VIDEO Inilah Rumah Adat Melayu Peninggalan Jenang Moeh Noeh, di Batanghari
Sebagian desa di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi masih menyimpan rumah tua dengan arsitektur
Penulis: A Musawira | Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJAMBI.COM - KHAS BUDAYA MELAYU - JAWA, BEGINI
TAMPAK RUMAH ADAT DI BATANGHARI PENINGGALAN JENANG MOEH NOEH
Sebagian desa di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi masih menyimpan rumah tua dengan arsitektur yang original.
Rumah Adat Tradisional di Desa Mata Gual, Dusun 01 RT 01, Kecamatan Batin XXIV memiliki nilai historis yang kental.
Masyarakat batanghari mengenalnya Rumah adat Jenang Moeh Noeh.
Pertama kali pada 1815, rumah ini didirikan Moeh Noeh dengan kedua istrinya, Rafiah dan Loyah Kapeh.
Jenang Moeh Noeh sendiri berasal dari Yogyakarta dan istrinya Rafiah berasal dari Negara Malaysia.
Rumah Adat Tradisional Moeh Noeh pernah dijadikan tempat tinggal oleh generasi ke IV mantan Gubernur Jambi Hasip Kalimuddin Syam. Masa pemerintahan Abdurrahman Sayoeti periode 1994-2005.
Ia pernah menjabat sebagai Bupati Batanghari periode 1980-1991 pada masa itu. Dan saat ini Ketua Lembaga Adat Melayu Jambi.
Ismet Yonono Generasi ketiga dari Moeh Noeh dan pemegang Gelar adat Datuk Setio Joyo Mulyo Pemangku Alam mengatakan rumah adat ini pernah dilakukan pemugaran sebanyak lima kali terakhir pada 7 April 1998 oleh generasi ke IV yaitu Hasip Kalimuddin Syam.
“Moeh Noeh (Mak Nuh) dari Yogya. Ia gunakan perahu atau kapal untuk menempuh jalur sungai hingga sampai ke Desa Mata Gual,” kata Ismet Yonono, Sabtu (2/1/2021).
Tribunjambi.com mengunjungi lokasi beberapa waktu belakangan ini bahwa Rumah Tradisional itu memang berada dipinggir Sungai Batanghari yaitu anak Sungai Batang Tembesi.
“Walaupun rumah adat ini telah dipugar sebanyak lima kali, namun masih mempertahankan bentuk arsitektur tradisionalnya, tak banyak perubahan,” ujarnya.
Baca juga: Isi Jam Tangan Rolex Mengungkap Rahasia Tahan Kondisi Sangat Ekstrem, Lapisan Kerang Mutiara
Baca juga: VIDEO Pemerintah Bubarkan FPI, Halaman Mapolda Jambi Dipenuhi Karangan Bunga Suka Cita
Lebih lanjut, ia menjelaskan saat ini rumah itu difungsikan untuk tempat pertemuan pada agenda tertentu.
“Terutama pada hari raya Idul Fitri dan pertemuan adat untuk menjalin silahturahmi,” sambungnya.
Datuk Setio Joyo Mulyo Pemangku Alam mengharapkan dirinya mendukung jika pemerintah daerah mengembangkan rumah adat ini menjadi daya tarik wisata. Karena masyarakat hanya sebagian saja mengetahui rumah adat ini.