Misteri Rudy Badil dan Nanu Mulyono, Anggota Warkop DKI 1970-an yang Jarang Diketahui Orang
Sejarah panjang telah dilewati Warkop DKI sejak 1970-an. Siapakah Nanu Mulyono dan Rudy Badil yang jarang diketahui orang....
TRIBUNJAMBI.COM - Warkop DKI telah mengalami perjalanan panjang di dunia lawak Indonesia.
Tentu ingat film komedi Mana Tahaaan... (1979), IQ Jongkok (1981), Kesempatan Dalam Kesempitan (1985), Godain Kita Dong (1989).
Atau tahun 90-an ada Masuk Kena Keluar Kena (1992), Pencet Sana Pencet Sini (1994).
Ya, itulah film komedi Warkop DKI yang fenomenal.
Grup yang telah berdiri pada awal 1970-an ini telah bertahan sekitar 45 tahun.
Sejarah panjang telah dilewati, hingga kini hanya menyisakan satu personel Indro Warkop.
Bagi yang belum mengetahui, Warkop DKI sebenarnya awalnya beranggota bukan hanya Dono Kasino Indro.
Banyak yang belum mengetahui sejarah awal Warkop DKI.
Baca juga: Gara-gara Fortuner, Anak Tega Gugat Ibu Kandung: Sakit Dua Kali, 1 Saat Melahirkan, 2 Saat Digugat
Ada nama Rudy Badil dan Nanu Mulyono pada masa-masa awal grup ini berdiri.
Namun, perjalanan mengubah formasi grup.
Memang, grup lawak terkenal dengan Dono, Kasino dan Indro itu telah ada sejak 1970-an.
Kala itu grup ini belum bernama Warkop DKI.
Setelah perjalanan panjang bertahun-tahun, akhirnya terjadi perubahan nama menjadi Warkop DKI.
Berikut sejarah terbentuknya Warkop DKI, hingga kehilangan anggota.
Awalnya, Warkop DKI bernama Warkop Prambors.
Grup ini kemudian dikenal sebagai Trio DKI yang merupakan grup lawak.
Formasi awal sekaligus pendirinya Nanu (Nanu Mulyono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro).
Di sini Indro merupakan anggota yang paling muda.
Baca juga: Ikatan Cinta Malam Ini, Misteri Pembunuh Roy Terungkap, Mama Sarah dan Elsa Panik
Nanu, Rudy, Dono dan Kasino merupakan mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta.
Sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta.
Situs wikipedia menuliskan, mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi.
Acara ini merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors.
(Perlu diingat, Temmy pun pernah bermain film di Warkop DKI)
Acara lawakan itu setiap Jumat malam, antara pukul 20.30-21.15, disiarkan Radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.
Dalam acara itu, Rudy Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr James dan Bang Cholil.
Indro yang berasal dari Purbalingga berperan sebagai Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga), Ubai atau Ansori.
Kasino yang asli Gombong perannya bermacam-macam: Mas Bei (Jawa), Acing/Acong (Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang).
Nanu yang asli Madiun sering berperan sebagai Poltak (Batak).
Baca juga: Cerita Horor Jalur Tengkorak Semarang, Bunda Ossy dan Orang Duduk di Pinggir Jalan
Dono sendiri hanya berperan sebagai Slamet (Jawa).
Jadi Warkop
Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari senior di Radio Prambors, Temmy Lesanpura.
Saat itu, Radio Prambors meminta Hariman Siregar, mahasiswa senior UI, untuk mengisi acara di Prambors.
Lalu Hariman menunjuk Kasino dan Nanu, pelawak di kalangan kampus UI, untuk mengisi acara ini.
Ide ini didukung Kasino, Nanu dan Rudy Badil, lalu disusul Dono dan Indro.
Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung.
Penyebabnya Rudy Badil demam panggung (stage fright).
Dono pun saat awal manggung, beberapa menit pertama mojok dulu.
Ia masih malu dan takut.
Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan.
Indro merupakan anggota termuda.
Saat anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.
Warkop pertama kali muncul di pesta perpisahan (sekarang prom nite) SMA IX Jakarta yang diadakan di Hotel Indonesia.
Semua personel gemetar, alias demam panggung.
Dan hasilnya, hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses.
Baca juga: Koleksi Judul 34 Film Komedi Warkop DKI 1979-1994, Mana Tahan s/d Pencet Sana Pencet Sini
Namun peristiwa pada tahun 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor berupa uang transport sebesar Rp 20.000.
Uang itu dirasakan para personel Warkop besar sekali.
Namun, uang akhirnya habis untuk mentraktir makan teman-teman mereka.
Jam terbang bertambah lagi.
Berikutnya, mereka manggung di Tropicana.
Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin.
Tetapi ternyata hasilnya lumayan.
Semakin hari lawakan semakin kental dan khas.
Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia.
Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop, tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP, yang bertetangga dengan Warkop.
Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personel mendapat Rp 250.000.
Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan plesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota).
Konsekuensi Ganti Nama
Penggantian nama Warkop DKI dari nama sebelumnya Warkop Prambors, memiliki konsekuensi tersendiri.
Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama brand.

Maka kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktik upeti itu.
Demikian jejak berdirinya Warkop DKI, Dono, Kasino dan Indro, grup komedian legendaris Indonesia.
Kangen lawakan-lawakan original mereka, cari saja film komedinya.
(Tribunjambi.com/sud)
Berita menarik di GOOGLE
Baca juga: Misteri Hilangnya Foto Stefan William di IG Celine Evangelista, Mereka Pisah Ranjang?