Berita Sarolangun
FAKTA Terungkap, Suku Anak Dalam di SD 191 Air Hitam Meningkat, Ada yang Jadi Guru
Helmi mengatakan, guru-guru yang mengajar Suku Anak Dalam berasal dari warga setempat, yang paham dan tahu karakter, umumnya warga yang berdomisili
Penulis: Rifani Halim | Editor: Duanto AS
Dalam video yang beredar dengan logo RIK Production, Temenggung Ngadap menjadi pembina upacara.
Meski di tengah hutan, upacara dilakukan seperti pada umumnya.
Ada pengibaran Bendera Merah Putih, pembacaan Pancasila.
Kemudian, ada pembacaan dan Undang-undang Dasar 1945 oleh Jenang Suku Anak Dalam, Yarani, dan pembacaan Teks Proklamasi oleh Menti, warga Suku Anak Dalam.
Saat upacara, Temenggung Adat melakukan pidato.
Video tersebut isinya menjadi viral di dunia internasional.
Dalam bahasa lokal setempat, Temenggung Ngadap, mengatakan secara tegas seluruh rakyat di hutan harus mempertahankan hutan untuk kehidupan anak cucu.
Berikut ini penggalan pidato tersebut.
"Seluruh rakyat yang di rimbo (hutan), mari kita bersatu mempertahankan hutan adat untuk kehidupan kita.
"Marilah ini kita saudara, kita mempertahankan hutan adat untuk kehidupan kita. Kareno itu anak cucu kito, kalau hutan ini habis, di mana lagi tempatnyo hidup," ujarnya.
"Bebalik itu kepada nenek moyang kito, tumpah darah kito dalam rimbo, bukan dalam kota, bukan," tegas Temenggung Ngadap.
"Jadi kito harus kito pertahankan hutan tanah kito, Hutan Adat Sungkai Lubuk Dalam ini. Hutan ini bukan punyo kito sendiri, samo-samo kita menjago Hutan Sungkai jangan sampai diserobot orang," ujarnya.
Temenggung Ngadap juga berpesan walaupun nanti dirinya sudah meninggal dunia, hutan harus tetap dijaga demi anak cucu.
Upacara di Merangin
Belasan anggota Suku Anak Dalam (SAD) yang tinggal di Desa Pelakar Jaya, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin juga ikut mengibarkan Bendera Merah Putih.
