Berita Jambi
Selain Peduli Lingkungan, Jambi Greeneration Juga Lakukan Bakti Sosial Saat Covid-19
Ketua Jambi Greeneration, Suci Wulandari mengatakan, kegiatan yang dilakukan juga berupa sosialisasi dan bakti sosial.
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Jambi Greeneration merupakan komunitas yang aktif untuk mengajak masyarakat menjaga lingkungan.
Namun saat pandemi Covid-19, komunitas ini juga turut aktif untuk melakukan sosialisasi penerapan protokol kesehatan.
Ketua Jambi Greeneration, Suci Wulandari mengatakan, kegiatan yang dilakukan juga berupa sosialisasi dan bakti sosial.
"Kemarin sempat juga bakti sosial," kata dia, belum lama ini.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, bakti sosial itu dilakukan di beberapa lokasi di Kota Jambi.
Baca juga: Aktifitas PETI di Limun Masih Berlangsung, Ini Hasil Pantauan Tribun Jambi
Baca juga: Ahok Ngaku Gajinya Rp170 Juta Perbulan Jadi Komut Pertamina, BTP Sebut Lebih Suka Jabatan Lamanya
Baca juga: Warga Pertanyakan Batas Jalur Hijau Sungai dan Pantai, Ini Jawaban Kadishut Provinsi Jambi
Dalam kegiatan itu juga, Jambi Greeneration bersama pihak terkait turut menyosialisasikan protokol kesehatan kepada masyarakat.
Perlu diketahui, Suci menjelaskan, Jambi Greeneration itu komunitas yang peduli terhadap lingkungan, khususnya sampah.
"Jadi, saat ini kami fokus untuk mengajak masyarakat untuk menerapkan gaya hidup minim sampah," katanya, beberapa waktu lalu.
Saat ini, sekitar 30 orang dari berbagai latar belakang sudah bergabung di sana. Ada yang dari akuntansi, kehutanan, dan latar pendidikan lainnya. Rata-rata, mereka di Kota Jambi.
Suci bilang, komunitas ini terbuka untuk semua kalangan, dari pelajar, pekerja, dan lainnya.
Saat ini, lingkup kegiatan mereka difokuskan di Kota Jambi. Kegiatannya itu banyak. Mulai dari sosialisasi, mengampanyekan pengurangan penggunaan sampah plastik, hingga pembersihan drainase dan aliran sungai.
WIKIJAMBI: Sosok Suci Wulandari, Mahasiswi yang Bikin Komunitas Jambi Greeneration
Suci Wulandari, perempuan asal Jambi awalnya enggak begitu pengin masuk ke jurusan Teknik Lingkungan.
Dia justru lebih minat dengan jurusan Ilmu Komunitasi atau yang berkaitan dengan broadcasting. Tapi siapa sangka, dari jurusan yang disarankan orang tuanya, membawa dia untuk aktif buat menjaga lingkungan.
Dia sampai mengajak kawan-kawannya membentuk komunitas Jambi Greeneration. Kok bisa? Bagaimana ceritanya?
Suci menceritakan pengalamannya waktu exchange student, pas kuliah S1 di Universitas Andalas, Padang. Dia berkesempatan buat belajar di Jepang. Nah, pas di sana itulah, dia lihat perbedaan yang jauh banget.
Kesadaran masyarakat buat menjaga lingkungan di sana sudah tinggi, bahkan dari sampah rumah tangga. Mereka di sana, sudah diatur, mulai dari sampah apa yang boleh dibuang sampai jam berapa aja itu sampah boleh dibuang.

Perempuan kelahiran 1997 itu bilang, masyarakat mulai memisahkan sampah dari rumah, sebelum mereka buang. Sampah organik dan nonorganik dipisah.
Bukan cuma itu ternyata, jadwal penjemputan sampahnya juga beda. Misal, sampah organik dijemput petugas sampah hari Senin, yang nonorganik hari Rabu. Beda-beda harinya.
"Jadi, ya, mereka harus pikir-pikir lagi kalau mau menghasilkan sampah," kata cewek kelahiran 15 Januari itu.
Selain hari yang beda, jam penjemputan sampah pun sudah diatur. Misal nih, kalau itu sampah dijemput pukul 07.00 waktu setempat, ya si pemilik sampah kudu letakkan sampahnya sebelum pukul 07.00. Kalau lewat, ya mesti sabar tunggu jadwal selanjutnya, deh.
Apa yang dibilang Suci, ternyata pernah kejadian. Waktu itu dia ketiduran dan lupa jadwal penjemputan sampahnya, jadi dia kagak letakkan itu sampah ke tempatnya buat dijemput petugas. Ya, lewat.
"Pernah, kejadiannya dua kali," kata perempuan yang juga akrab disapa Uce.
Tapi dari sana, Uce mulai belajar buat lebih disiplin.
