Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Waspadalah! Segala Hal Dapat Menjadi Berhala
Waspadalah! Segala Hal Dapat Menjadi Berhala. Bacaan ayat: 1 Yohanes 5:21 (TB) - "Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala"
Waspadalah! Segala Hal Dapat Menjadi Berhala
Bacaan ayat: 1 Yohanes 5:21 (TB) - "Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala"
Oleh Pdt Feri Nugroho

Secara umum, berhala dikaitkan dengan patung. Seseorang membuat patung dan meyakini bahwa melalui patung tersebut dianggap sebagai perwujudan dari yang di sembah.
Sejak masa umat Tuhan di Perjanjian Lama, hukum kedua dari sepuluh hukum Tuhan menyatakan bahwa umat dilarang untuk membuat patung dan menyembahnya.
Hal ini didasarkan pada fakta bahwa Tuhan tidak mau disamakan dengan apapun yang merupakan ciptaan-Nya.
Apapun bentuk dan wujudnya, patung yang dibuat manusia tidak bisa mewakili keberadaan Tuhan yang tanpa batas dan mengatasi ruang dan waktu.
Bahwa Tuhan itu Esa dalam keberadaan-Nya dan yang lain adalah ciptaan dihadapan-Nya.
Konteks bangsa-bangsa pada masa Perjanjian Lama, setiap bangsa mempunyai sesembahannya masing-masing. Ketika terjadi peperangan, maka sesembahan bangsa yang kalah dianggap tidak mampu lagi melindungi penyembah nya.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Memilih Untuk Bahagia
Sesembahan tersebut telah berhasil dikalahkan oleh sesembahan bangsa yang menang.
Biasanya, tempat penyembahan dan patung yang mewakili keberadaan sesembahan bangsa yang kalah akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah serta perkakasnya dijadikan sebagai barang jarahan.
Asumsi ini yang melatarbelakangi Bait Suci di Yerusalem dihancurkan ketika bangsa Israel kalah dari bangsa Babel.
Perkakas Bait Suci diangkut ke Babel dan dijadikan harta jarahan. Sementara bangunan Bait Suci dihancurkan.
Ratapan tangis akan mengiringi kehancuran tersebut. Identitas sebagai sebuah bangsa sedang ditiadakan dan Allah dianggap tidak mampu lagi untuk menolong. Dalam dunia modern, berhala bermunculan kembali dalam beragam bentuk.
Inti dari berhala adalah memposisikan sesuatu yang bukan Allah sebagai Allah.
Apapun bisa menjadi berhala. Segala sesuatu yang bisa menggantikan Allah dalam hati seseorang, itulah berhala.
Surat Yohanes memberikan peringatan kepada kita agar kewaspadaan ditingkatkan dalam berhadapan dengan kemungkinan pemberhalaan sesuatu. Idola, misalnya.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Kasih Allah yang Tiada Batas
Rasanya tidak ada masalah ketika mengidolakan seseorang atau sesuatu untuk tujuan yang baik.
Meneladani kebaikannya. Tindakan sang idola menginspirasi banyak orang untuk melakukan sesuatu yang dapat membangun kehidupan.
Ironisnya, pengidolaan rentan dengan sikap fanatis yang berlebihan. Segala aksesoris yang terkait dengan sang idola, dikoleksi sedemikian rupa.
Uang yang sangat banyak dibelanjakan hanya untuk memenuhi ego untuk memiliki apapun yang terhubung dengan idolanya.
Bahkan tindakan ekstrem bisa dilakukan agar wajahnya identik atau sama dengan idola melalui tindakan operasi yang menyakitkan.
Sadarkah kita bahwa kata idola yang diserap dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris, 'idols' yang berarti berhala?
Waspadalah terhadap segala berhala, menjadi nasihat yang selalu relevan di sepanjang perjalanan kehidupan beriman kita. Berhala, bukan hanya patung yang dijadikan sesbagi sesembahan.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Firman Tuhan Sebagai Pandu
Berhala dapat dipahami sebagai segala hal yang mebuat kita berpaling dari Allah.
Harta, tahta, jabatan, hobby, pasangan hidup, pendidikan, kepandaian, makanan, pakaian, teknologi, sarana dan prasarana kehidupan, rumah, bahkan pasangan hidup pun bisa menjadi berhala ketika telah membuat seseorang berpaling dari Tuhan.
HP yang ada ditangan, aplikasi yang ada didalamnya, pun bisa menjadi berhala ketika kita mulai merasa 'tidak bisa hidup tanpanya'.
Bukankah kehidupan itu asalnya dari Tuhan?
Bagaimana mungkin kuasa memberikan kehidupan beralih kepada teknologi?
Waspadalah... Selalu waspada ketika mulai kecanduan dan ketagihan, atau tidak bisa lepas dari sesuatu: mungkin itu mulai menjadi berhala. Amin
Renungan oleh Pdt Feri Nugroho, S.Th, GKSBS Palembang Siloam