Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Menyembah Allah yang Memperkenalkan Diri Menjadi Manusia dalam Yesus
Bacaan ayat: Kisah Para Rasul 17:23-25 (TB) - "Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga
Menyembah Allah yang Memperkenalkan Diri dengan Menjadi Manusia dalam Yesus
Bacaan ayat: Kisah Para Rasul 17:23-25 (TB) - "Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.
Oleh Feri Nugroho
Pada abad pertama Masehi, Athena adalah kota yang sangat terbuka dengan pengunjung yang membawa dewa baru untuk disembah.
Dalam hal kepercayaan, Athena menerima semua dewa yang disembah orang asing yang datang bertandang ke kota tersebut.
Prinsip dasar yang dipegang adalah semakin banyak sesembahan, akan semakin baik.
Semakin banyak dewa akan semakin mudah bagi mereka untuk mengatasi persoalan kemasyarakatan. Secara kemanusiaan, penolakan kepada sebuah kepercayaan dianggap sebagai pembunuh kehidupan.
Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk menyembah sesuatu yang dikehendakinya, tanpa harus merasa terganggu dengan keberadaan sesembahan yang lain.
Melakukan persilangan atau pertukaran sesembahanpun dinilai sebagai sebuah kewajaran dalam hidup bermasyarakat.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Darah Yesus menyucikan Manusia dari Dosa
Koleksi sesembahan begitu luar biasa banyaknya. Disusun rapi disepanjang pintu masuk kota.
Suatu kali, berdasarkan catatan sejarah, kota tersebut pernah mengalami wabah yang mengerikan. Korban manusia sangat banyak berjatuhan.
Dalam upaya menghentikan wabah, masing-masing orang melakukan ritual penyembahan kepada sesembahannya masing-masing.
Namun wabah tidak kunjung berakhir dan terus berlanjut.
Seorang tokoh yang dianggap pandai, menyatakan bahwa pasti ada satu sesembahan yang terlewat sehingga wabah tersebut belum juga berakhir, namun mereka tidak tahu sesembahan mana yang terlewatkan.
Dengan langkah bijak, sang tokoh menyatakan untuk melepaskan banyak domba di padang rumput.
Disimpulkan bahwa domba yang duduk di tengah padang rumput, maka ditempat tersebut akan dibuat mezbah dan domba tersebut akan dikorbankan sebagai persembahan.
Ketika hendak membuat mezbah tempat domba akan dikorbankan, mereka kebingungan, hendak menulis nama siapa diatas mezbah tersebut.
Sang tokoh mengusulkan, tulisan "Kepada Allah yang tidak dikenal".
Ajaib, wabah berhenti ketika domba selesai dikorbankan.
Mezbah inilah yang ditemukan Paulus ketika ia berkunjung ke kota tersebut, dan bertolak dari tulisan tersebut ia mewartakan Kabar Baik, Injil.
Berbincang dan berdiskusi tentang Tuhan, akan selalu menjadi tema yang menarik.
Masing-masing kepercayaan mempunyai konsep Tuhan yang berbeda-beda.
Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, manusia berusaha menemukan dan memvisualisasikan Tuhan agar lebih mudah dipahami.
Maka dibuatlah beragam cerita berdasarkan pengalaman lokal penggagasnya, dengan bumbu berbagai keajaiban yang terjadi.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Tuhan Pencipta Semesta, Engkau yang Mahamulia
Diciptakan visualisasi yang dapat dilihat berupa patung dalam berbagai bentuk.
Dilakukan berbagai ritual penyembahan dengan memakai alat dan simbol.
Faktanya, manusia ternyata tidak pernah dapat mengenal Tuhan secara utuh dan benar.
Prinsip yang dipakai orang Athena pada masanya, menjadi prinsip sederhana untuk mengenal Tuhan.
Berbagai-bagai sesembahan dikumpulkan dalam rangka untuk tahu, Tuhan mana yang bertanggungjawab terhadap peristiwa yang sedang terjadi.
Tanpa disadari, sikap tersebut telah membatasi Tuhan dalam berkarya.
Seolah manusia sedang mengikat Tuhan dalam bentuk sesembahan dan ritual untuk memenuhi apa yang menjadi keinginannya.
Tuhan diberangus hanya demi kepentingan manusia.
Maka benar adanya ketika seseorang mengatakan bahwa agama atau sesembahan itu candu yang memabukan.
Manusia tidak mungkin mengenal Tuhan. Upaya apapun yang dilakukan manusia dalam rangka mengenal Tuhan, tidak akan pernah dapat menjangkau Tuhan yang Mahakuasa.
Pikiran manusia terbatas, dibatasi ruang dan waktu, sehingga mudah terjebak membelenggu Tuhan dalam ikatan ruang dan waktu.
Kondisi ini tiba-tiba menciptakan paham baru, bahwa tidak ada Tuhan. Tuhan hanya ilusi manusia untuk lari dari persoalan.
Kita patut bersyukur, bahwa dalam keterbatasan sebagai manusia, Tuhan berkenan memperkenalkan diri dan menyatakan diri dalam sejarah.
Melalui pikiran kita yang terbatas, pada akhirnya kita dapat menemukan jawaban bahwa Tuhan yang Mahakuasa berkenan masuk dalam ruang dan waktu sejarah manusia.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Tidak Menyerah Karena Tuhan yang Memampukan dengan Memberikan Kekuatan
Kita diijinkan untuk menguji pernyataan diri Tuhan tersebut berdasarkan pengetahuan manusia. Karya penyelamatan yang dilakukan Allah atas manusia terenda dalam sejarah.
Semua upaya manusia dalam ketulusannya diijinkan Tuhan untuk menemukan diri-Nya.
Tuhan tidak bisa dibelenggu oleh agama dan kepercayaan manusia.
Manusia bisa memilih untuk tidak percaya kepada Tuhan, namun itu tidak pernah menghapus keberadaan-Nya sebagai Tuhan yang menciptakan segala-galanya.
Penduduk Athena akhirnya paham, bahwa Allah yang tidak mereka kenal pada masa lalu telah menyatakan diri dan diberitakan oleh Paulus sebagai Allah yang menjadi manusia di dalam Yesus Kristus.
Berdasarkan pengetahuan manusia yang terbatas, justru menjadi batu pijakan bagi Paulus untuk memberitakan tentang Yesus Kristus dan itu menyingkirkan semua sesembahan lain yang ternyata bukan Tuhan, namun sebatas buatan manusia semata.
Saatnya kita hidup dalam pengharapan, bahwa Allah yang kita sembah bukan Allah yang terbatas dan bisa dibatasi oleh manusia.
Ujilah segala sesuatu maka kebenarannya akan muncul seperti fajar. Amin
Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam