Kisah Kopassus

Kisah Kopassus, Tak Sadar Tubuh Terkena Tembakan Saat Lakukan Pengejaran Terhadap Musuh

Sejarah 5 Oktober Jadi Hari TNI, dari Indonesia Tak Punya Tentara hingga Tiga Matr Para Jenderal Kaget, Benny Banting Baret Kopassus karena Mati-mat

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
ist
anggota Kopassus 

TRIBUNJAMBI.COM - Kisah Koppasus tidak ada habisnya untuk diceritakan.

Seperti satu ini, Saat pengejaran, tiba-tiba dari arah semak-semak keluar rentetan tembakan ke arah anggota Kopassus.

Setelah beberapa saat lamanya, anggota Kopassus ini baru tersadar kalau tubuhnya tertembak.

Satu di antaranya kisah Praka Soeprapto yang merupakan Grup 1 Kopassus TNI AD.

Baca juga: Kisah Kopassus, Tersesat Selama 18 Hari di Dalam Hutan dengan Ketinggian 4.000 Mdpl

Baca juga: Kisah Kopassus, Baret Merah Melawan PGRS, Mencari Pelaku Penembakan Anggota Kopassus

Baca juga: Kisah Kopassus, Lakukan Penyamaran Sebagai Pengawal Presiden Filipina

Sejarah 5 Oktober Jadi Hari TNI, dari Indonesia Tak Punya Tentara hingga Tiga Matra

Para Jenderal Kaget, Benny Banting Baret Kopassus karena Mati-matian Bela Prajurit Berkaki Satu

Penyerbuan Hutan Papua 1962, Kopassus Tidur di Antara Mayat setelah Disergap Musuh

7 Orang Kopassus Dikirim ke Hutan Papua 1969, sebelumnya Ditemukan Kaki Michael Rockfeller Putus

Saat itu pasukan elite TNI AD yang bermarkas di Serang Bantn ini, ditugaskan dalam tour of duty ke Aceh.

Penugasan ini bukanlah yang pertama, Praka Soeprapto sudah beberapa kali wilayah konflik tersebut.

Dalam penugasan ke tiga inilah Praka Soeprapto mengalami kisah hidup yang membekas hingga kini.

Kisah Praka Soeprato, prajurit Grup 1 Kopassus, meski sudah 2 kali menjalani operasi, operasi ke tiga ini yang paling membekas hingga kini.

Beliau tertembak peluru senjata GAM (Gerakan Aceh Merdeka) saat melakukan operasi rutin di Kampung Mereu, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar pada 24 April 2005.

Saat itu Praka Soeprato sebagai anggota Tim 2 Dharma 14 mendapat tugas untuk melakukan patroli dan penyisiran.

Setelah mendapat informasi dari Koramil Indrapuri dan masyarakat sekitar yang melaporkan.

Ada sekelompok pemberontak GAM bersenjata berkekuatan tiga hingga empat orang yang berada di gubuk-gubuk kebun kosong dan berusaha merapat ke perkampungan untuk menambah pembekalan logistik.

Praka Soeprapto di hari kedua operasi pengejaran, saat itu bersama tim sekitar jam enam pagi melakukan penyisiran.

Namun ketika sudah mau pulang ke markas, Sorprapto melihat dua orang di sebuah gubuk berpakaian sipil tanpa senjata.

Anehnya, ketika didekati mereka langsung lari saat pasukan akan menuju gubuk tersebut.

Karena dianggap mencurigakan, Dantim 2 Dharma 14, Serda Lasdiyanto langsung memerintahkan empat orang anggotanya untuk mengejar dan menangkap kedua orang tersebut.

Ketika melakukan pengejaran, tiba-tiba dari arah semak-semak keluar rentetan tembakan yang gencar.

Tembakan tersebut dilakukan oleh sekelompok anggota GAM, yang diperkirakan berjumlah 35 orang dan bersenjata campuran sekitar 15 pucuk.

Mereka berada dalam jarak pandang sekitar 200 meter.

“Sesuai dengan perintah kami mengejar dan melakukan kontak tembak jarak dekat, sekitar 75 meter," papar Soeprapto.

Setelah beberapa saat lamanya dirinya baru tersadar kalau lengan kiri saya tertembak.

Secara insting Ia langsung melindungi diri dengan melompat dan berlindung ke parit sambil terus membalas tembakan.

Arena serbuan tembakan dari para prajurit Kopassus itu, kelompok GAM secara berangsur-angsur mundur melarikan diri ke arah perbukitan.

Pasukan pun mengejar, namun karena sulitnya medan, mereka kemudian kehilangan jejak.

“Pada saat itu saya mengalami pendarahan yang lumayan. Rekan saya membantu dengan menekan dan mengikat pangkal lengan saya agar pendarahannya tidak parah, sambil mengangkut saya dari tempat kejadian ke Puskesmas Indrapuri," papar Soeprapto yang masuk Secatam Kopassus di Batujajar, Cimahi Jabar, pada 1999.

Setiba di Puskesmas, tiba-tiba dirinya lemas dan setengah sadar, karena sudah kehilangan banyak darah.

Pria asal Kediri, kelahiran 3 Desembar 1978 ini mengalami luka yang cukup serius di lengan kirinya.

Peluru sempat menembus tulang lengan kirinya, yang hingga saat ini pun kondisi tangan kirinya sudah tidak normal seperti dulu.

“Sekarang kalau saya push up atau latihan fisik lainnya, tangan kiri saya masih sering kesemutan dan tidak sekuat dulu. Selain itu, untuk memanggul dan menembak pun sudah tidak sebaik dulu,” kata prajurit Komando yang menikah pada 2006 lalu.

Dari pengalaman ini, Praka Soeprato semakin yakin bahwa di tengah medan pertempuran memang segala sesuatu bisa saja terjadi menimpa dirinya.

Meski 2002-2003 dia bertugas sampai 15 bulan di Aceh dalam operasi Baladika, tidak menjamin dirinya lolos dari tembakan lawan.

Dalam pertempuran hukum ditembak atau menembak memang sudah berlaku umum. (Olah dari berbagai sumber)

Baca kisah-kisah Kopassus dan pasukan elite TNI di Tribunjambi.com.

Baca juga: Kisah Kopassus, Deretan Kekuatan Baret Merah yang Membuat Musuh Gentar

Baca juga: Kisah Kopassus, Saat Dengar Sandi Ini, Pasukan Baret Merah Akan Langsung Siap Tempur

Baca juga: Kisah Kopassus, Gunakan Nama-nama Ini Untuk Masuk ke Area Musuh Hingga Aksi Blue Jeans Soldier

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved