Kampung Berseri Astra Jambi, Menolak Punah dari Sebuah PAUD Sederhana

Dialah penggerak Kampung Berseri Astra (KBA) di Kelurahan Penyengat Rendah, Kota Jambi. Kampung di tepi Sungai Batanghari itu dihuni

Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Deddy Rachmawan
Tribun Jambi/Deddy Rachmawan
Rahman penggerak KBA Jambi 

Rahman bilang, merawat tradisi, melestarikan budaya menjadi slogan KBA Jambi dalam melestarikan budaya.

Dengan jumlah murid sebanyak 34 orang yang dibagi dalam tiga rombongan belajar itulah, ia berharap sejak dini anak-anak tersebut sudah dibekali mengenai kepedulian akan bahasa daerahnya.

Ia sadar bahwa ikhtiar sederhananya itu selain konsistensi juga perlu  melibatkan pihak terkait.

Makanya tatkala Tribun menceritakan upaya baik Kantor Bahasa Provinsi Jambi dalam penyusunan kamus bahasa daerah, ia berkeinginan menjalin hubungan dengan kantor bahasa. Begitulah, beragam suku dan bahasa daerah yang ada di Indonesia sejatinya adalah aset bagi bangsa yang besar ini.

Elva Yusanti tim penyusun Kamus Budaya Jambi mengatakan setidaknya ada lima hal yang menjadi ancaman bagi punahnya bahasa daerah.

Mulai dari berkurangnya penutur jati, kurangnya perhatian pemerintah daerah, kemajuan teknologi informasi dengan banyaknya istilah asing, adanya rasa gengsi dalam berbahasa daerah hingga banyaknya istilah baru dari bahasa gaul yang tidak terbendung.

Namun menurutnya masih ada sebagian masyarakat yang peduli terhadap bahasa daerahnya. Kepedulian itu misalnya ditunjukkan dengan mengenalkan kembali kosakata bahasa Jambi melalui media sosial.

Tiga Pilar Lainnya

KBA Jambi di Penyengat Rendah dimulai pada Desember 2017. Sejak saat itulah Rahman mulai mewujudkan empat pilar KBA di kampungnya dengan melibatkan warga di sana.

Ada lima RT yang masuk dalam KBA Jambi, mulai dari RT 5 hingga RT 9 Kelurahan Penyengat Rendah.

Melalui program KBA ini, sebanyak 38 orang anak-anak di sana mendapatkan beasiswa dari Astra. Bantuan yang diberikan tiap semester tersebut masih berjalan hingga kini. Menariknya beasiswa tidak sekadar diberikan begitu saja.

“Jadi kami memilih anak warga tidak mampu dan orangtuanya yang aktif di lingkungan,” tutur Rahman.

Menarik manakala keaktifan orangtua sebagai warga dalam menjaga lingkungan turut dijadikan kriteria dalam pemberian beasiswa tersebut.

Dari sana setidaknya diharapkan, warga bisa kian aktif peduli dalam menjaga lingkungan yang notabene adalah kampungnya sendiri.

Sekejap setelah Rahman menyampaikan syarat beasiswa itu, ia segera menunjuk kursi dari ban bekas yang sedang kami duduki.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved