Gambangan, Kesenian Leluhur Desa Jambi Tulo Tentang Keselarasan Alam
Dengan kerja keras sanggar yang kini dikelolanya bersama Adi dan beberapa warga desa lainnya, Edwar mulai memperkenalkan gambang ke masyarakat luas.
Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
"Karena kalaupun lagunya diperbaharui tapi tetap mengacu pada senandung lama. Maka harus menguasai senandung lama dulu baru bisa memainkan ini," katanya.
Baca juga: Prakiraan Cuaca Harian 9 Desember 2020 Lengkap 33 Kota Besar Indonesia, Wilayah Potensi Hujan Lebat
Edward sendiri mengatakan baru menekuni gambang dalam beberapa tahun terakhir. Ia belajar dari orang tuanya. Keinginan itu muncul dari keprihatinannya dengan alat musik tradisional yang mulai jarang dimainkan di Desa Jambi Tulo.
Dengan kerja keras sanggar yang kini dikelolanya bersama Adi dan beberapa warga desa lainnya, Edwar mulai memperkenalkan gambang ke masyarakat luas.
"Harapan kami agar gambang ini bisa tetap lestari. Kami membuka untuk siapa saya yang ingin mengetahui tentang gambang ini untuk datang kesanggar kami," katanya.
"Gambang sebetulnya alat musik yang bisa dipadukan dengan yang lain. Kalau tidak dijaga bersama dikhawatirkan akan hilang begitu saja. Karena Gambang semua syairnya-syairnya berpesan tentang keselarasan alam, alam kini rusak. Kayu mahang sulit ditemukan, kini gambang pun mulai ditinggalkan," pungkasnya.