Perdana Menteri Israel Sebut Kesalahan Bukan dari Pihaknya: Mereka yang Menyerang Kami
"Pihak yang menanggung kesalahan atas konfrontasi ini bukanlah kami, melainkan mereka yang menyerang kami," lanjutnya.
TRIBUNJAMBI.COM - Pada Sabtu (15/5/2021) malam, Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu justru berjanji untuk tetap melanjutkan serangan.
Ia mengatakan, serangan akan terus berlanjut "selama diperlukan" dan menegaskan segala kemungkinan telah dilakukan untuk membatasi korban sipil.
"Israel masih di tengah-tengah operasi ini, masih belum berakhir dan operasi ini akan berlanjut selama diperlukan," ujar Netanyahu, dikutip dari The Guardian.
"Pihak yang menanggung kesalahan atas konfrontasi ini bukanlah kami, melainkan mereka yang menyerang kami," lanjutnya.
Baca juga: Kekuatan Sniper Hamas, Bisa Lumpuhkan Musuh Berjarak 2 Kilometer dan Dapat Menembus Tembok
Baca juga: WNI yang Berada di Jalur Gaza, Sebut Israel tak Dapat Temukan Titik Pergerakan Hamas
Baca juga: Siram Cairan Cabai ke Petugas, 5 Tahanan BNNP Sumut Melarikan Diri, Berikut Penampakannya
Serangan masih terus digencarkan oleh tentara Israel hingga Minggu (16/5/2021).
Tiga warga Palestina tewas dalam serangan udara pada Minggu pagi.
Puluhan orang terluka ketika suara pemboman terjadi sepanjang malam.
Menurut foto-foto yang diedarkan penduduk dan para jurnalis, serangan udara Israel telah menciptakan kawah yang memblokir salah satu jalan utama menuju Shifa, rumah sakit terbesar di wilayah tersebut.
Sejak pertempuran yang terjadi pada Senin lalu, setidaknya ada 41 anak yang tewas di Gaza.
Israel pun melaporkan 10 orang tewas di pihaknya termasuk dua anak.
Pada Sabtu (15/5/2021), serangan udara Israel di Gaza menewaskan delapan pemuda yang berkumpul untuk merayakan Idul Fitri bersama ibu mereka.
Di Israel, sirene peringatan tembakan roket berbunyi di Tel Aviv, pinggiran kota dan di Israel selatan.
"Sekitar 10 orang terluka saat berlindung," kata petugas medis.
Kendati demikian, baik Israel maupun Hamas bersikeras akan melanjutkan serangan mereka sehari setelah Israel menghancurkan gedung 12 lantai di Kota Gaza.
Gedung ini pernah menjadi rumah bagi agen AS Associated Press dan operasi media Al Jazeera yang berbasis di Qatar.