Iran Murka Bersumpah Akan Balas Dendam, Ilmuwan Nuklir Andalannya Dibunuh, Israel Dituding Terlibat
Iran murka setelah Mohsen Fakhrizadeh ilmuwan nuklir paling seniornya dibunuh di dekat ibu kota Teheran.
Iran Murka Bersumpah Akan Balas Dendam, Ilmuwan Nuklir Andalannya Dibunuh, Israel Dituding Terlibat
TRIBUNJAMBI.COM - Iran murka setelah Mohsen Fakhrizadeh ilmuwan nuklir paling seniornya dibunuh di dekat ibu kota Teheran.
Berita itu dikonfirmasi langsung oleh Kementerian Pertahanan Iran.
Fakhrizadeh meninggal di rumah sakit setelah serangan di Absard, di daerah Damavand.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, mengutuk pembunuhan itu "sebagai tindakan teror negara".
Diberitakan BBC, sebelumnya pada 2010 hingga 2012, empat ilmuwan nuklir Iran dibunuh dan Iran menuduh Israel terlibat dalam pembunuhan itu.
Baca juga: Timur Tengah Mencekam, Ini Negara yang Ingin Dilenyapkan Amerika di Akhir Pemerintahan Donald Trump
Baca juga: Jadwal Tinju Mike Tyson Vs Roy Jones Jr Minggu Besok, Tyson: Rahang Patah Itu Menyenangkan
Baca juga: Diam-diam Habib Rizieq Swab Test Saat Petugas Pergi Jumatan, Bima Arya Bongkar Kelakuan Imam FPI
Nama Fakhrizadeh secara khusus disebutkan dalam presentasi PM Israel Benjamin Netanyahu tentang program nuklir Iran pada April 2018.
Belum ada komentar dari Israel tentang berita pembunuhan tersebut. Pentagon juga menolak berkomentar, menurut Reuters.
Apa yang terjadi dengan Mohsen Fakhrizadeh?

Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, kementerian pertahanan Iran mengatakan: "Teroris bersenjata menargetkan kendaraan yang membawa Mohsen Fakhrizadeh, kepala organisasi penelitian dan inovasi kementerian.
Setelah bentrokan antara teroris dan pengawalnya, Fakhrizadeh terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit.
Sayangnya, upaya tim medis untuk menyelamatkannya tidak berhasil dan beberapa menit yang lalu dia meninggal.
Laporan media Iran mengatakan para penyerang menembaki ilmuwan di mobilnya.
Kantor berita Fars sebelumnya melaporkan ada ledakan mobil di kota Absard, dengan saksi melaporkan bahwa "tiga sampai empat orang, yang dikatakan teroris, tewas".
Baca juga: Siapa Sebenarnya Irjen Nico Afianta, Kapolda Jatim yang Ditolak Kiai Madura Sampai Disebut Titipan
Baca juga: Kenapa Fadli Zon Cocok Jadi Menteri KKP Meski Sandiaga Uno Lebih Kuat, Pengamat Ungkap Alasannya
Baca juga: Jam 3 Subuh Pengendara Motor Diam-diam Letakan Kresek Hitam di Pintu Masjid, Ponpes di Bandung Geger
Mengapa dia menjadi sasaran?
Sebagai kepala organisasi penelitian dan inovasi kementerian pertahanan, Fakhrizadeh jelas masih merupakan pemain kunci.
Karena itu peringatan Benjamin Netanyahu, dua tahun lalu, untuk "mengingat namanya".
Sejak Iran mulai melanggar komitmennya di bawah ketentuan kesepakatan nuklir Iran 2015, negara itu telah bergerak maju dengan cepat, membangun persediaan uranium dan memperkaya ke kemurnian di atas tingkat yang diizinkan berdasarkan kesepakatan itu.

Para pejabat Iran selalu mengatakan langkah seperti itu dapat dibatalkan, tetapi perkembangan dalam penelitian dan pengembangan lebih sulit untuk diberantas.
"Kami tidak bisa mundur," kata mantan duta besar Iran untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Ali Asghar Soltanieh, baru-baru ini.
Jika Mohsen Fakhrizadeh adalah pemain kunci yang dituduh Israel, maka kematiannya bisa mewakili upaya seseorang untuk mengerem momentum kemajuan Iran.
Dengan presiden terpilih AS, Joe Biden, berbicara tentang membawa Washington kembali ke kesepakatan dengan Iran, pembunuhan itu juga dapat ditujukan untuk memperumit negosiasi di masa depan.
Reaksi Para Tokoh
"Teroris membunuh seorang ilmuwan Iran terkemuka hari ini," kata Menteri Luar Negeri Iran dalam sebuah tweet.
"Kepengecutan ini - dengan indikasi serius dari peran Israel - menunjukkan keributan yang putus asa dari para pelaku."
Mr Zarif meminta komunitas internasional untuk "mengutuk tindakan teror negara ini".
Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) telah mengatakan bahwa Iran akan membalas pembunuhan ilmuwan tersebut.
"Pembunuhan ilmuwan nuklir adalah pelanggaran paling nyata dari hegemoni global untuk mencegah akses kita ke ilmu pengetahuan modern," kata Mayjen Hossein Salami.
Mantan kepala Badan Intelijen Pusat AS (CIA), John Brennan, mengatakan pembunuhan ilmuwan itu adalah tindakan "kriminal" dan "sangat sembrono" yang berisiko memicu konflik di wilayah tersebut.
Dalam serangkaian tweet, dia mengatakan kematian ilmuwan itu "berisiko pembalasan mematikan dan babak baru konflik regional".
Mr Brennan menambahkan bahwa dia tidak tahu "apakah pemerintah asing mengizinkan atau melakukan pembunuhan Fakhrizadeh".
(TribunnewsWiki.com/Nur)
Artikel ini telah tayang di TribunnewsWiki.com