Kampung Berseri Astra Jambi, Menolak Punah dari Sebuah PAUD Sederhana
Dialah penggerak Kampung Berseri Astra (KBA) di Kelurahan Penyengat Rendah, Kota Jambi. Kampung di tepi Sungai Batanghari itu dihuni
Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Deddy Rachmawan
Hasil keterampilan tangan warganya itulah yang ia contohkan sebagai salah satu wujud keaktifan warganya terhadap lingkungan.
“Nah ini contohnya, warga kita mengolah ban bekas ini menjadi benda yang berfungsi kembali, seperti menjadi kursi. Bahkan, kursi ini dipasok ke sekolah di (Kabupaten) Muarojambi,” ujar Rahman kepada Tribun.
Di tengah perbincangan sore itu, istri Rahman menghidangkan kudapan. Dua kemasan berisi camilan ia sajikan.
Ia sekaligus ingin menunjukkan itulah salah satu produk usaha mikro atau UMKM di KBA tersebut. Kemasan itu berisi buah kundur yang diolah menjadi manisan. Ada rasa jahe dan original. Buah kundur yang kerap tumbuh liar dan diabaikan di tangan mereka diolah menjadi produk bernilai ekonomis. Upaya positif bagi perekonomian keluarga.
Produk bernama Joudah Kito itu sudah mengantongi izin PIRT. Pada label kemasannya terpampang pula logo Kampung Berseri Astra. Ia bercerita, produk UMKM di KBA Jambi Penyengat Rendah, meski diproduksi oleh orang yang berbeda namun memakai merek yang sama.
Joudah Kito. Itulah produk masyarakat di Penyengat Rendah yang kini menyandang sebagai Kampung Berseri Astra.

“Joudah ini bahasa Jambi, artinyo kue atau makanan,” imbuhnya. Camilan ini selain dipasarkan di minimarket ada pula yang sudah dipesan oleh konsumen di luar Provinsi Jambi.
Para ibu yang terlibat dalam UMKM ini memfokuskan pada makanan khas tradisional Jambi dan sumber dayanya ada di sekitar mereka. “Olahan kolang kaling, misalnya,” timpal Ratumas, istri Rahman.
Target
Menurut Rahman KBA Jambi ini sudah dua kali masuk dalam 10 besar KBA se-Indonesia. KBA ini masuk sebagai finalis KBANNOVATION.
Dan dari pertemuannya dengan penanggung jawab KBA-KBA lain di Indonesia ia juga bertukar pikiran dan mendapatkan inspirasi. Itulah sebabnya tahun depan ia menargetkan bisa menjadikan kampung tersebut sebagai kawasan agrowisata dan tempat perkemahan.
Kebetulan, sambung Rahman, ada warga yang menanam melon.
“Dan orang datang membeli langsung di sini. Bahkan Rektor UIN STS juga pernah datang, panen langsung melon,” kata Rahman.
Adapun mengenai tempat perkemahan, Rahman terinspirasi saat ia mengikuti acara KBA di Belitung.
Di sana, kata dia, rumah-rumah warga dijadikan homestay.