Kata Suci, disiplin masyarakat di negeri Sakura itu tinggi banget. Selain tepat waktu dalam buang sampah, mereka juga mesti keluar biaya, sehingga sebisa mungkin mereka menerapkan gaya hidup minim sampah. Ada wadah khusus yang mereka pakai untuk tempat sampah.
Nah, pas sudah lulus S1, Uce balik ke Jambi. Waktu itulah dia mulai terpikir untuk membentuk komunitas.
Ceritanya dia gabut banget waktu itu. Terus scroll-scroll instagram dan media sosial lainnya. Teringat deh, gaya hidup minim sampah yang pernah dia terapkan waktu di Jepang.
Dia mulai hubungi beberapa teman, ajak buat gabung. Ternyata, respons mereka baik. Mereka mulai kumpul dan sepakati nama komunitas hingga kegiatannya apa aja.
Walhasil, pada 12 Desember 2018, terbentuklah komunitas itu.
Komunitas ini bergerak untuk memperhatikan lingkungan, terutama sampah. Saat ini, mereka tengah gencar mengajak masyarakat untuk menerapkan gaya hidup minim sampah.

Suci menjelaskan, Jambi Greeneration itu komunitas yang peduli terhadap lingkungan, khususnya sampah.
"Jadi, saat ini kami fokus untuk mengajak masyarakat untuk menerapkan gaya hidup minim sampah," katanya, beberapa waktu lalu.
Uce bilang, Greeneration merupakan penggabungan dua kata: green yang berarti hijau, dan generation yang berarti generasi. Penggabungan dua kata tersebut, ulas dia, sebagai penggambaran generasi yang peduli hijaunya lingkungan.
Saat ini, sekitar 30 orang dari berbagai latar belakang sudah bergabung di sana. Ada yang dari akuntansi, kehutanan, dan latar pendidikan lainnya. Rata-rata, mereka di Kota Jambi.
Uce bilang, komunitas ini terbuka untuk semua kalangan, dari pelajar, pekerja, dan lainnya.
Saat ini, lingkup kegiatan mereka difokuskan di Kota Jambi. Kegiatannya itu banyak. Mulai dari sosialisasi, mengampanyekan pengurangan penggunaan sampah plastik, hingga pembersihan drainase dan aliran sungai. Mereka juga pernah turut serta dalam pembersihan enceng gondok di Danau Sipin.
Untuk mendukung kegiatan itu, Jambi Greeneration menggandeng SKPD terkait untuk sama-sama menjaga lingkungan, misalnya kayak Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi. Mereka juga menerima pihak lain yang ingin ikut serta dalam menjaga lingkungan.
"Kita sering kolaborasi. Sama sekolah-sekolah juga ada kita buat kegiatan, sama anak-anak. Kita pengin menanamkan kebiasaan menjaga lingkungan, termasuk gaya hidup minim sampah, sejak dini," tutur mahasiswi Magister Teknik Lingkungan Universitas Andalas ini.
Uce menjelaskan, mereka juga ikut mengampanyekan pengurangan sampah plastik. Alasannya, sampah plastik ini susah diolah, dan sering kali tidak disadari bahwa sering dibuang ke tempat yang salah, walaupun itu kecil.
Misalnya, pipet. Jambi Greeneration mengajak dan mulai dari diri sendiri untuk tidak menggunakan pipet.
"Kadang orang pikirnya, alah, cuma saya sendiri doang (yang pakai pipet). Bayangkan kalau seribu orang pakai pipet, sejuta orang pakai pipet, kan jadi banyak. Apa salahnya kita pikir, ini saya tidak pakai pipet plastik, bayangkan sejuta orang tidak pakai pipet," jelas Uce.
Bukan sampah plastik saja. Sampah pada umumnya, seperti tisu juga menjadi perhatian. Banyak hal-hal yang sebenarnya dianggap kecil, tapi berdampak besar.
Jambi Greeneration pun ikut mendorong pemerintah untuk pengurangan sampah plastik. Misalnya, untuk mengurangi kantong plastik, mereka mengajak untuk menggunakan kantong kain atau yang bisa digunakan berkali-kali.
"Ayo kita sama-sama berkontribusi menjaga lingkungan dari hal-hal sederhana saja, dari rumah kita masing-masing. Kalau mau belanja bawa tas reusable sendiri, tas yang bisa dipakai ulang."
"Atau, kalau mau jajan-jajan, bawa tempat sendiri, bawa botol minum sendiri. Setidaknya, dari hal-hal itu kita bisa mengurangi sampah kita sendiri loh. Kalau sudah sukses, sudah jadi kebiasaan, orang lain bakal ikutan ke kita. Kita mulai dari diri sendiri, untuk Jambi yang lebih baik," ajaknya.
(Tribunjambi.com/ Mareza Sutan A J)