Berita Kerinci
Barang Kebutuhan Warga Menipis Sejak Lockdown di Desa Pungut Mudik Kerinci, Bayi Butuh Susu
Sejak 19 April 2021 desa Pungut Mudik, Kecamatan Air Hangat Timur, Kabupaten Kerinci diberlakukan lockdown. Warga tidak diperbolehkan keluar
Penulis: Herupitra | Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJAMBI.COM, KERINCI - Sejak 19 April 2021 desa Pungut Mudik, Kecamatan Air Hangat Timur, Kabupaten Kerinci diberlakukan lockdown. Warga tidak diperbolehkan keluar desa akibat dinyatakan sebagai zona merah.
Memasuki hari ketiga lockdown, kebutuhan pokok warga pun mulai menipis. Sementara bantuan dari pemerintah daerah belum didapatkan warga setempat.
Hal itu diakui oleh warga Pungut Mudik dihubungi via telepon, Rabu (21/4). Ia mengatakan, masyarakat Pungut Mudik sangat mematuhi instruksi pemerintah untuk lockdown.
“Kami dilarang meninggalkan desa, tapi secuil bantuan sama sekali belum kami terima sejak dinyatakan lockdown dua hari lalu. Padahal kita semua tau kebutuhan harus di beli diluar desa kami," ungkap warga.
Sejauh ini ujarnya, untuk makan dan kebutuhan lainnya, masih mengandalkan stok yang ada. Namun stok sembako yang ada pun kini semakin berkurang.
"Sebelumnya ada bantuan 5 karung beras, namun itu hanya untuk 32 orang yang sebelumnya telah dinyatakan positif dari hasil swab PCR satu minggu yang lalu," ucapnya.
Di Pungut Mudik ada sebanyak 298 Kepala Keluarga (KK) dan 789 Jiwa. 789 Jiwa yang menempati 295 rumah inilah yang saat ini membutuhkan perhatian pemerintah karena lagi menjalani lockdown.
Warga lainnya Dopi, dihubungi justru tidak memikirkan semakin menipisnya bahan pokok. Bapak satu ini, justru memikirkan nasib anaknya selama menjalani lockdown.
Dia memiliki seorang bayi berusia 4 tahun. Untuk asupan makanan, anaknya itu hanya mengandalkan susu formula.
Namun kini stok susu untuk anaknya telah menipis. Ia memperkirakan hanya akan cukup untuk satu hari kedepan.
"Anak saya belum bisa makan nasi, sehari-hari hanya minum susu bebelac 4. Tapi kini stok susunya sudah mau habis, di desa tidak ada orang jual, harus ke pasar untuk belinya," sebutnya.
Ia mengaku, ingin sekali pergi membeli susu untuk anaknya, namun terkendala diberlakukannya lockdown. Warga setempat dilarang keluar kampung sebelum ada petunjuk dari Satgas Covid-19.
"Yang sangat mendesak saat ini adalah kebutuhan susu formula untuk bayi kami. Sebab untuk susu bayi kami hanya bisa membelinya ke Sungai Penuh, tapi kini kami dilarang untuk keluar desa," keluhnya.
Untuk itu ujarnya, warga sangat mengharap pemerintah bisa segera mencari solusi. Apa lagi kebutuhan pokok di tengah bulan ramadhan sangat banyak.
"Kalau untuk beras mungkin masih ada stok, tapi susu bayi memang harus dibeli keluar," harapnya.