Trump Kalah di Nevada, Pilpres Amerika Serikat Selesai Sudah, Hasil Negara Bagian Lain Tak Pengaruh
Hasil Pemilihan Presiden AS, untuk sementara Joe Biden telah mengumpulkan 264 poin dari kebutuhan minimal 270 suara electoral vote
Donald Trump Kalah di Nevada, Pilpres Amerika Serikat Selesai Sudah, Hasil Negara Bagian Lain Tak Pengaruh
TRIBUNJAMBI.COM - Hasil Pemilihan Presiden AS, untuk sementara Joe Biden telah mengumpulkan 264 poin dari kebutuhan minimal 270 suara electoral vote untuk memenangi Pilpres AS.
Nevada menjadi trending di Twitter pada Kamis (5/11/2020). Wilayah ini akan menjadi penentu kemenangan calon presiden AS Joe Biden di Pemilu Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2020.
Adapun Trump tercatat mengumpulkan 214 suara. Peta pertarungan Trump dan Biden tinggal menyisakan empat negara bagian pertarungan yakni Nevada, Pennsylvania, Carolina Utara, dan Georgia.
Jika Nevada dapat memberikan dukungan kepada Biden, kemenangan sudah pasti diraih, tepat dengan 270 suara, apa pun hasil di negara bagian lain. Jika tidak, harapan Biden untuk kembali ke Gedung Putih tampak tipis sekalipun belum konklusif.
Baca juga: BREAKING NEWS Lagi, Mahasiswa di Jambi Turun ke Jalan Demo Tolak UU Cipta Kerja yang Telah Disahkan
Baca juga: VIDEO Hampir Pasti Menang Jadi Presiden AS Biden Butuh 6 Suara Lagi, Donald Trump Kemungkinan Kalah
Baca juga: Biden Menang, Pendukung Trump Mulai Turun ke Jalan, Minta Proses Penghitungan di Michigan Dihentikan
Biden sementara unggul
Calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden disebut unggul tipis dari petahana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam penghitungan suara sementara di negara bagian Nevada.
Dilansir Fox News, Kamis (5/11/2020), Biden saat ini unggul dengan raihan 49,3 persen suara berbanding raihan 48,7 persen suara milik Trump.
Selisih perolehan suara dua kandidat tersebut dilaporkan kurang dari 8 ribu suara. Hanya saja, suara yang masuk di Nevada baru 75 persen.

Apabila Biden memenangkan negara bagian Nevada, maka akan melenggangkan mantan wakil presiden AS itu ke White House. Sebab, Nevada memiliki 6 electoral votes.
Mengenal Nevada
Nevada adalah sebuah negara bagian di Amerika Serikat Bagian Barat. Berbatasan dengan Oregon di barat laut, Idaho di timur laut, California di barat, Arizona di tenggara, dan Utah di timur.
Dirangkum dari Britannica, luas wilayah Nevada berada di posisi ke-7 terluas dari 50 negara bagian di AS. Ibu kota negara bagian Nevada adalah Carson.
Nevada menjadi negara bagian ke-36 pada tanggal 31 Oktober 1864.
Baca juga: Kawal Persidangan Ketuanya, Ratusan Anggota SPI Berkumpul di Pengadilan Negeri Tebo
Baca juga: Fakta Pemulung Baca Alquran di Emperan, Jalan Kaki Garut-Bandung untuk Menyambung Hidup
Baca juga: Spoiler One Piece Chapter 995 - Diantar Sanji dan Jinbei, Luffy ke Puncak untuk Hadapi Kaido
Nevada terletak di wilayah pegunungan yang mencakup padang rumput semi kering yang luas dan gurun alkali berpasir. Hal ini menjadikan Nevada sebagai negara bagian paling kering di AS.
Negara bagian ini mengambil namanya dari bahasa Spanyol yakni nevada yang artinya berpakaian salju, mengacu pada pemandangan pegunungan tinggi Sierra Nevada di perbatasan barat dengan California.
Nevada, yang pada awal abad ke-21 adalah salah satu negara bagian dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di negara itu lantaran berkembangnya di tambang perak yang kaya di Comstock Lode.
Tapi, kini Nevada terkenal dengan kasino dan perjudian di Las Vegas yang berkembang menjadi pusat hiburan dan klub malam yang mewah.

Mayoritas penduduk Nevada adalah keturunan Eropa, lebih dari empat perlima di antaranya lahir di Amerika Serikat.
Selain itu, seperempat penduduk negara bagian tersebut adalah orang Hispanik yang sebagian besar berasal dari Meksiko dan Kuba, dan terkonsentrasi di tenggara.
Orang Afrika-Amerika, yang kebanyakan tinggal di daerah Las Vegas dan Reno, berjumlah sekitar sepersepuluh dari populasi.
Penduduk asli Amerika dari suku Paiute, Shoshone, dan Washoe tinggal di beberapa wilayah dan merupakan sebagian kecil dari populasi negara bagian.
Baca juga: Covid-19 di Batanghari Meningkat, Belajar Tatap Muka Belum Diperbolehkan, Disdik Keluarkan Edaran
Baca juga: Adegan Amanda Manopo Buka Baju Arya Saloka Jadi Sorotan, Pacar Billy di Sinetron Ikatan Cinta Heboh!
Baca juga: Saling Pertahankan Argumen, Hasil Rapat Tak Ada Kesepakatan, UMK Jambi Tahun 2021 Masih Sama
Skenario Jika Trump Tolak Kekalahan
Pertarungan sengit tampak pada pemilihan presiden Amerika Serikat. Lihat saja, perolehan suara antara Donald Trump dari Repulik dan Joe Biden dari Demokrat sangat ketat.
Alhasil, semua kemungkinan bisa terjadi dalam pemilihan kali ini. Salah satunya adalah jika Presiden Donald Trump kalah, namun tak mau mengakuinya.
Inilah beberapa skenario yang dijelaskan oleh pengamat politik AS di Australia, Dr Emma Shortis.
Bagaimana jika Trump mengundurkan diri dan menjadikan Mike Pence presiden?
Bisa saja terjadi. Dr Shortis mengatakan Trump bisa memenangkan pilpres, kemudian mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan presiden kepada wakilnya Mike Pence.
"Kita telah melihat hal itu terjadi dalam sejarah AS, ketika Presiden Richard Nixon mengundurkan diri," jelasnya.
"Dengan asumsi Donald Trump menang, Mike Pence bisa menjadi presiden dan menjalankan sisa masa jabatan jika Trump mengundurkan diri," katanya.
Pengunduran diri presiden AS paling terkenal dilakukan Presiden Nixon pada tahun 1974, dua tahun setelah skandal Watergate, dimana lima orang yang terkait dengan Partai Republik kedapatan membobol markas Partai Demokrat di Washington.
Baca juga: Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Ajukan 2,2 Juta Vaksin Covid-19 untuk Provinsi Jambi
Baca juga: Rekomendasi HP Rp 1 Jutaan di Jambi Ada yang RAM 4GB - Samsung, Oppo, Realme, Vivo, Xiaomi
Baca juga: VIDEO Viral Pengakuan Habib Rizieq Akan Kembali ke Indonesia dalam Waktu Dekat
Pengunduran diri Nixon Itu memberi jalan bagi wakil presiden Gerald Ford untuk melanjutkan masa jabatan presiden.
Jika Biden menang tetapi kemudian meninggal dunia, bisakah Kamala Harris menjadi presiden?
Jawabnya, bisa.
Jika Joe Biden memenangkan pilpres tetapi kemudian meninggal, maka wakilnya akan menjabat sebagai presiden.
Kamala Harris kemudian berkantor di Oval Office sebagai presiden wanita AS pertama hingga pilpres berikutnya.
Bisakah Trump menyatakan diri menang sebelum perhitungan suara melalui pos?
Dr Shortis mengatakan Trump bisa melakukan hal itu, tapi itu jelas bukan taktik yang sah.

"Tidak ada yang bisa menghentikan Trump untuk mengklaim seperti itu. Meski tidak benar, seperti banyak hal yang dia katakan, tapi Trump bisa membuat pengumuman seperti itu," jelasnya.
"Trump sebelumnya telah mengatakan jika hasil perhitungan suara begitu ketat, maka dia akan menyatakan diri sebagai pemenang."
Dr Shortis mengatakan demokrasi Amerika saat ini berada dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya terkait dengan apa yang bisa terjadi di saat suara dihitung minggu ini.
"Konstitusi Amerika Serikat sangat jelas mengatur tentang transisi kekuasaan, tapi mengasumsikan orang bertindak dengan itikad baik dan sesuai dengan aturan masyarakat. Kita tahu Trump tidak terlalu peduli tentang semua itu," jelasnya.
"Semuanya sangat tergantung pada reaksi orang di sekitarnya, reaksi media. Jadi pada dasarnya tergantung pada seberapa kuat institusi-institusi Amerika."
Baca juga: Pelaku Utama Pembunuhan Pedagang Kentang di Pasar Angso Duo Terancam 15 Tahun Penjara
Baca juga: Dosen IPB Diperiksa KPK, Ini Perannya Terkait Gratifikasi Mantan Pejabat BPN Kalimantan Barat
Baca juga: Pasien Sembuh dan Positif Covid-19 di Kota Jambi Bertambah Satu Orang
Singkatnya, tergantung pada peradilan, penegak hukum dan lembaga konstitusi lainnya, serta media, untuk memastikan setiap klaim yang tidak valid oleh Trump diselidiki secara adil dan transparan.
Bila Trump menang masa jabatan kedua, bisakah dia menghadapi pemakzulan untuk kedua kalinya?
Menurut Dr Shortis, tidak ada batasan seberapa banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mendakwa seorang presiden AS.
"Itulah mengapa pemilihan Senat kali ini sangat penting," jelasnya. "Jika Demokrat memenangkan Senat, hampir pasti mereka akan melakukan pemakzulan terhadap Trump lagi (bila Trump menang)."
Jika kalah, apakah Donald Trump dapat kembali mencalonkan diri pada pilpres 2024?
Jawabnya, bisa. Di Amerika Serikat, jabatan presiden dibatasi dua periode, dan bisa tidak berurutan (masa periodenya).
Bisakah Trump dihukum jika menolak menerima kekalahan pilpres? Shortis mengatakan pertanyaan ini cukup rumit.
"Jika dia menolak untuk meninggalkan kantor dan menolak mengakui kekalahannya, itu berarti Konstitusi dan supremasi hukum tidak diakui," katanya.

"Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh rakyat, tapi pada dasarnya baru pada 20 Januari mendatang ketika kekuasaan presiden mengalami transisi."
"Dengan asumsi semuanya berjalan sesuai dengan yang diindikasikan oleh jajak pendapat, maka Biden akan menjadi panglima tertinggi AS pada Januari dan dia dapat memerintahkan militer untuk menyingkirkan Trump (dari Gedung Putih)," jelasnya.
Dr Shortis mengatakan banyak hal yang akan terjadi antara waktu pengumuman pemenang pilpres dan tanggal pelantikan presiden AS 20 Januari 2021.
Baca juga: Ketiak Mulus Shandy Aulia Mendadak Jadi Sorotan Saat Tampil dengan Baju Renang Seksi: Ya Ampun!
"Kami akan melihat krisis konstitusional sepenuhnya (bila Trump menolak untuk menyerah). Menurut saya penyelesaiannya tidak akan mudah," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Apa yang Terjadi jika Trump Menolak Kekalahan di Pilpres AS?