Berita Muarojambi
Empat Tahun Geluti Produksi Kolang Kaling saat Bulan Ramadhan Warga di Muarojambi Raup Jutaan rupiah
Membuat kolang kaling sudah menjadi sumber penghasilan bagi sebagian masyarakat di Kabupaten Muarojambi saat bulan Ramadhan tiba.
Penulis: Hasbi Sabirin | Editor: Rahimin
Empat Tahun Geluti Produksi Kolang Kaling saat Ramadhan Warga di Muarojambi Raup Jutaan rupiah
TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI - Membuat kolang kaling sudah menjadi sumber penghasilan bagi sebagian masyarakat di Kabupaten Muarojambi saat bulan Ramadhan tiba.
Lihat saja dilakukan Mahmud yang memiliki tiga orang anak tinggal di rumah sederhana di RT 5 Desa Jambi Tulo, Kecamatan Maro Sebo, Muarojambi ini.
Setiap tahun, saat bulan Ramadhan tiba ia selalu memanfaatkan memproduksi kolang kaling dari buah beluluk yang dibeli dari kebun milik tetangganya.
Minggu (25/42021) Tribunjambi.com berkesempatan mengikuti aktivitas Mahmud mengambil buah beluluk yang tidak jauh dari rumahnya untuk jadikan kolang kaling.
Sekira pukul 08:00 WIB mata Mahmud sudah tertuju pada buah beluluk yang menggantung di pepohonan enau milik tetangganya yang berlokasi kurang lebih 1,5 kilometer dari rumah nya.
Menggunakan sehelai tali tambang, selembar karung goni dan sebilah parang ia bergegas menuju perjalanan ke kebun enau tersebut menggunakan sepeda motor butut miliknya.
Mahmud sudah empat tahun menekuni pekerjaan musiman sebagai memproduksi kolang kaling dari buah beluluk ini, sudah menjadi penghasilan tambahan bagi keluarganya.
Buah beluluk yang ia jadikan kolang kaling ini, dibeli dari tetangganya yang memiliki pohon enau, satu tandan ia beli Rp20 ribu pertandan.
Ia juga terlihat sudah lihai memanjat dan memilih buah beluluk yang cocok untuk dijadikan kolang kaling.
• Download Aplikasi ini, Ikuti Tahapan Cara Perpanjang SIM Secara Online
• Ikatan Cinta Minggu 25 April 2021, Gawat Andin Diculik Sopir Pembalasan Sakit Hati Elsa
• Jalan Lintas Sumatera di Sarolangun Dijadikan Lokasi Balap Liar Saat Malam Hari
Tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal tidak terlalu lembut dan tidak terlalu keras.
Satu persatu tandan beluluk yang telah diturunkan dari batang enau, tak butuh waktu lama buah beluluk yang ia turunkan kemudian buah beluluk itu dibawa kerumah nya untuk diolah oleh Istrinya.
Buah beluluk yang sudah dipanen, sang isteri langsung menyambutnya dan mempertel satu demi satu buah beluluk yang akan direbus menggunkan wajan yang sudah terisi air panas yang berada disampingnya rumahnya.
Ditengah panasnya api tungku rebusan buah kolang kaling, istri Mahmud seolah-olah sudah mengetahui tugasnya merebusan buah beluluk hingga terlihat berwarna kuning kepucatan tanda sudah siap dikupas isinya.
Proses pengupasan kolang kaling tersebut, Mahmud manfaatkan keluarga dan tetangganya untuk diupah melakukan pengupasan kolang kaling satu kilogram diupah seribu rupiah.
"Iya kita juga manfaatkan keluarga dan tetangga sekitar sini untuk bantu pengupasan kita upah seribu rupiah perkilogram kolang kaling yang berhasil ia kupas," kata Mahmud.

Isi kolang kaling berbentuk lonjong dan berwana putih transparan itu, kemudian direndam dalam sebuah baskom supaya bisa tahan lama yang siap dijual kepada masyarakat yang akan manjadikan berbagai macam olahan makanan dan minuman untuk pelepas dahaga saat buka puasa.
Hampir setiap hari saat bulan Ramadhan masyarakat atau pengepul yang berdatangan untuk membeli hasil kolang kalingnya.
"Dalam bulan puasa tiap tahunnya saya bisa menghasilkan kolang kaling 5-8 pikul yang dijual harga Rp10-15 ribu perkilogram nya, selama bulan puasa sekarang kami sudah produksi 3 pikul kolang kaling setiap hari selalu habis dibeli oleh masyarakat Muarojambi maupun dari Kota Jambi," kata Mahmud.
Ia mengatakan, dalam sebulan saat bulan Ramadhan bisa mendapatkan keuntungan Rp4-5 juta dari jual kolang kaling dan bisa membiayai kebutuhan keluarganya saat ramadan dan lebaran tiba.
• Begini Suasana Terkini di Desa Pungut Mudik, Warga Keluar Desa Diawasi Secara Ketat
• Penjual Keramik Pasar Sitimang Kota Jambi Manfaatkan Sosial Media Untuk Tingkatkan Penjualan
• Pesta Ala Dugem Melanggar Protokol Kesehatan, Swiss-Belhotel Jambi Akui Lalai dan Kecolongan
Saat ini Mahmud mulai mengeluhkan permintaan kolang kaling dari masyarakat juga menurun dari dua tahun sebelumnya.
Ia menilai karena ekonomi masyarakat saat ini juga tidak stabil disebabkan pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir.
"Dua tahun sebelumnya, permintaan kolang kaling dari masyarakat cukup ramai bahkan kami juga cukup kewalahan menerima pesanannya," pungkasnya.(Tribunjambi.com/ Hasbi Sabirin)