Vaksin Covid 19
Vaksin Covid-19 - Apa Beda Vaksin Sinovac, Sinopham dan Merek Lainnya?
Upaya memproduksi vaksin Covid-19 terus berlanjut di dunia, namun China telah mengambil langkah besar dengan dua calon - Sinovac and Sinopharm - yang
Namun, para peneliti di Brasil mengatakan keefektifan vaksin lebih dari 50%, meskipun hasil keseluruhan tidak disebutkan sehingga menimbulkan pertanyaan tentang transparansi.
Vaksin itu telah memasuki tahap akhir uji coba di Brasil, negara dengan angka kematian paling tinggi kedua di dunia, dengan data mencapai lebih dari 200.000 sampai Jumat (08/01).
Sinovac telah disepakati untuk penggunaan darurat kelompok risiko tinggi di China sejak Juli.
September lalu, Yin dari Sinovac mengatakan uji dilakukan pada lebih dari 1.000 relawan"hanya sebagian menunjukkan kelelahan atau tak nyaman sebagai efek samping...tak lebih dari 5%".

Prof Luo mengatakan menjelang hasil uji ketiga bahwa pada tahap itu sulit untuk berkomentar soal efikasi vaksin karena "masih terbatas informasi yang tersedia".
"Berdasarkan data awal ... CoronaVac tampaknya vaksin yang efektif, namun kami perlu menunggu hasil uji tahap ketiga," katanya.
"Uji coba secara random itu ... dengan ribuan peserta. Inilah satu-satunya cara untuk membuktikan vaksin aman dan efektif adalah digunakan pada penduduk," tambahnya.
Bagaimana dengan vaksin Sinopharm?
Sinopharm, perusahaan negara China, mengembangkan dua vaksin Covid-19, dan seperti halnya Sinovac, juga merupakan vaksin nonaktif yang bekerja dengan cara serupa.
Sinopharm mengumumkan 30 Desember lalu, fase tiga vaksin menunjukkan vaksin itu 79% efektif, lebih rendah dari Pfizer dan Moderna.
Namun, Uni Emirat Arab, yang menyepakati vaksin Sinopharm bulan lalu, mengatakan vaksi itu 86% efektif, menurut hasil awal dari fase ketiga.
Uni Emirat Arab dan Bahrain menyepakati penggunakan vaksin untuk pekerja medis.
Serang juru bicara perusahaan menyanggah menerangkan lebih lanjut, menurut laporan kantor berita Reuters.
Namun walaupun sudah dalam uji tahap ketiga, vaksin itu telah didistribusikan ke hampir satu juta orang di China dalam program darurat.
Profesor Dale Fisher, dari National University of Singapore, mengatakan program vaksin yang dipercepat merupakan cara tak biasa, tanpa melewati fase ketiga.