Mutiara Ramadan
Take and Give dari Cahaya Ramadhan
“Sebarkanlah cinta dan kemadaian niscaya anda akan menemukan seribu bulan walau di malam yang gelap”.
Oleh : Fajri Al Mughni, Lc, MUd Dosen IAI Nusantara Batanghari
Bulan memang memliliki daya tarik. “Sebarkanlah cinta dan kemadaian niscaya anda akan menemukan seribu bulan walau di malam yang gelap”.
Hal ini merupakan inspirasi dan istimewaan bulan Ramadan yang terdapat di dalamnya seribu keistimewaan dari bulan-bulan yang lainnya.
Kita sudah menempuh setengah lebih perjalanan bulan Ramadan, pada penghujung bulan ini kita bisa mengevaluasi diri bahwa Ramadan akan lama menghilang.
Syair-syair kerinduan mulai bermunculan, makin ia dirindukan semakin menjadi-jadi kerinduan terhadapnya.
Umur kita lewatkan beriringan dengan kelalaian, menyesal di awal adalah kemustahilan. Awam-awam berkata, “andai saja bisa diulang”.
Sayangnya, tidak bisa. Kata “andai” biasanya diwakili oleh “jika atau apabila”.
Kata ini bagi sebagian orang “haram” untuk diucapkan, karena dikhawatirkan akan disusupi oleh setan-setan halus yang selalu stanby mengganggu umat manusia.
Maka, usahakan jangan banyak berandai-andai, nanti khilaf lalu jadi dosa.
Namun ternyata dalam Alquran Allah sering menggunakan kata “jika” atau “apabila”. Lantas apa maksudnya Allah menyebut kata itu?
Misalnya, “Izda Zul Zilatil Ardhu Zilzaalaha”. Kata “Idza” berarti “apabila”. “apabila bergoncang (bumi) dengan goncangan yang dahsyat”.
Goncangan ini dimaksudkan adalah hari kiamat, di mana sangkakala ditiup oleh malaikat.
Artinya, kata “apabila” dalam ayat tersebut bukan merupakan kata pengandaian, atau Allah sedang berandai-andai. Akan tetapi sesuatu yang pasti akan terjadi. Dalam surah An-Naba’ sesuatu itu disebut dengan “berita besar” tentang datangnya kiamat.
Sekarang kita dihadapkan pada dua pilihan.
Pertama, maksimalkan bulan Ramadan sekarang.
Atau kedua, bulan Ramadan lewat dan berlalu begitu saja tanpa mendapatkan kebekahan darinya? Kemudian berandai-andai akan bertemu dengan Ramadan berikutnya? Jangan, sesekali janganlah berandai-andai dalam berbuat ketaatan.
“Pahala adalah sebuah kepastian, dan segala kebaikan merupakan jelmaan darinya. Jika tidak karena Tuhan, manusia tidak akan tunduk meski dengan kesulitan”.
“Kesenangan dunia adalah ujung tombak keingkaran. Ingkar kita, sengsara selamanya. Surga royyan merupakan capaian, dan bulan ramadhanlah sebagai keran pembukanya”.
“Pahala merupakan hal yang pasti, meski ia bersumber dari kebaikan sebesar atom. Dosa juga tidak kalah konkritnya, walaupun keburukan yang dilakukan tidak lebih besar dari debu”.
Baca juga: Pengakuan Imam Salat Subuh yang Ditampar Pria Tak Dikenal, Saat Itu Lagi Baca Doa Qunut
Baca juga: Kisah Sahabat Nabi, Zaid bin Tsabit Sang Penghimpun Al-Qur’an
Baca juga: Kisah Sahabat Nabi, Saat Hafalan Hadis Abu Hurairah Diuji Tidak Lupa Satu Kata Pun
Baca juga: Mutiara Ramadan - Pilih Berkah atau Bahagia ?
“Terkait pahala dan dosa, kelak bumi akan bersaksi dan berkisah serta mengabarkan tentang setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Mendengarkan bumi berkisah, manusia khidmat memperhatikan kisah sang bumi”.
Jika begitu pasti kejadiannya, mengapa cahaya Ramadan kita redupkan? Perlu diingat, cahaya ramadhan akan selalu memancar, hanya saja anehnya manusia itu sendiri yang mengelak darinya.
Belum terlambat, sama sekali belum.
Ramadan masih ada, memang sudah diujung, tapi ketahuilah bahwa makin ke ujung, cahayanya semakin terang. Mari kita gapai, raup keberkahan sebanyak-banyaknya, mainkan ibadah kita secantik-mungkin, agar bersama-sama mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah. Amiin.(*)