Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Hidup Dalam Ikatan Perjanjian
Bacaan ayat: Kejadian 17:1-2 (TB) - "Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepada
Hidup Dalam Ikatan Perjanjian
Bacaan ayat: Kejadian 17:1-2 (TB) - "Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.
Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak."
Oleh Pdt Feri Nugroho

ola perjanjian ternyata selalu ada dalam sejarah kehidupan manusia.
Ketika seorang bayi dilahirkan, tanpa disadari, ia terikat pada sebuah perjanjian.
Ini menjadi perjanjian awal bagi kehidupannya. Ia terikat perjanjian anak dengan orang tua.
Sebagai orang tua akan merawat dan memelihara kehidupannya dengan baik sebagai tanda mereka terikat tanggungjawab pada perjanjian.
Sementara itu, anak diposisikan untuk hidup dalam ketaatan kepada orang tua.
Selama masing-masing melakukan tanggung jawabnya sesuai posisi masing-masing, maka relasi akan berjalan baik.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Roh Kudus akan Menolong
Namun ketika salah satu telah mengingkari perjanjian, maka relasi menjadi rusak. Anak yang tidak taat pasti akan melukai hati orang tuanya.
Sementara orang tua yang tidak melakukan tanggung jawabnya dengan baik akan memberikan penilaian buruk terhadap kehidupannya.
Seiring waktu, perjanjian mulai mengalami pembaharuan. Ketika anak beranjak dewasa, maka perjanjian menjadi berubah.
Orang tua tidak lagi perlu menyuapi anaknya ketika mereka lapar.
Anak mulai membangun kemandirian dalam menjalani kehidupan.
Sampai akhirnya perjanjian diperbaharui dalam perjanjian yang lain; seorang anak yang sudah dewasa memutuskan untuk menikah, mengikatkan diri dalam perjanjian yang baru sebagai suami dan isteri.
Dalam perjanjian pernikahan, suami istri akan melakukan tanggung jawabnyanya masing-masing dalam ketaatan dan dedikasi.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Hidup Untuk Berkarya
Ketika Allah menciptakan langit dan bumi, dan termasuk di dalamnya manusia, Allah telah membangun sebuah perjanjian: Allah sebagai Pencipta dan manusia sebagai ciptaan.
Layaknya orang tua dan anaknya, Allah memposisikan manusia untuk taat kepada-Nya.
Selama manusia taat maka relasi akan berjalan dengan baik. Perjanjian akan rusak ketika terjadi pemberontakan terhadap isi perjanjian.
Manusia memilih untuk tidak taat. Manusia lebih fokus pada keinginan sendiri dan mengabaikan Allah, bahkan bertindak ingin menyamai Allah.
Perjanjian pun rusak. Manusia jatuh dalam dosa.
Tinggal diamkah Allah, melihat fakta tersebut?
Allah tetap mengasihi manusia. Panggilan-Nya kepada Abram menjadi bukti nyata, bahwa Allah tetap berkeinginan menyelamatkan manusia.
Ada beberapa pelajaran berharga bagi kita, agar kita semakin menghayati perjanjian dengan Allah dalam rasa syukur.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Indah Pada Waktu-Nya
Pertama, Allah lah yang berinisiatif untuk membuat perjanjian. Itu artinya, manusia pada kenyataannya sudah terbelenggu dosa dan kehidupannya dikuasai dosa.
Atas kasih karunia dan anugerah Allah saja maka manusia dapat diselamatkan.
Hal ini memposisikan manusia hidup hanya karena anugerah Allah, bukan karena upayanya sendiri.
Maka sudah seharusnya manusia mensyukuri apa yang telah Allah lakukan bagi kehidupannya.
Kedua, terjadi perubahan kehidupan pada manusia. Perubahan nama Abram menjadi Abraham, Sarai menjadi Sara, mengindikasikan bahwa Allah mengubah manusia dalam posisi yang lebih baik sehingga berpotensi untuk hidup dalam ketaatan.
Tidak ada lagi alasan dari manusia untuk tidak taat dengan alasan ketidakmampuan.
Manusia telah berada pada posisi mulia, yaitu bagi Abraham akan menjadi berkat bagi segala bangsa dan Sara sebagai ibu dari bangsa-bangsa.
Ketiga, ada tanda yang kelihatan yaitu sunat sebagai tanda perjanjian.
Perjanjian tersebut kekal, ada dalam daging setiap keturunan dimasa depan.
Tanda tersebut menjadi pengingat bahwa telah terjadi perjanjian antara Allah dengan Abraham dan berlaku untuk semuan keturunannya.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Percaya Itu Pilihan Dalam Kehidupan
Keempat, perjanjian tersebut menuntut ketaatan bahwa Abraham akan tunduk kepada Allah dengan hidup tidak bercela dan menjadikan Dia sebagai Allah nya, sementara itu Allah berjanji akan memberkati mereka melalui pemberian tanah perjanjian.
Selama Abraham taat, maka dipastikan perjanjian itu akan terus berlaku sebab Allah tidak pernah ingkar pada perjanjian-Nya.
Pahamkah kita, jika pada akhirnya perjanjian itu diperbaharui kembali secara utuh dalam Yesus Kristus?
Perjanjian tersebut berlaku kekal, bahwa Allah berinisiatif menjadi manusia dalam Yesus Kristus; bahwa kehidupan orang yang percaya diubah dalam pembaharuan hati menjadi manusia baru yang dipimpin oleh Roh Kudus; bahwa perjanjian itu ditandai dengan Sakramen Baptisan Kudus dan dipelihara dalam Sakramen Perjamuan Kudus; bahwa perjanjian tersebut menuntut kita untuk hidup dalam ketaatan yang penuh.
Allah tidak pernah ingkar janji. Dia selalu setia dengan janji-Nya. Maka teruslah hidup dalam ketaatan. Pergunakan kehidupan untuk memuliakan Tuhan. Amin
Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam