Berita Sarolangun
Kisah Pembuat Tempe Legendaris di Sarolangun, Setelah 40 Tahun Kini Terancam Gulung Tikar
Cahyono merupakan satu dari sekian banyak pembuat tempe di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi yang terdampak kenaikan harga kedelai di Indonesia.
Penulis: Rifani Halim | Editor: Muuhammad Ferry Fadly
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Cahyono (62) sedang asyik membungkus kedelai yang nantinya akan jadi tempe.
Sembari menimbang kedelai yang kini harganya tak bersahabat dengan Cahyono, ia bercerita kepada Tribunjambi.com.
Cahyono merupakan satu dari sekian banyak pembuat tempe di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi yang terdampak kenaikan harga kedelai di Indonesia.
Bukan waktu yang singkat baginya berkutat dengan tempe dan tahu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sarolangun.
Setidaknya ia telah membuat tempe selama 40 tahun, bukan waktu yang singkat.
"Dari zaman Suharto saya buat tempe dan tahu," ungkapnya pada Tribunjambi.com, Rabu (6/1/2021).
Baca juga: Anak Ahok Bongkar Masa Lalunya, Sebut Pernah Kuliah Hanya Dua Minggu Lalu Hengkang
Walau merasa berat menjalani profesi sebagai pembuat tempe dan tahu, akhirnya sekira 3 tahun lalu dia mengakhirinya.
Ia tak lagi membuat tahu karena keterbatasan tenaga.
Cahyono semakin tua dan tak banyak memiliki tenaga, begitu juga Wara, istrinya.
Membuat tahu butuh tenaga ekstra, harus berkutat dengan kayu api yang panas di tungku penggorengan dan tempat pengolahan.
Kini, sepasang suami-istri itu hanya mampu membuat tempe saja.
Tak pernah terbayang harga tempe kini telah melambung tinggi. Sulit baginya, keterbatasan tenaga dan modal menjadi kendala pokok pasutri tersebut.
Cahyono merupakan warga dari Pekalongan.
Ia sudah 40 tahun tinggal di Kelurahan Suka Sari, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun.
Selama membuat tahu tempe, ia pernah merasa senang.