Tesla Akan Bangun Pabrik di India, Arah Saham ANTM dan INCO Ke Depan Menurut Analis: Buy
Saat ini Tesla Inc tengah bersiap untuk mendirikan unit manufaktur mobil listrik di negara bagian Karnataka, India
TRIBUNJAMBI.COM - Siapa yang tidak tahu Tesla Inc, produsen mobil listrik asal Amerika Serikat ini terus melebarkan sayapnya.
Saat ini Tesla Inc tengah bersiap untuk mendirikan unit manufaktur mobil listrik di negara bagian Karnataka, India.
Sebelum melirik India, Tesla juga dikabarkan akan membenamkan modalnya di Indonesia.
Bahkan Tesla Inc sempat mengangkat harga saham beberapa emiten yang terkait dengan industri ini, di antaranya PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Kabar Tesla yang akan mendirikan pabrik di India turut mempengaruhi prospek harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Baca juga: Daftar Investasi yang Cuan di Tahun Kerbau Logam 2021 - Saham Konstruksi, Pertambangan, Emas
Baca juga: Perjalanan Elon Musk di Tesla, Strategi Bisnis Elon Membuat Saham Tesla Melonjak
Baca juga: Deretan Kode Redeem Free Fire Hari Ini 18 Februari 2021 Lengkap, Segera Klaim Dapat Barang Gratis
Sebelumnya, saham ANTM memang sempat meningkat oleh sentimen rencana investasi Tesla di Indonesia.
Pada tutup perdagangan Kamis (18/2) hari ini saham ANTM menguat 1,09% ke harga Rp 2.780 per saham, setelah sebelumnya sempat melemah ke Rp 2.740 pada penutupan sesi pertama.
Sebelumnya pada perdagangan Rabu (17/2) saham ANTM sempat amblas ke 4,18%.
Sementara itu, saham INCO pada penutupan perdagangan Kamis (18/2) meningkat 2,06% ke harga Rp 6.200 per saham.
Tapi pada perdagangan Rabu (17/2) saham INCO sempat melemah 2,41% ke harga Rp 6,075 per saham.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menyebut, berita terkait rencana Tesla mendirikan pabrik di India memberikan sentimen negatif bagi saham nikel seperti ANTM dan INCO.
Mengingat sebelumnya harga saham ANTM dan INCO naik karena Tesla digadang-gadangkan ingin membuat pabrik di Indonesia dan berkerjasama dengan ANTM.
Tetapi, Chris melanjutkan, penurunan saham ini karena berita tersebut tak begitu signifikan.
Menurutnya, kabar itu cenderung tidak terlalu membuat panik harga sahamnya karena investor retail masih cenderung shock pada saat penurunan dari pertengahan Januari hingga akhir Januari silam.
“Retail cenderung menahan diri untuk belum kembali masuk ke ANTM. Jadi memang karena berita yang keluar cenderung negatif dan tidak memicu kepanikan dari ritel, sehingga pergerakannya cenderung dapat berbeda dari sentimennya,” kata Chris, Kamis (18/2).