Tips Kesehatan

9 Obat Diabetes yang Harus Anda Ketahui, Cek Masing-masing Fungsinya

Kadar gula darah yang tetap terkontrol adalah hal yang sangat penting bagi orang dengan diabetes. Jika gula darah terlalu tinggi lama kelamaan akan...

Editor: Duanto AS
Istimewa
9 Obat Diabetes yang Harus Anda Ketahui, Cek Masing-masing Fungsinya 

TRIBUNJAMBI.COM - Berikut sembilan obat diabetes yang bisa Anda gunakan.

Selama ini, sakit diabetes menjadi penghambat berbagai kegiatan dan konsumsi makanan.

Berikut obat sakit diabetes yang bisa Anda gunakan. Tapi sebaiknya membaca informasi berikut lebih dahulu.

Urutan makanan yang diasup oleh seseorang yang mengalami obesitas dan diabetes melitus ternyata berpengaruh pada kadar gula darah mereka.

Penelitian terbaru menemukan, mengasup protein dan sayuran sebelum karbohidrat bisa menurunkan kadar gula darah dan level insulin setelah makan.

Kadar gula darah yang tetap terkontrol adalah hal yang sangat penting bagi orang dengan diabetes. Jika gula darah terlalu tinggi lama kelamaan akan menyebabkan komplikasi.

Baca juga: Obat Sakit Amandel - Rebusan Bawang Putih Campur Madu, Air Perasan Lemon dan Madu

Berikut daftar 9 obat diabetes :

1. Metformin (biguanid)

Obat diabetes yang termasuk ke dalam golongan biguanid adalah metformin. Ini adalah obat kencing manis generik yang paling sering diresepkan dokter untuk pasien diabetes tipe 2.

Metformin bekerja menurunkan produksi glukosa di hati dan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Dengan begitu, tubuh bisa menggunakan insulin lebih efektif dan glukosa lebih mudah diserap oleh sel-sel di dalam tubuh.

Obat metformin generik untuk kencing manis tersedia dalam bentuk pil dan sirup. Namun, metfomin juga memiliki efek samping seperti mual, diare, dan penurunan berat badan.

Efek samping tersebut dapat hilang ketika tubuh mulai beradaptasi dengan penggunaan obat diabetes ini. Biasanya, dokter akan mulai meresepkan obat oral atau injeksi lainnya sebagai kombinasi jika metformin saja tidak cukup membantu dalam mengendalikan kadar gula dalam darah.

Baca juga: Stop Obat Kuat! Rahasia Perkasa di Ranjang Cukup Konsumsi 2 Buah Murah Ini

2. Sulfonilurea

Selain metformin, golongan obat generik untuk diabetes melitus yang sering diresepkan dokter adalah sulfonilurea. Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara membantu pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak.

Diabetes juga bisa terjadi akibat resistensi insulin, artinya tubuh tak lagi peka atau sensitif terhadap insulin yang berguna membantu mengatur kadar gula darah. Nah, obat golongan sulfonilurea ini membantu tubuh agar jadi lebih peka terhadap insulin.

Umumnya, obat golongan sulfonilurea hanya diperuntukkan untuk pasien diabetes tipe 2. Orang dengan diabetes tipe 1 tidak menggunakan obat ini, karena pada dasarnya, tubuh mereka tidak atau kurang memproduksi insulin.

Beberapa contoh obat diabetes golongan sulfonilurea, antara lain:

Chlorpropamide
Glyburide
Glipzide
Glimepiride
Gliclazide
Tolbutamide
Tolazamide
Glimepirid

Obat generik untuk diabetes melitus ini dapat menimbulkan efek hipoglikemia atau kondisi menurunnya gula darah dengan cepat. Oleh karenanya, bila Anda diresepkan obat kencing manis ini oleh dokter, Anda harus menerapkan jadwal makan yang teratur.

3. Meglitinide

Obat diabetes golongan meglitinide bekerja seperti sulfonilurea, yaitu merangsang pankreas menghasilkan lebih banyak insulin. Bedanya, obat untuk diabetes melitus ini bekerja lebih cepat. Durasi efeknya pada tubuh juga lebih pendek dari pada obat golongan sulfonilurea.

Repaglinide (Prandin) dan nateglinide (Starlix) adalah contoh dari obat golongan meglitinide. Salah satu efek samping yang muncul dari minum obat golongan meglitinide adalah gula darah rendah dan penambahan berat badan.

Konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapatkan saran terbaik bagi kondisi Anda.

Baca juga: Obat Sakit Radang Tenggorokan - Larutan Garam, Madu hingga Bawang Putih

4. Thiazolidinediones (glitazone)

Thiazolidinediones atau juga dikenal dengan obat golongan glitazone juga kerap diberikan untuk membantu mengendalikan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2.

Obat ini bekerja dengan cara membantu tubuh untuk menghasilkan lebih banyak insulin. Selain mengendalikan gula darah, obat ini juga membantu menurunkan tekanan darah dan memperbaiki metabolisme lemak dengan meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah.

Kenaikan berat badan merupakan salah satu efek samping dari penggunaan obat diabetes melitus ini. Mengutip dalam laman Mayo Clinic, obat kencing manis ini juga dikaitkan dengan efek samping lain yang lebih serius, seperti risiko gagal jantung dan anemia.

Obat diabetes yang termasuk ke dalam golongan glitazone (thiazolidinediones) ini adalah:

Rosiglitazone
Pioglitazone

Baca juga: Buah Ciplukan Obat Diabetes dan Petunjuk Cara Mengolahnya

5. Inhibitor DPP-4 (gliptin)

Inhibitor dipeptidil peptidase-4 (inhibitor DPP-4) atau dikenal juga dengan golongan gliptin adalah obat generik untuk diabetes melitus yang bekerja meningkatkan hormon inkretin dalam tubuh.

Inkretin merupakan hormon di saluran pencernaan yang bekerja memberi sinyal pada pankreas untuk melepaskan insulin ketika kadar gula darah naik. Oleh karena itu, peningkatan produksi hormon inkretin dapat membantu meningkatkan pasokan insulin untuk mengontrol kadar gula darah yang tinggi, terutama setelah makan.

Selain itu, obat kencing manis ini juga dapat membantu mengurangi pemecahan glukosa di hati sehingga tidak dialirkan ke darah saat kadar gula sedang tinggi.

Biasanya dokter akan meresepkan obat diabetes melitus ini jika pemberian obat metformin dan obat golongan sulfonilurea tidak efektif mengendalikan gula darah pasien kencing manis.

Mengutip laman American Diabetes Association, obat kencing manis ini juga efektif untuk membantu menurunkan berat badan.

Beberapa obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah:

Sitagliptin
Saxagliptin
Linagliptin
Alogliptin
Sayangnya, beberapa laporan mengaitkan obat ini dengan risiko pankreatitis atau radang pada pankreas.

Maka dari itu, informasikan kepada dokter seluruh kondisi kesehatan yang Anda miliki, terutama jika memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan pankreas.

Baca juga: Obati Tekanan Darah Tinggi dengan Konsumsi Seledri, Bisa Turunkan Hipertensi

6. Agonis reseptor GLP-1 (inkretin mimetik)

Agonis reseptor GLP-1 atau dikenal juga dengan golongan obat inkretin mimetik diresepkan dokter apabila obat-obatan diabetes melitus seperti yang sudah disebutkan di atas belum mampu mengontrol kadar gula darah Anda. Obat kencing manis ini diberikan melalui suntikan.

Obat ini memiliki kandungan amylin, yaitu asam amino yang diproduksi bersama hormon insulin di pankreas. Cara kerjanya adalah dengan merangsang sekresi (pengeluaran) hormon alami yang diproduksi oleh tubuh tepatnya di dalam usus, yaitu inkretin.

Hormon inkretin dapat merangsang pelepasan insulin setelah makan sehingga meningkatkan produksi insulin dan menurunkan glukagon atau gula yang diproduksi oleh hati.

Dengan begitu, Agonis reseptor GLP-1 dapat menghambat dan mengurangi pelepasan glukosa yang diproduksi setelah makan. Obat diabetes ini juga membantu memperlambat pencernaan sehingga mencegah lambung cepat kosong dan menahan nafsu makan.

Contoh obat kencing manis golongan agonis reseptor GLP-1 adalah:

Ecenatide
Liraglutide
Semaglutide
Albiglutide
Dulaglutide
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa liraglutide dan semaglutide dapat membantu mengurangi risiko serangan jantung dan stroke pada orang yang berisiko tinggi terhadap kedua kondisi tersebut.

Efek samping obat kencing manis ini termasuk mual, muntah, dan kenaikan berat badan. Bagi beberapa orang, obat kencing manis ini dapat meningkatkan risiko pankreatitis.

7. Inhibitor SGLT2

Sodium-glucose co-transporter-2 (SGLT2) adalah inhibitor golongan baru yang juga sering digunakan dalam pengobatan diabetes.

Golongan obat diabetes melitus ini bekerja dengan mengurangi penyerapan kembali glukosa dalam darah. Dengan begitu, glukosa akan dikeluarkan melalui urine, sehingga gula yang menumpuk atau beredar di dalam darah akan berkurang.

Jika diimbangi dengan diet yang benar serta program latihan fisik yang rutin, obat golongan ini efektif membantu mengendalikan gula darah yang tinggi pada pasien dengan diabetes tipe 2.

Dokter biasanya tidak akan memberikan obat ini bagi mereka yang memiliki diabetes tipe 1 dan diabetes ketoasidosis.

Beberapa contoh obat kencing manis golongan inhibitor SGLT2 adalah:

Dapagliflozin
Canagliflozin
Empagliflozin

Baca juga: 7 Obat Sakit Maag Herbal, Kunyit hingga Nanas, Simak Cara Olahnya

8. Inhibitor alfa-glukosidase

Tidak seperti kebanyakan jenis obat diabetes lainnya, golongan obat inhibitor alfa-glukosidase tidak memberikan efek langsung pada sekresi atau sensitivitas tubuh terhadap insulin. Sebaliknya, obat ini memperlambat pemecahan karbohidrat yang terdapat dalam makanan bertepung.

Alfa-glukosidase sendiri merupakan salah satu enzim yang memecah karbohidrat menjadi partikel gula lebih kecil—yang disebut glukosa—yang kemudian diserap oleh organ dan digunakan sebagai energi.

Saat penyerapan karbohidrat melambat, perubahan zat pati (tepung) dalam karbohidrat juga menjadi lebih lambat. Hal ini memungkinkan proses perubahan pati menjadi glukosa berjalan perlahan-lahan. Hasilnya, kadar gula darah menjadi lebih stabil.

Obat golongan ini akan memiliki efek terbaik jika diminum sebelum makan. Beberapa obat diabetes yang masuk ke dalam golongan inhibitor alfa-glukosidase adalah:

Acarbose
Miglitol
Konsumsi obat kencing manis ini tidak menyebabkan gula darah rendah atau berat badan bertambah.

Namun, penggunaan obat ini bisa membuat Anda sering membuang gas dan mengalami efek samping masalah pencernaan. Jika sering mengalaminya segera konsultasikan ke dokter untuk menyesuaikan dosis yang lebih aman.

9. Terapi insulin

Kadar gula darah penderita diabetes dapat dikendalikan dengan menerapkan pola hidup sehat dan minum obat secara teratur.

Namun bagi orang dengan diabetes tipe 1, terapi insulin merupakan cara andalan untuk mengendalikan penyakitnya karena pankreas mereka tidak lagi bisa memproduksi insulin. Itu sebabnya, terapi insulin lebih umum ditujukan untuk orang dengan diabetes tipe 1, ketimbang menggunakan obat diabetes melitus.

Meski begitu, orang dengan diabetes tipe 2 kadang juga memerlukan terapi ini. Mereka perlu terapi insulin karena sekalipun pankreasnya masih dapat menghasilkan hormon insulin, tubuh tidak bisa merespons insulin yang dihasilkan secara optimal.

Biasanya dokter meresepkan terapi insulin bagi pasien diabetes tipe 2 yang tidak berhasil mengendalikan gula darahnya lewat perubahan gaya hidup dan pengobatan oral.

Terdapat beberapa jenis insulin tambahan yang digunakan untuk pengobatan diabetes. Jenis insulin dibedakan berdasarkan kecepatan kerjanya yang meliputi:

Insulin kerja cepat (rapid-acting insulin)
Insulin reguler (short-acting insulin)
Insulin kerja sedang (intermediate acting insulin)
Insulin kerja lambat (long-acting insulin)
Kombinasi obat-obatan untuk diabetes melitus
aturan minum obat
Sebelum meresepkan obat diabetes melitus, dokter akan mempertimbangkan berbagai hal yang terkait dengan kondisi kesehatan diabetesi, seperti:

Usia
Riwayat kesehatan
Jenis diabetes yang dialami
Keparahan penyakit
Prosedur medis atau terapi di masa lalu
Efek samping atau toleransi terhadap jenis obat tertentu
Dalam pengobatan penyakit kencing manis, ada banyak obat yang memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda dalam mengendalikan gula darah. Oleh karena itu, dokter mungkin bisa meresepkan beberapa jenis obat diabetes sekaligus jika dirasa akan lebih ampuh.

Selain itu, kombinasi obat dapat menjaga uji A1C (tes kadar gula darah 3 bulan terakhir) Anda terkendali dalam waktu lama dibandingkan dengan terapi tunggal atau pengobatan dengan satu jenis obat saja.

Obat metformin, misalnya, sering kali dikombinasikan dengan obat golongan sulfonilurea atau terapi insulin. Obat golongan sulfonilurea juga bisa dikombinasikan dengan obat diabetes golongan glitazone.

Sebaiknya Anda tidak sembarangan menghentikan konsumsi obat atau meminum diluar dosis yang telah ditentukan, sekalipun ketika cek gula darah Anda di rumah menunjukkan hasil yang normal.

Konsultasikanlah dengan dokter mengenai rencana pengobatan diabetes melitus. Nantinya, dokter yang akan memutuskan apakah pengobatan Anda berhasil atau harus ada yang diubah.

Apakah diabetesi harus minum obat selamanya?
Anda biasanya tak perlu lagi mengonsumsi obat diabetes apabila hasil pemeriksaan diabetes telah menunjukan:

Hasil tes hemoglobin A1C kurang dari 7%
Hasil gula darah puasa di pagi hari kurang dari 130 mg/dL
Hasil gula darah postprandial atau dua jam setelah makan harus kurang dari 180 mg/dL
Akan tetapi, untuk lepas dari penggunaan obat diabetes Anda harus menerapkan pola hidup sehat, mengatur makanan, serta berolahraga khusus diabetes dengan rutin. Bila perlu, Anda sebaiknya berkonsultasi pada ahli gizi untuk membantu Anda membuatkan aturan menu diet diabetes yang tepat. (hellodokter/kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved