Kisah Eka Luthfia Agustin, Mengembangkan Usaha Jamu Gendong Warisan Ibunya Sejak 20 Tahun Silam
Sebab dari kecil, ia sudah biasa melihat ibunya meracik rempah-rempah yang dibuat oleh sejak tahun 2000.
Penulis: Rifani Halim | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Jamu Gendong tentu sudah sangat dekat dengan Eka Luthfia Agustin.
Sebab dari kecil, ia sudah biasa melihat ibunya meracik rempah-rempah yang dibuat oleh sejak tahun 2000.
Kasus Covid-19 makin ramai, usahanya menjahit sambil membuka kurus juga terdampak alias sepi yang menggunakan jasa jahit Eka (27) ibu satu anak kelahiran Jambi.
Tepat pada Mei 2020, hampir semua linih pada waktu itu sangat terdampak Covid-19. Dia lalu berinovasi untuk bangkit melawan dampak ekonomi sebab pandemi.
Baca juga: Cerita Jimi Dirumahkan Tanpa Pesangon, Kini Buka Hot Pangsit J’geeer, Sehari 40 Pangsit Ludes
Baca juga: Apa Beda Koopssus dengan Kopassus? Viral Mobil Taktisnya Berhenti depan Markas FPI, Ini Kekuatannya
Baca juga: Longsor di Bungo, Jalan Menuju Bathin III Ulu Terputus, Hanya Bisa Dilalui Sepeda Motor
Setidaknya sudah 20 tahun dia menyajikan bagaimana ibunya berjualan, dari awal menggunakan punggung, alias jamu gendong, jamu sepeda, hingga sampai saat ini ibunya masih menggunakan sepeda motor untuk berjualan jamu.
Kala pandemi isu menjaga imun naik drastis, masyarakat mulai rajin kembali memimpin Jamu, untuk meningkatkan imunitas dan antibody, agar tidak terjangkit kasus corona yang sudah ganap satu tahun di dunia.
"Kepikiran bagaimana bisa semua orang bisa minum jamu tanpa harus susah payah, jadi saya buatkan dengan tipe kemasan yang praktis dan mudah untuk diminum dan dibawa ke mana-mana pula, dengan menggunakan jamu botol," kata Eka Luthfia (27), beberapa waktu lalu kepada Tribun Jambi.
Brand Jamu tersebut bernama Bude Sirob, 20 tahun lamanya ia sudah membuat jenis jamu dan berpetualang menjual jamu sekitaran Sarolangun.
buah tak jauh dari batang, Eka menjual yang baru-baru saja menjual jamu dengan botoloan laris manis.
Dari jamu botoloan yang dia produksi dengan ibunya bisa mendapatkan omset sebesar Rp 400 ribu-Rp 600 ribu. Belum lagi ibunya juga tetap berjualan jamu di pagi hari menggunakan menjajaki kelanganannya.
Eka juga memampu membuat orang di sekitarnya dapat berkah dari usaha jamunya, yakni jasa antar Jamu kebeberapa titik yang sudah menjadi panganan sejati jamu kemasan Bude Sirob.
Tak hanya sampai situ saja, ia juga memiliki reseller untuk membantu berjualan jamu yang mampu membuat berkah ke beberapa orang di sekitarnya.
"Kami ready jamu pagi dan sore, karena kami tak menjual jamu dengan bahan pengawet, jadi jika untuk keluar kota seperti kota jambi harus di bawah pagi hari, setelah sampai, harus di dinginkan di kulkas, cuma sampai 3 hari tahanya di kulkas itu," sambunya Eka Luthfia.
"Udah sering di bawa kemana-mana, Kota Jambi, bangko, bungo," ungkapnya.
Ia berharap agar kedepan, jamu bisa di buat dengan kemasan bubuk, agar orang yang di Indonesia dapat mencicipi juga khasiat dari jamu bude Sirob.
Kini usaha jamu sudah lancar, sembari itu usaha jahitan pun juga ikut lancar.