Myanmar Kian Memanas, Polisi Tembak Mati Tujuh Pengunjuk Rasa Anti-kudeta Hingga Banyak yang Terluka
Suasana di Myanmar kian memanas, bahkan aksi unjuk rasa terus terjadi. Polisi juga menembak mati tujuh pendemo di lokasi.
Polisi juga membubarkan aksi protes di kota-kota lain, termasuk Lashio di timur laut dan Myeik di selatan.

Jangan pernah berlutut
Pemimpin Junta Militer Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan pekan lalu pihak berwenang menggunakan kekuatan minimal untuk menangani aksi protes.
Namun demikian, setidaknya 10 demonstran telah tewas dalam tindakan kekerasan aparat militer dan polisi Myanmar.
Militer mengatakan seorang polisi telah dibunuh.

Tindakan keras aparat itu tampaknya menunjukkan tekad oleh militer untuk memaksakan wewenangnya dalam menghadapi aksi protes dan pembangkangan sipil yang meluas.
Bukan hanya di jalanan, tetapi lebih luas dalam pelayanan sipil, administrasi kota, peradilan, sektor pendidikan dan kesehatan dan media.
"Jelas terjadi eskalasi pasukan keamanan Myanmar dalam penggunaan kekuatan mematikan di beberapa kota dan itu keterlaluan dan tidak dapat diterima," ujar wakil direktur lembaga Hak Asasi Manusia untuk Asia yang berbasis di New York, Phil Robertson dalam sebuah pernyataan.
Ratusan demonstran menolak meninggalkan jalanan pada sore hari ini di Yangon. Banyak yang mendirikan barikade.

Sementara yang lain melantunkan seruan dan menyanyikan lagu-lagu protes terhadap kudeta militer dan kediktatoran.
"Jika mereka menyerang kami, kami akan bertahan. Kami tidak akan pernah berlutut ke sepatu bot militer," kata Nyan Win Shein dari aksi protes di Yangon.
Dini hari, polisi melakukan tindakakn kekerasan untuk membubarkan aksi protes guru dengan granat kejut.
“Seorang guru, Tin New Yee, meninggal karena dugaan serangan jantung,” kata putrinya dan sesama guru.

Pedemo Myanmar berlarian menyelamatkan diri dari tembakan polisi, saat berdemonstrasi menentang kudeta militer di Naypyidaw, pada Sabtu (26/2/2021). (STR/AFP)
Polisi juga melemparkan granat kejut di luar sekolah kedokteran Yangon, mengirim dokter dan siswa dengan mantel lab putih yang lari kocar kacir.