Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Pembaharuan Pikir Tanda Menerima Jaminan Keselamatan dalam Yesus Kristus
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan,
Pembaharuan Pikir sebagai Tanda Menerima Jaminan Keselamatan dalam Yesus Kristus
Bacaan ayat: Roma 12:11-14 (TB) - "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!
Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!".
Oleh Pdt Feri Nugroho

Suatu hari dua ekor tikus terperangkap dalam jebakan kandang.
Oleh pemasang jebakan, kedua tikus dibiarkan begitu saja di jebakan kandang tanpa ada makanan.
Naluri untuk bebas telah mendorong keduanya untuk meronta dan memberontak agar dapat lepas dari kandang.
Beberapa hari berselang, pemilik jebakan mengambil kandang jebakannya.
Ia heran, mengapa satu tikus terlihat lebih lemah dan tidak berdaya sementara yang lain masih terlihat bertenaga dan siap lari jika kandang dibuka.
Setelah mencermati lebih mendetail, pemilik jebakan menemukan penyebabnya.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Hidup Kekal yang Dijanjikan dalam Yesus Kristus
Tikus yang terlihat lebih lemah, berada dalam jebakan di tempat yang gelap.
Dia tidak tahu arah dan kegelapan telah membutakan pandangannya.
Tikus tersebut hanya berontak, sekuat tenaga, dalam naluri ingin bebas.
Sementara itu, tikus yang lebih kuat ternyata berada di tempat yang terang.
Dia dapat melihat keluar melampaui jebakan yang mengurungnya.
Ia bisa melihat lubang di pojok ruangan tempat untuk melarikan diri.
Penglihatannya tentang dunia luar melampaui jebakan, telah memberinya tenaga ekstra untuk bertahan dan terus berjuang agar dapat terbebas.
Dalam banyak kepercayaan, ketaatan melakukan ritual ibadah dipahami sebagai tanda seseorang hidup dekat dengan Tuhan.
Melalui beragam ritual seseorang sedang berjuang untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik.
Kedekatan tersebut, secara alamaih, akan menciptakan rasa nyaman dan aman bahwa kehidupan berimannya tidak bermasalah.
Kondisi ini akan baik-baik saja ketika keseharian berhadapan dengan kesuksesan, keberhasilan, kebahagiaan, dan hal lain yang dirasakan menciptakan kebahagiaan.
Ketika kondisi berubah, bertolak belakang dengan harapan: terjadi penderitaan, kegagalan, sakit penyakit, ketidakbahagiaan; pada saat bersamaan akan muncul pertanyaan, 'Apakah ketaatan saya kurang? Apakah ada yang salah dalam ritual yang saya lakukan? Mengapa orang yang terlihat jahat justru lebih menyenangkan hidupnya?'.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Menyembah Allah yang Memperkenalkan Diri Menjadi Manusia dalam Yesus
Berbagai pertanyaan tersebut menjadi duri kecil yang mengganggu, menciptakan rasa sakit yang tidak terlihat dan dalam kondisi menahan sakit mulai meragukan ketaatan yang dilakukan.
Beberapa orang tetap taat, meskipun ada kekosongan dan rasa galau yang menyelimuti.
Beberapa yang lain mulai memilih kendor untuk taat karena dinilai sia-sia.
Pergumulan ini wajar terjadi dan dialami banyak orang. Penyebab utamanya, seringkali pada motif dasar ketika melakukan ketaatan dalam ritual.
Ketaatan yang dilakukan didasarkan pada klaim dan asumsi bahwa dengan melakukan ketaatan kehidupan akan menjadi lebih baik.
Ketaatan akan mendapat imbalan dan upah yaitu berbagai kebaikan dalam hidup.
Ketaatan dilakukan demi mendapatkan sesuatu yang diharapkan; tanpa ada relasi dengan Sang Khalik secara akrab, dekat dan intim.
Ketaatan dilakukan dalam kegelapan, seperti upaya tikus untuk bebas dari kandang perangkap, sementara dia tidak pernah tahu dan melihat ada apa dibalik kandang.
Perlu penyelesaian yang mendasar.
Persoalan mendasar dalam kehidupan beriman adalah rusaknya hubungan manusia dengan Sang Khalik.
Kerusakan tersebut telah menciptakan kerusakan relasi dengan sesama dan alam, bahkan dengan diri sendiri.
Terjadi sesat pikir: mengira dengan menciptakan ritual untuk ditaati, akan membebaskan dari kerusakan relasi dengan Sang Khalik.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Tuhan Pencipta Semesta, Engkau yang Mahamulia
Sang Khalik merespon sesat pikir tersebut dengan merancang penyelamatan.
Dia langsung menyelesaikan ke pokok masalah atau sumber masalah. Inisiatif-Nya untuk menyelamatkan terlihat dalam tindakan-Nya untuk menjadi manusia dalam Yesus Kristus.
Tanpa dosa, suci, sehingga tidak terjerat dalam sesat pikir, Yesus Kristus hadir dan berperan sebagai
Pendamaian antara Allah dengan manusia.
Yesus menjadi Pengantara yang kembali menghubungkan relasi manusia dengan Allah yang telah rusak
Kehadiran-Nya mereparasi semua relasi sehingga pulih dan manusia diluruskan cara berfikirnya.
Dalam pola pikir yang sudah dipulihkan, setiap orang yang percaya mengalami pembaharuan pola pikir dan dalam pembaharuan.
Ketaatan dalam melakukan ritual dipahami sebagai upaya untuk bersyukur atas kasih karunia pemulihan relasi yang telah diterimanya.
Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma memberikan perintah sekaligus tanda pembaharuan.
Seseorang yang telah diselamatkan, akan bersemangat dalam menjalani kehidupan.
Dia seperti tikus yang berupa lepas dari kandang dan tahu arah mana yang dituju. Ia hidup dalam terang sehingga memberinya tenaga dan upaya ekstra untuk bertahan dan berjuang dalam keadaan tersulit sekalipun.
Kegagalan, penderitaan, peristiwa buruk bahkan tragedi sekalipun tidak menghalanginya untuk terus hidup bersemangat dalam ketaatan.
Ketaatannya diarahkan kepada Tuhan, bukan kepada upah kebaikan dari Tuhan.
Ketaatan yang dilakukan mengarah pada relasi yang dekat dengan Sang Khalik.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Tuhan Pencipta Semesta, Engkau yang Mahamulia
Roh yang ada dalam dirinya, terhubung dengan Roh Kudus (Roh Allah), yang memberinya daya lebih dalam berjuang untuk taat.
Dia akan bersukacita dalam pengharapan, sabar dalam penderitaan, dan bertekun dalam doa, sebagai sarana untuk terus terhubung dengan Tuhan.
Relasinya dengan sesama yang sudah pulih, memungkinkannya untuk memilih memberkati sekalipun harus disakiti.
Tetap memeluk sebagai tanda mengasihi dan tidak mengutuk.
Tindakan peduli akan nyata dalam perbuatan saling membantu dalam kekurangan, karena dia yakin dan percaya bahwa Tuhan akan selalu memberi kecukupan.
Saatnya menyadari keberadaan identitas diri sebagai orang yang telah memperoleh jaminan keselamatan.
Jalani kehidupan dalam kacamata baru yaitu harapan. Kacamata pembaharuan akan membuat kita mampu melihat kebaikan Tuhan dalam setiap pergumulan.
Ketaatan dilakukan bukan untuk tujuan memperoleh balasan namun untuk semakin dekat kepada Tuhan.
Hiduplah dalam rasa syukur, meskipun harus mengalami penderitaan. Amin
Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam