Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Kerukunan Tercipta Ketika Sikap Saling Menerima Dikembangkan
Bacaan ayat: Roma 15:5-6 (TB) - "Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehend
Kerukunan Tercipta Ketika Sikap Saling Menerima Dikembangkan
Bacaan ayat: Roma 15:5-6 (TB) - "Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus".
Oleh Pdt Feri Nugroho

Perbedaan selalu menjadi tempat yang rawan terjadinya persoalan.
Banyak pertengkaran terjadi hanya karena diawali terjadinya perbedaan pendapat dan penilaian terhadap sesuatu.
Perbedaan semakin dipertajam dengan sikap merendahkan dan melecehkan.
Penyampaian argumentasi dilakukan dengan cara menghina, telah menciptakan kebencian dan akar pahit yang mengarah pada peniadaan orang lain.
Masing-masing orang merasa diri paling benar dengan pandangannya.
Pengabaian pendapat yang berbeda dianggap sebagai pelecehan terhadap keberadaan diri, dan itu rentan terjadinya sikap saling membalas antara satu dengan yang lain.
Mungkinkah perbedaan ditiadakan agar tercipta kedamaian dan kerukunan?
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Memaksimalkan Potensi Diri untuk Membangun Kehidupan
Mungkinkah perbedaan dilebur sehingga tercipta keseragaman demi sebuah persekutuan?
Fakta yang tidak bisa kita hindari, bahwa manusia diciptakan oleh Allah; bukan dicetak.
Penciptaan membawa konsekuensi logis yaitu tercipta pula perbedaan didalamnya.
Setiap orang adalah individu yang unik dan berbeda dengan yang lain.
Ilmu biologi yang mempelajari tentang mahkluk hidup memberikan penjelasan bahwa setiap orang tercipta dari perpaduan gen, kromoson dan DNA yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Perpaduan tersebut menciptakan keunikan secara genetis dan tidak akan ditemukan pada perpaduan yang lain. Ketika seorang bayi lahir, ia telah membawa keunikan.
Keunikan tersebut menjadi bahan dasar bagi terbentuknya karakter, sifat dan sikap nantinya ketika mengalami perjumpaan dengan sesama.
Dalam perjumpaan tersebut, dia akan membuat berbagai penilaian yang dinamis, sampai akhirnya penilaian tersebut menciptakan pengalaman yang terekam dalam memori pikiran dan dijadikan sebagai acuan penilaian bagi pengalaman selanjutnya.
Sampai disini kita sadar, bahwa perbedaan ternyata diijinkan oleh Allah untuk terjadi, bahwa Allah sejak awal menciptakan kehidupan secara berbeda satu dengan yang lain.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Tuhan Allah, Pencipta Semesta yang Menyertai
Perbedaan tersebut semakin diperkuat bahwa setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih dan kehendak bebas untuk terlibat aktif dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya.
Maka yang terbaik adalah memanfaatkan dan menemukan makna penting perbedaan dalam rangka membangun kehidupan, dari pada berupaya meniadakan perbedaan atau menyesali diri mengapa harus ada perbedaan.
Jemaat di Roma memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Jemaat yang berlatar belakang budaya Yahudi, tentu tidak akan mudah untuk meninggalkan tradisi pemahaman tentang kehidupan beriman yang sudah sekian lama diajarkan dari generasi ke generasi.
Aturan tentang makan makanan tertentu, sudah terasa mendarah daging sehingga tetap dipertahankan untuk dilakukan.
Sementara itu, jemaat yang berlatar belakang bukan Yahudi, lebih bebas dalam hal makanan.
Dapat kita bayangkan, perbedaan kecil tentang makanan, ternyata dapat menjadi lahan yang subur terjadinya persoalan.
Apalagi ketika mereka harus duduk bersama sebagai jemaat Tuhan, pasti sangat terasa suasana tidak nyaman yang terjadi.
Paulus dalam suratnya hendak memberikan pemahaman yang mendasar tentang keselamatan dalam Yesus Kristus.
Bagi Paulus, iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, itu berbicara tentang Kerajaan Allah, dan Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Inilah yang harus diperjuangkan ketika telah hidup dalam jaminan keselamatan melalui Yesus Kristus.
Artinya, tidak pada tempatnya jemaat harus bersitegang hanya karena persolan makanan dan minuman.
Makanan dan minuman hanya sarana untuk membangun kehidupan, demi hidup dalam damai sejahtera, keadilan dan kebenaran.
Tentu bukan bermaksud mengabaikan tentang makanan dan minuman.
Oleh sebab itu, berpatok pada Kerajaan Allah maka sikap hidup yang benar perlu dikedepankan dalam membangun persekutuan.
Paulus mengajak jemaat untuk bisa saling menerima dalam penghargaan.
Tidak saling menghakimi, sebaliknya saling menghormati.
Masing-masing melakukan yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan.
Fokus utamanya adalah kemuliaan Allah di dalam Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Keselamatan Telah Dikerjakan Tuhan untuk Kita
Memang tidak mudah untuk membangun persekutuan dalam kerukunan.
Godaan pementingan diri sendiri, egois, godaan memberi penilaian buruk dan penghakiman: seringkali ditunggangi oleh Iblis untuk menghancurkan persekutuan.
Hanya karena kasih karunia dan pertolongan Allah yang dianugerahkan kepada jemaat, akan membimbing dan memampukan jemaat untuk hidup dalam kerukunan dan persekutuan yang benar, sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dalam kalimat suratnya yang menjadi permohonan doa, Paulus mengajak dan mendoakan jemaat agar fokus kepada Allah, bukan kepada kepentingan diri sendiri.
Perbedaan itu indah: karunia dari Tuhan, diijinkan Tuhan.
Perbedaan itu kreasi Tuhan dalam berkarya.
Mari kita membangun persekutuan dengan memanfaatkan perbedaan sebagai batu uji untuk mengembangkan sikap saling menghargai dan menerima, tanpa harus tersandung oleh perbedaan.
Ingat, pelangi itu indah justru karena warnanya berbeda-beda. Amin
Renungan Oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam