Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Berbuat Kebaikan Adalah Tanggung Jawab Iman

Bacaan ayat: Galatia 6:2, 9 (TB) - "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Janganlah kita jemu-jemu berbua

Editor: Suci Rahayu PK
ist
Ilustrasi renungan harian 

Berbuat Kebaikan Adalah Tanggung Jawab Iman

Bacaan ayat: Galatia 6:2, 9 (TB) - "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah"

Oleh Pdt Feri Nugroho

Pdt Feri Nugroho
Pdt Feri Nugroho (Instagram @ferinugroho77)

Semua orang pasti setuju bahwa berbuat baik itu menjadi hal yang harus dilakukan sebagai manusia.

Paling tidak persetujuan kita didasarkan pada rasa kemanusiaan, bahwa sebagai sesama manusia kita pada posisi untuk hidup saling membantu dalam tindakan yang baik.

Manusia diciptakan oleh Tuhan, bukan hanya sebagai mahkluk pribadi, namun juga mahkluk sosial dan ini sama dengan ciptaan yang lain.

Segala yang diciptakan Tuhan selalu terhubung dengan yang lain, jika ingin terjadi keberlangsungan kehidupan dari generasi ke generasi.

Saat hubungan rusak, dalam banyak kasus, kerusakan pun terjadi.

Bukan hanya dalam skala kecil, bisa jadi kerusakan akan terjadi secara global.

Semua harus terhubung dalam kebaikan agar kehidupan dapat terus berkelanjutan.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Kualitas Hidup Personal

Namun ketika didalami tentang matifasi personal seseorang berbuat kebaikan, ternyata setiap orang memiliki motifasi yang berbeda-beda.

Secara umum memang dimotifasi faktor rasa kemanusiaan, namun dalam beberapa pemahaman, kebaikan bisa dihubungan dengan kepentingan dan kebutuhan pribadi untuk mendapatkan imbalan atau upah.

Paling tidak ingin mendapatkan upah bahwa orang lain akan berbuat yang sama kepadanya.

Harapannya sederhana, melakukan kebaikan agar orang lain membalasnya dengan kebaikan yang sama.

Banyak yang akhirnya putus asa ketika tidak memperoleh balasan yang dikehendaki. Ibarat 'air susu dibalas air tuba', ternyata berbuat kebaikan tidak bisa memeberikan jaminan bahwa orang lain akan melakukan hal yang sama kepada kita.

Pengalaman buruk mendapatkan balasan yang tidak baik menciptakan trauma, yang bisa bermuara pada keputusan untuk menghentikan perbuatan baik yang dilakukan.

Terdapat juga paham, bahwa berbuat baik bukan hanya dihubungkan dengan kehidupan masa kini, namun kehidupan dimasa yang akan datang.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Tuhan Adalah Raja dalam Kehidupan

Berbuat baik dinilai sebagai mengumpulkan bekal untuk memperoleh sorga kelak. Ini bisa membuat seseorang bertahan tetap berbuat baik meskipun mendapatkan balasan yang tidak baik.

Namun tekanan pada akhirnya memaksanya menjadi jemu atau bosan dan mulai membatasi kebaikan sebatas diperlukan semata.

Jika orang lain baik, dibalas baik. Jika tidak, cukuplah membatasi diri dengan tidak melakukan apapun meskipun sebenarnya masih bisa melakukan kebaikan.

Rasul Paulus mendorong jemaat Galatia untuk tidak jemu-jemu dalam berbuat baik.

Jemaat yang tertindas rentan untuk putus asa dan melupakan tugas utama untuk membawa kabar pengharapan.

Situasi ini menjadi tekanan yang kuat bagi jemaat untuk menyudahi saja dalam berbuat baik. Seolah menjadi tindakan yang sia-sia, seperti menjaring angin atau menggarami lautan.

Tidak demikian bagi Rasul Paulus. Berbuat baik tidak boleh berhenti karena tekanan dan penindasan.

Berbuat baik terjadi dihubungkan dengan karya penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus yang telah mengembalikan hukum pada posisinya yang semula yaitu hidup dalam kasih.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Kehidupan yang Hina dan Mulia

Mengasihi Allah dan sesama adalah dua sisi dari satu mata uang; terkait, terhubung dan tidak dapat dipisahkan. Oleh Rasul Paulus disebut sebagai hukum Kristus.

Hukum ini tidak didasarkan pada rasa kemanusiaan atau motifasi untuk memperoleh sorga sebagai upahnya, hukum ini didasarkan pada tindakan Allah yang telah berbuat baik terlebih dahulu dengan cara berkarya menyelamatkan manusia dari kutuk dan belenggu dosa.

Tindakan baik Allah inilah yang menjadi pendorong bagi orang percaya untuk selalu berbuat baik.

Maka berbuat kebaikan adalah tanda syukur seseorang yang telah mengalami kasih Allah di dalam kehidupan nya.

Berbuat baik itu menjadi gaya hidup orang percaya; melekat erat dalam kehidupan dan mengalir deras dalam darah setiap orang percaya.

Bagi kita yang sungguh-sungguh mengalami dan menghayati jaminan keselamatan dalam Yesus, tidak bisa tidak, harus hidup dalam kebaikan.

Kebaikan Tuhan membawa pembaharuan dalam kehidupan untuk memilih hidup dalam ketaatan.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Tuhan yang Mahabesar

Jangan biarkan kedagingan menggoda untuk berbuat tidak baik, atau membuat jemu untuk berbuat baik. Tanggung jawab beriman sebagai orang yang telah diselamatkan adalah terus hidup dalam kebaikan.

Kebaikan terus diupayakan memancar dalam setiap perilaku kehidupan kita, sehingga pada akhir nya nama Tuhan dimuliakan dalam kehidupan.

Selamat berbuat kebaikan setiap waktu, jangan jemu-jemu untuk berbuat baik. Amin

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved