Berita Kota Jambi

Museum Gentala Arasy, Objek Wisata Religi Dengan Beragam Koleksi Karya Ulama Jambi

Amin mengatakan, saat ini pengelolah masih melakukan renovasi beberapa fasilitas. "Lift masih diperbaiki, kedepan akan dibuka...

Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Nani Rachmaini
Dedy nurdin
Salah satu Kitab koleksi di Gentala Arasy 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Sebuah Mushaf Al Qur'an khas Melayu berukuran raksasa akan langsung terlihat ketika pertama menyambangi Museum Gentala Arasy. Lokasinya tepat bedada di sebelah kanan setelah melewati pintu masuk. 

Ukurannya memang tak biasa, memiliki panjang 125 x 180 cm, Mushaf ini dibuat dengan ukiran khas Jambi. Ditulis tangan oleh enam orang Hafidz Al Qur'an dari Kota Seberang yang dikenal memiliki banyak pesantren tradisional. 

Pengerjaannya dilakukan sejak hanya tiga bulan sejak April 2014. Pada September 2014 mushaf ini kemudian ikut di pamerkan pada saat museum diresmikan oleh Mentri Agama kala itu. 

Sementara disi kiri setelah pintu masuk sebuah beduk raksasa juga ikut dipamerkan. Beduk itu menurut keterangan M Amin, staf pengelola Museum Gentala Arasy dibawa oleh Presiden RI ke tiga, Soeharto dari jepara pada saat peresmian Tugu Juang tahun 1997. 

Sementara dari dalam Museum Gentala Arasy sendiri terdapat ratusan koleksi bernuansa sejarah masuknya islam di tanah Jambi. Mulai dari abad ke 14 Masehi, saat laut dan sugai di Jambi masih berfungsi sebagai jalan raya. 

Ruangannya memang tak seluas museum lainnya yang ada di Jambi. Namun, Museum Gentala Arasy menjadi tujuan wisata ruhani bagi warga beragama Islam di Jambi. 

Dari ratusan kolesi yang dipajang, terdapat sejumlah kitab klasi yang ditulis tangan lagsung oleh para ulama yang menyiarkan Islam di Jambi. 

Seperti kitab Hadits Arbain tulisan tangan Syeh Al Islam Taquidin Abi Fatah. Kitab ini dibuat pada 702 Hijriah. Ketebalannya 500 halaman yang berisi tentang niat, rukun Islam dari 40 hadits. 

Kitab Hadits Dalil Alfiah, isinya tentang Hadits Tawakkal dan Istiqamah yang ditulis tangan penjelasannya oleh seorang ulama bernama Muhammad Bin A'lan A'siddikh Asyafei Al Asyahri dari Kecamatan Tujuh Koto Ulu, Kabupaten Tebo. 

Koleksi kirab lainnya adalah kitab Khawakib Matan Jurumiyah karya Muhammad bin Muhammad Abdulbari abad ke 13 Masehi dan dijelaskan tulis tangan oleh Muhammad Arrahim dari Kabupayen Tebo. 

Terdapat pula sejumlah kital lainnya tentang Fikih, Tafsir, Nahu, Ushul Fikh, Tajwid dengan tulisan penjelasan mengunakan huruf Arab Melayu. Serta beberapa Al Quran yang juga ditulis tangan. Kesemua koleksi ini merupakan karys dari para ulama dari berbagai kabupaten di Provinsi Jambi. 

Beberapa kitab diantaranya ditulis dengan mengunakan tinda cina dengan kertas Eropa. Tak hanya itu saja, koleksi lain yang kian menguatkan kentalnya akultirasi adat Melayu dan Islam juga bisa ditemukan dalam ukiran kain, sorban dan beberapa peralatan seperti tempat menyimpan perhiasan hingga tempat membakar wewangian dari kayu gaharu. 

Dibeberapa sudut Museum juga dapat ditemukan koleksi senjata berupa keris dan tombak yang digunakan oleh para pejuang Jambi dalam melawan penjajah. 

Jelajah ruhani pun kian lengkap dengan berbagai koleksi foto-foto lawas yang menggambarkan suasana pesantren di Kota seberang, foto ulama penyiar Islam Jambi lengkap dengan biografi singkat serta foto sejumlah masjid tua yang tersebar di berbagai kabupaten kota di Provinsi Jambi. 

Sayangknya kondisi pandemi saat ini turut berdampak pada kurangnya pengunjung. Meski demikian, aktifitas kunjunga saat ini mulai kembali dibuka. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved