Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Konsekuensi Menjadi Pengikut Yesus Kristus
Bacaan ayat: Matius 5:10-12 (TB) - "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagiala
Konsekuensi Menjadi Pengikut Yesus Kristus
Bacaan ayat: Matius 5:10-12 (TB) - "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Oleh Pdt Feri Nugroho

Ada banyak faktor yang menjadi pendorong dan memotivasi seseorang untuk ikut menjadi anggota suatu kelompok tertentu.
Sebutlah club motor, misalnya. Dorongan awal, bersumber pada kesamaan pilihan motor.
Berada dalam club akan terasa mempunyai banyak teman dan sahabat yang memiliki ketertarikan dalam hal yang sama.
Rasa percaya diri muncul. Seseorang belajar banyak hal melalui sebuah club. Ia dapat belajar berorganisasi, memimpin, mengutarakan pendapat, tunduk pada aturan yang disepakati, dan hal lain yang membuatnya dapat mengembangkan diri dengan baik.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Hidup Dalam Rasa Syukur
Seiring waktu, club dapat menjadi tempat bagi seseorang untuk menemukan identitas diri.
Keberhargaan dirinya menjadi semakin baik, bahkan terarah untuk bersaing dengan kelompok-kelompok yang lain.
Dalam banyak kasus, terjadinya tawuran massal seringkali berawal dari rasa tersinggung personal, merambah pada perasaan terhina bagi kelompoknya dan berusaha membuktikan diri sebagai yang terkuat melalui adu jotos secara fisik.
Tak ubahnya sebuah kelompok massa, sebuah kelompok dengan keyakinan dan kepercayaan tertentu, pada titik tertentu akan mengalami titik penentu ketika berhadapan dengan yang lain dalam kebersamaan.
Godaan untuk menjadi yang terbenar tanpa disadari menggiring kelompok untuk menyatakan keberadaan kelompoknya melalui tindakan melemahkan yang lain melalui tindakan penindasan.
Ironisnya, penindasan seolah menjadi legal ketika mengatasnamakan kepercayaan.
Itulah sebabnya pertikaian yang berbau SARA sangat mudah terpicu, karena menyangkut harga diri dan kelompok tertentu.
Gereja pun pernah mengalami masa kelam dalam sejarahnya ketika perpecahan organisasi pada masa lampau hingga korban berjatuhan.