Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Indah Pada Waktu-Nya
Bacaan ayat: Pengkhotbah 3:11 (TB) - "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia
Indah Pada Waktu-Nya
Bacaan ayat: Pengkhotbah 3:11 (TB) - "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir".
Oleh Pdt Feri Nugroho

Salah satu potensi yang Tuhan anugerahkan bagi manusia adalah kemampuan untuk berfikir.
Manusia yang hidup hari ini dapat berfikir dalam memori tentang masa lalunya.
Bagaimana ia telah menjalani kehidupan, mengisi hari-hari lalu dan memberi makna kepada segala peristiwa yang ada.
Bermemori membuat seseorang menimba ilmu dan belajar yang baik dari pengalaman yang terjadi dan menjadikannya sebagai patokan untuk masa depan.
Jika itu baik maka akan diulangi, namun jika tidak baik akan ditinggalkan atau diantisipasi.
Sekejap kemudian, manusia dapat beralih memikirkan masa depan dalam bentuk mimpi.
Masa indah yang ingin diraih, dicapai dan diperjuangkan. Dalam mimpi tersebut seseorang masuk dalam sebuah imajinasi dengan menciptakan kondisi ideal yang dicita-citakan.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Percaya Itu Pilihan Dalam Kehidupan
Sekejap berikutnya, sudah berada kembali dalam kehidupan masa kini yang sedang dijalani.
Memori seakan tak berbekas dan mimpipun lenyap, berganti dengan kenyataan kehidupan yang sedang terjadi.
Berhadapan dengan kenyataan ini, seseorang harus melakukan sesuatu untuk kehidupannya.
Berbekal memori dan mimpi, ia memilih untuk melakukan sesuatu yang terbaik hari ini.
Memori akan dijadikan sebagai pelajaran dan mimpi hendak diwujudkan menjadi realita kehidupan.
Dalam perjalanannya, tidak selalu berjumpa dengan jalan mulus. Jalan terjal dan berliku harus dilewati, beberapa kali harus berada di persimpangan jalan kehidupan.
Ia harus memilih, jalan mana yang hendak dilalui. Kadang kebingungan, kelelahan.
Bahkan setelah sekian lama berlalu dan terus berjalan, tujuan tidak kunjung terlihat.
Seakan ada kabut yang menyelimuti, menghalangi pandangan.
Beberapa orangnya mulai tidak sabar. Jalan pintas menjadi godaan yang menggiurkan, meskipun paham bahwa jalan tersebut menyesatkan.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Konsekuensi Menjadi Pengikut Yesus Kristus
Ketidaksabaran membuat seseorang berteriak lantang, "Sampai kapan?".
Bukankah ini yang sedang menjadi bisikan lirih tanpa suara, ketika kita mengingat pandemi yang seakan tanpa ujung?
Perjalanan panjang kehidupan Pengkotbah telah membuatnya kaya dengan berbagai pengalaman.
Posisinya sebagai seorang raja yang mempunyai kuasa, membuatnya mendapat akses ke semua hal. Seakan tidak ada yang tidak ia ketahui.
Kekayaan melimpah, kebijaksanaan yang dipuji banyak orang, kekuasaan yang seakan tidak berakhir dan kehidupan pribadi yang penuh dengan kenikmatan; pada akhirnya membawanya pada sebuah kesimpulan bahwa semua sia-sia, seperti upaya menjaring angin.
Ia melihat kehidupan berputar, seakan sudah ditetapkan sedemikian rupa.
Masing-masing berlaku sebagaimana adanya. Masing-masing berjalan pada waktunya sendiri-sendiri. Sampai akhirnya ia membuat kesimpulan bahwa semua akan indah pada waktunya.
Kesimpulan ini seakan membawa pembacanya untuk bersikap apatis, tidak perlu berbuat apa-apa. Karena jika saatnya tiba, dipastikan akan terjadi apa yang seharusnya terjadi.
Bak pohon mangga yang akan berbunga pada musimnya.
Tentu bukan ini maksud kesimpulannya.
Kesimpulan Pengkotbah sebenarnya membawa pada satu sikap penting yaitu berserah dibawah otoritas Tuhan. Sikap ini penting untuk dimiliki, agar manusia sadar diri akan keterbatasannya.
Manusia memang punya potensi yang seakan tanpa batas untuk memikirkan banyak hal. Manusia diijinkan untuk bermemori dan bermimpi untuk melakukan yang terbaik bagi kehidupan.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Alkitab Berlaku Kekal Sebagai Firman Tuha.
Posisi manusia yang menjadi patner Allah dalam memelihara ciptaan memang memungkinkan untuk melakukan hal tersebut; namun manusia harus pada posisi sadar dan mengendalikan diri bahwa Tuhan tetap pada posisi sebagai penguasa mutlak atas kehidupan.
Allah memang menciptakan manusia mempunyai keinginan untuk mengetahui masa depan namun tidak akan sanggup memahami perbuatan Allah yang ajaib di masa depan.
Oleh sebab itu, manusia pada posisi sadar diri bahwa Allah lah yang mempunyai otoritas yang mutlak untuk menentukan segala sesuatu terjadi pada saat yang tepat.
Kondisi ini membawa manusia pada posisi relasi yang dinamis dengan Allah.
Manusia melakukan bagiannya, dan Allah akan menyatakan kehendak-Nya.
Bagian manusia adalah belajar dan berbuat yang terbaik sebagai patner Allah dalam membangun kehidupan.
Segala potensi dikembangkan dan dikerahkan sedemikian rupa, sehingga mengarah pada hasil yang maksimal.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Alkitab Berlaku Kekal Sebagai Firman Tuha.
Pada saat yang sama, melangkah dengan iman bahwa Tuhan juga sedang berkarya dengan menyatakan kehendak-Nya.
Semua akan indah pada waktunya Tuhan ketika Dia menetapkan.
Namun tidak membuat kita berpangku tangan dalam kebodohan.
Karunia kecerdasan yang telah Allah berikan harus dimaksimalkan sebaik mungkin.
Sampai akhirnya kita bisa menemukan karya dan kehendak Tuhan dalam segala perkara.
Yakin dan percaya, bahwa Dia berkarya untuk kebaikan kita, meskipun terkadang terlihat buruk dalam pandangan kita. Amin
Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam