Mutiara Ramadan
Puasa Merupakan Pasantren Kejujuran
IBADAH puasa yang kita laksanakan pada saat pandemi Covid 19 saat ini membutuhkan perjuangan dan kesabaran sangat tinggi
Oleh: Drs Arman Syafaat, MM Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Jambi/Sekretaris PW Muhammadiyah Provinsi Jambi
IBADAH puasa yang kita laksanakan pada saat pandemi Covid 19 saat ini membutuhkan perjuangan dan kesabaran sangat tinggi. Karena selain menjalankan puasa sebagai bentuk kesalehan pribadi, kita dituntut pula untuk saleh sosial dengan selalu mendorong masyarakat senantiasa menaatti protokol kesehatan sebagaimana yang telah diprogramkan pemerintah .
Kita berharap dan selalu berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa, agar pandemi ini cepat berlalu, sehingga masyarakat dapat beraktivitas tenang serta beribadah dengan baik dan sempurna.
Selaku umat Islam harus senantiasa berkomitmen dan bertanggung jawab serta selalu taat terhadap agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
qul ing kungtum tuhibbuunalloha fattabi'uunii yuhbibkumullohu wa yaghfir lakum zunuubakum, wallohu ghofuurur rohiim
"Katakanlah (Muhammad), jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang"
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 31)
Untuk bagaimana mencintai Allah SWT dan agar dicintai pula oleh Allah SWT, kita harus mengikuti sunnah (perkataan, perbuatan dan taqrir) yang telah diajarkan dan dipraktikkan Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari hari.
Melalui Alquran dan sunnahnya, hal ini semua selaku umat Islam dan pengikut Nabi Muhammad SAW. Harus mengikuti keteladanan Rasulullah dengan sifatnya, yaitu STAF (Sidiq, Tablig, Amanah dan Fathonah).
1. Sidiq, yaitu kejujuran yang bersumber dari hati dengan berkesesuaian antara hati, perkataan dan perbuatan. Inilah yang akan menunjukan baik dan buruknya integritas moral seseorang.
Jika kita senantiasa berlaku jujur, maka akan memperoleh kepercayaan dari orang lain. Dan sebaliknya jika sering berdusta/berbohong, maka orang lain akan sulit menaruh kepercayaan.
Rasulullah SAW bersabda: Tanda tanda orang munafik adalah: jika berkata bohong/berdusta, jika berjanji mungkir dan bila dipercaya khianat.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
wallazii jaaa`a bish shidqi wa shoddaqo bihiii ulaaa`ika humul muttaquun
"Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa."
(QS. Az Zumar 39: Ayat 33)
Kejujuran meliputi dalam berbagai bidang, di antaranya:
Jujur dalam bekerja, jujur dalam bergaul, jujur dalam berdagang, jujur dalam politik, jujur dalam ilmu, dan seterusnya.
Terkadang, kejujuran seperti barang langka dan sangat mahal.
Untuk itu, puasa yang sedang kita laksanakan pada saat ini merupakan madrasah/pesantren kejujuran, guna mereaktualisasikan kembali kejujuran dalam kehidupan sehari hari.
Puasa termasuk ibadah sirri, artinya tersembunyi. Maksudnya kalau ibadah lainnya kelihatan seperti:
Syahadat seseorang keislamannya harus mengucapkan dua kalimat syahadat.
Zakat jelas siapa yang berzakat dan siapa penerimanya.
Haji harus jelas juga ke Mekkah dan jelas pelaksanakan rukun yang ada pada ibadah haji dimaksud.
Akan tetapi puasa bisa saja, orangnya pada siang hari makan dan minum tapi pura pura puasa. Akan tetapi bagi orang beriman yang sedang berpuasa itu tidak dilakukannya, walaupun makanan dia yang punya, dia yang membeli dengan kemampuannya sendiri tetapi tidak dilakukannya pada siang hari. Artinya adalah ada nilai terkandung di dalamnya, bahwa dengan puasa walaupun dia yang punya tapi karena sedang puasa dia tidak memakannya, apalagi mengambil punya orang lain.
Ramadan satu bulan ini kita berharapkan dapat menjadi pesantren kejujuran, guna kita jewantahkan pada bulan bulan berikutnya.
2. Tablig, menyampaikan ajaran ajaran Islam yang diterima dari Allah SWT kepada umat manusia.
Ajaran ini dijadikan tuntunan untuk dilaksanakan agar manusia selamat baik di dunia maupun akhirat.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
yaaa ayyuhar rosuulu balligh maaa ungzila ilaika mir robbik, wa il lam taf'al fa maa ballaghta risaalatah, wallohu ya'shimuka minan naas, innalloha laa yahdil qoumal kaafiriin
"Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang kafir."
(QS. Al Ma'idah 5: Ayat 67)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ud'u ilaa sabiili robbika bil hikmati wal mau'izhotil hasanati wa jaadil hum billatii hiya ahsan, inna robbaka huwa a'lamu bimang dholla 'ang sabiilihii wa huwa a'lamu bil muhtadiin
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk."
(QS. An Nahl 16: Ayat 125)
Baca juga: BREAKING NEWS Viral Pengusaha Ikan Hias di Kota Jambi Dibacok Hingga Tangan Alami Patah Tulang
Baca juga: Siklus Rehat Alat Pencernaan Selama Satu Bulan Ramadan (2)
Baca juga: Konsistensi dalam Menjalankan Ibadah Puasa
Baca juga: PROFIL Munarman Mantan Petinggi FPI Orang Dekat Rizieq Shihab Yang Ditangkap Densus 88 Polri
Ketika menyampaikan pesan pesan Allah diperlukan komunikasi yang baik, santun, beretika dan bermartabat kepada orang banyak yang terdiri dari:
Masyarakat awam komunikasi dengan cara praktik langsung (mauizatun hasanah) dan kepada kepada cendikiawan dengan cara berdiskusi/debat, yang dalam hal ini berkomunikasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pola pikir masing masing.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan tingkat kemampuannya. ( HR Muslim)
3. Amanah, berasal dari kata aman yaitu kebalikan dari takut, dan amanah kebalikan dari khianat.
Amanah adalah perilaku yang tetap dalam jiwa. Olehnya seseorang menjaga diri dari apa apa yang bukan haknya walaupun terdapat kesempatan untuk melakukan tanpa merugikan diri di hadapan orang lain.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
innalloha ya`murukum ang tu`addul amaanaati ilaaa ahlihaa wa izaa hakamtum bainan naasi ang tahkumuu bil 'adl, innalloha ni'immaa ya'izhukum bih, innalloha kaana samii'am bashiiroo
"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat."
(QS. An Nisa' 4: Ayat 58)
Amanah merupakan titipan yang harus ditunaikan sesuai dengan yang mengamanatkan, dan akan dipertangungjawabkan baik kepada Allah maupun manusia. Dan amanah jangan dianggap jatah.
4. Fathonah, yaitu kecerdasan.
Allah memberikan kecerdasan luar biasa kepada Nabi Muhammad SAW guna menjalankan perintah Allah SWT agar manusia dapat dipimpin dan menjadi memimpin yang Agung, sehingga dapat menyatukan puak puak yang terpecah belah, menyatukan yang bertikai agar manusia dapat menerima perbedaan dalam kebersamaan.
Kecerdasan yang Allah berikan pada Nabi Muhammad SAW adalah suatu mukjizat dari Allah, sehingga apa yang diperbuatnya adalah berdasarkan wahyu Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
wa maa yangthiqu 'anil hawaa
"dan tidaklah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut keinginannya."
(QS. An Najm 53: Ayat 3)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
in huwa illaa wahyuy yuuhaa
"Tidak lain (Alquran itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)"
(QS. An Najm 53: Ayat 4)
Kecerdasan diperlukan untuk memahami dan menjelaskan Wahyu illahi kepada manusia terutama umat Islam, sehingga Islam dapat menjawab semua persoalan yang muncul sesuai zamannya. Baik bagi umat milenial maupun kolonial.
Kecerdasan umat Islam harus selalu dipacu dengan selalu belajar serta senantiasa membaca dan meneliti, sehingga ilmu pengetahuan akan mengantarkan umat kepada kebenaran.
Agama menunjukan tentang kebenaran dan ilmu cara untuk menuju kepada kebenaran dan tidak ada pula sebuah keyakinan yang kokoh tanpa ilmu pengetahuan.
Kesimpulan
Puasa merupakan madrasah/pesantren untuk mereaktualisasikan nilai nilai, kejujuran, komunikasi yang baik, santun dan berakhlak, dan dapat dipercaya serta cerdas dalam beraktivitas karena aktivitas itu pada hakekatnya adalah beribadah.
Motto (Kerja keras, kerja ikhlas dan kerja tuntas). (*)