Briptu Libna Shabrina Tidur di Tenda Diterpa Badai Debu, Kisah Heroik Polwan Cantik di Afrika Tengah
Bergabung dengan pasukan PBB mendapatkan banyak pengalaman unik dan menarik. Itulah yang dirasakan Briptu Libna Shabrina.
Ketika singgah di pos itulah, biasanya banyak warga di sana datang.
Tak hanya warga, anak-anak juga berkumpul. Bila warga, biasanya datang meminta makanan atau air minum kepada tim yang singgah. Sedangkan anak-anak biasanya meminta diajari sekolah.
Karena, anak-anak di sana jarang bersekolah lantaran guru di sana hanya datang satu bulan sekali. Warga setempat biasa berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris atau Prancis.
"Sebetulnya, memberikan makanan dan minuman kepada warga di sana itu dilarang. Tetapi, sebagai manusia ada hati nurani. Terkadang mereka memohon meminta makanan atau minuman, jadi mau tidak mau makanan atau minuman yang dibawa itu diberikan," ujarnya.
Warga di sana sangat senang, bila Pasukan Pengamanan PBB asal Indonesia singgah di pos.
Selain mengajar anak-anak di sana sekolah, warga di sana juga sering mengajak pasukan dari Indonesia mengobrol.
Banyak hal yang diobrolkan, terutama mengenai perbandingan antara Indonesia dengan Afrika Tengah.
Warga di sana mengungkapkan, sangat tertarik untuk tinggal di Indonesia. Karena, perbandingannya sangat jauh berbeda dengan negara mereka.
Akan tetapi, Libna selalu memberikan dukungan kepada warga di sana untuk tetap semangat. Ke depan, pasti Afrika Tengah bisa hidup makmur tanpa ada kontak senjata seperti Indonesia.
Ketika ditanya bisa ikut menjadi pasukan pengamanan PBB, menurut Libna, ia ingin mencari pengalaman internasional. Bisa ikut bergabung di pasukan PBB, menjadi tahu cara kerja di dunia internasional.
Meski awalnya, selama tiga bulan harus tidur di tenda. Harus mengalami kepanasan, diterpa badai debu, kedinginan saat malam dan rawan terserang penyakit, itu menjadi pengalaman yang tidak bisa dilupakan sepanjang hidupnya.
"Ke sana ditempuh dengan pesawat carter selama 28 jam. Kalau naik pesawat komersil, harus di tempuh selama 3 hari 2 malam dengan 3 kali transit. Kehidupan warga di sana sangat miris, karena negara miskin. Banyak warga yang bilang, sampai banyak warga tidak makan karena tidak
bisa membeli sagu. Jadi, apa yang ditemukan bila sudah kesulitan semuanya bisa di makan. Termasuk air minum, sampai air di jalan juga di minum," pungkasnya. (tribunjambi.com)
Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Kisah Polwa Cantik Jadi Pasukan PBB di Afrika Tengah, Tidur di Tenda & Alami Pengalaman Menegangkan, https://batam.tribunnews.com/2020/12/07/kisah-polwa-cantik-jadi-pasukan-pbb-di-afrika-tengah-tidur-di-tenda-alami-pengalaman-menegangkan