Berita Nasional
Kisah Kapolres Sumedang Lolos Dari Longsor, Pecahkan Kaca Jendela Masjid, Sempat Dengar Suara Azan
Ada kisah di balik bencana longsor yang terjadi di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat,
Melihat itu, kata Eko, ia akhirnya berinisiatif memecahkan kaca jendela masjid. Dengan tujuan membuat jalan baru.
"Setelah kaca jendela dipecahkan, saya loncat ke dalam masjid diikuti beberapa wartawan," tutur Eko. Ketegangan yang dirasakan, kata Eko, tak hanya sampai di situ.
Sebab, dalam waktu bersamaan, tiba-tiba material tanah dalam jumlah besar menimbun lokasi.

"Tempat yang tadi kami gunakan sebagai tempat untuk mematangkan rencana evakuasi itu tertimbun material tanah, listrik yang tadinya menyala kemudian padam. Situasi jadi gelap ditambah debu yang membuat pandangan menjadi tidak jelas," sebut Eko.
Longsor sekitar 20 detik, saat keluar semua jadi puing...
Kemudian, kata Eko, ia kembali memecahkan kaca jendela masjid yang lainnya untuk memberi jalan bagi orang yang ingin keluar, takut masjid roboh.
"Pasca-longsor susulan singkat yang hanya 10 detik sampai 20 detik ini, kami semua keluar dari masjid dan melihat kondisi sekitar yang berubah menjadi puing dengan dipenuhi tumpukan material tanah," ujar Eko.
Sementara itu, saat kejadian, kata Eko, personel gabungan lainnya, terdiri dari Danramil Cimanggung, personel BPBD Sumedang, Kasitrantibum Satpol PP Kecamatan Cimanggung berlari menuju arah lain.
Baca juga: Pramugari Asal Sulawesi Ini Selamat dari Sriwijaya Air SJ 182 karena Mendadak Ganti Penerbangan
Baca juga: Kisah Kejam Ario Puntung Pembunuh Kekasihnya, Pernah Tebas Leher Warga Jambi Hingga Nyaris Putus
Baca juga: Lesti Kejora Isyaratkan Ingin Cepat Dinikahi Rizky Billar: Kalau Ada Jodohnya Jangan Ditunda-tunda!
"Mereka yang tadinya berdiri di sebelah saya meninggal tergulung tanah, karena memilih lari menyusuri setapak masjid yang tiba-tiba dijatuhi material longsor dalam jumlah besar dan terjepit di antara motor-motor dan dua mobil yang saat itu terparkir dan mempersempit jalan setapak masjid tersebut. Semua tidak sempat teriak atau mengaduh, situasi hanya berubah jadi gelap dan hening tanpa teriakan apapun," kata Eko.
Sempat dengar suara azan
Pasca-kejadian, kata Eko, ia sempat mendengar suara azan. "Saya sempat dengar ada yang azan sesaat keluar dari masjid, tidak tahu marbot atau wartawan," tutur Eko.
Eko menyebutkan, arah longsoran kedua ini berbeda dari longsoran pertama. Jika digambarkan, kata Eko, arah longsoran pertama dengan longsor susulan ini membentuk dua titik yang berbentuk huruf L.
Saat itu, kata Eko, sesaat sebelum terjadi longsor susulan, sekitar 30-an orang tengah sibuk. Mulai dari Basarnas, Polsek, Koramil, Tagana, relawan, masyarakat yang sedang mecari keluarganya. "Masjid itu tadinya mirip posko ketika saya pertama kali tiba.
Kehendak Allah yang menentukan siapa yang selamat dan tidak saat itu. Ini menjadi rahasia Allah mengenai usia seseorang. Saat ituz saya hanya berpikir ingin ajal di dalam masjid, sehingga jenazah saya akan ketemu jika dievakuasi," kata Eko.
4 jurnalis TV nasional nyaris jadi korban longsor