Wawancara Eksklusif

Husni Jamal dan Keuletannya Menginventarisasi Kosakata Bahasa Jambi Seberang

Setiap hari selama sepuluh tahun, Husni Jamal menginventarisasi kosakata bahasa masyarakat yang berada di Seberang Kota Jambi.

Editor: Deddy Rachmawan
tribunjambi/wawan kurniawan
Husni Jamal (kanan) saat diwawancara Tribun Jambi 

                                                          

Melihat fenomena mulai tergerusnya Bahasa Seberang membuat pria berambut putih ini tergerak. Setiap hari selama sepuluh tahun, Husni Jamal menginventarisasi kosakata bahasa masyarakat yang berada di Seberang Kota Jambi.

KOSAKATA itu telah dikumpulkannya lebih dari 10 tahun lalu dan dimuatnya dalam sebuah situs, bahasajambiseberang.blogspot.com.

Bagaimana perjuangannya dalam membuat kompilasi Bahasa Seberang itu?

Simak dalam wawancara Tribun Jambi berikut.

Sudah berapa lama Bapak mengumpulkan kosakata ini?

Husni: Kalau mengumpulkannya sudah lama, sudah lebih dari 10 tahun. Tapi memang intensif saya kompilasi, saya masukkan ke blog saya itu sekitar tiga tahun terakhir, sejak saya pensiun.

Kompilasi, karena saya bukan ahli bahasa karena saya bukan ahli bahasa. Tapi kompilasi itu berdasarkan kamus bahasa, sesuai abjadnya, ada lemanya, ada contoh kata. Saya mengacu pada kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Jadi, terjemahan dari kompilasi Bahasa Jambi Seberang itu mengacu pada KBBI.

Apa yang melatarbelakangi Bapak untuk membuat kompilasi bahasa Jambi Seberang ini?

Husni: Saya sebutlah ini bahasa Jambi Seberang. Kota Jambi ini kan terdiri dari dua wilayah; yang berada di utara Sungai Batanghari dan di wilayah selatan Sungai Batanghari.

Dulu, orang yang bermukim di wilayah selatan itulah sebenarnya penduduk asli Kota Jambi. Dulu perkampungan yang tumbuh di sebelah selatan sana. Mereka menyebut diri sebagai orang seberang. Maka dikenallah daerah itu dengan nama Jambi Seberang.

Dulu, kawasan yang saat ini menjadi kawasan ramai mereka sebut pasar.

Ada orang seberang, ada orang pasar. Orang pasar ini sebagian besar pendatang, mereka membawa bahasa mereka. Jadi, bahasa yang biasa dibawa orang-orang di Kota Jambi itu sebenarnya bahasa orang pendatang.

Ada kecenderungan anak-anak muda Seberang itu merasa malu menggunakan bahasa Seberang, karena mereka merasa bahasa Seberang itu 'kampungan'. Apa lagi mereka rata-rata sekolahnya di daerah pasar, sehingga mereka ikut juga menggunakan bahasa pasar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved