumahan di Kuala Tungkal, yang beriuran lalu melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungannya.
Inisiatif ini dilakukan karena ada warga yang telah pulang dari mudik, dan ada juga warga yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Di Rimbo Bujang Kabupaten Tebo, aparat menempelkan stiker di rumah warga mudik agar melakukan Swab. Langkah preventif ini setidaknya dapat meminimalisir penyebaran kepada warga lain.
Tekanan moral dari warga sekitar dengan menjaga jarak, mendesak dilakukan Swab diharapkan dapat membuat para pemudik ini proaktif juga memeriksakan diri.
Baca Berita Jambi lainnya
Baca juga: Harga TBS Kelapa Sawit Sedang Tinggi, Di Kabupaten Tebo Capai Rp 2.000 Per Kilogram
Baca juga: Heboh Diduga Kejadian Mistis, Alas Kaki di Kantor Satpol PP Tebo Bergerak Sendiri Terekam CCTV
Baca juga: Kopi Robusta Merangin Miliki IG, Al Haris: Tak Bisa Lagi Diklaim Kopi Daerah Lain
Tak terbayang jika warga bersikap tak mau tahu, ditambah tidak menerapkan protokol kesehatan, prediksi ledakan kasus itu mungkin akan terjadi.
Semoga kekhawatiran itu tidak jadi kenyataan, seiring meningkatnya kesadaran warga kita berharap musuh tak kasat mata ini dapat dikuasai.
Dapat ditekan penyebarannya, dan mengembalikan kehidupan umat manusia seperti sebelumnya.(*)