Sri Mulyani Beberkan Pemimpin di Era Transformasi Digital, Jawabannya Mengejutkan
Sri Mulyani mengungkap siapa pemimpin di era transformasi digital saat ini. Covid-19 telah memaksa masyarakat untuk melakukan transformasi digital.
“Tidak satu minggu, tidak hanya satu bulan, ini sudah bulan ketujuh. Ini merupakan suatu tantangan yang luar biasa yang mengubah secara luar biasa cepat dan harus kita atasi,” ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Koleksi Meriam Belanda di Museum Perjuangan Rakyat Jambi Bertambah Jadi 8 Unit
Transformasi digital dan kolaborasi penting saat pandemi
Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan, percepatan transformasi digital dan semangat kolaborasi riset menjadi pelajaran penting khususnya bagi Indonesia di masa pandemi Covid-19.
"Sebagaimana yang telah kita ketahui sebelum masa pandemi, kita telah berada di era revolusi industri 4.0. Kemudian, masa pandemi bagi Indonesia setidaknya telah mempercepat perlunya melakukan transformasi digital karena semuanya kini dilakukan dalam less contact economy (ekonomi minim kontak), sehingga kita biasa menyebut situasi saat ini sebagai less contact economy," kata Menristek Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Senin (5/10/2020).
Dengan percepatan transformasi digital, semakin banyak kegiatan rutin yang akan tergantikan oleh pendekatan digital termasuk dalam dunia pendidikan.
Menristek Bambang ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan 17th Annual Meeting of Science Technology in Society forum (STS forum) yang diselenggarakan pada 3–6 Oktober 2020 secara virtual karena pandemi Covid-19.
Baca juga: VIDEO VIRAL Emak-emak Naik Motor Lalu Nyangkut di Berikade Kawat Berduri
Kegiatan tersebut mengusung tema "Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Era Pasca Covid-19".
Menristek mengikuti dua kegiatan pada rangkaian acara tersebut yakni, 17th Science and Technology Minister Roundtable dan Session 200 : Science and Technology Education for Society pada 3–4 Oktober 2020.
STS forum merupakan lembaga nirlaba internasional yang dibentuk pada tahun 2004 di Jepang, yang bertujuan untuk memajukan kontribusi Ilmu pengetahuan dan Teknologi (Iptek) di dunia, serta mengembangkan jejaring antara pemangku kepentingan iptek dari sektor bisnis, politik, akademisi, pemerintah, dan media massa.
Pada kegiatan Session 200: Science and Technology Education for Society, Menteri Bambang menjadi pembicara kunci dalam diskusi panel bersama pembicara dari negara lain.
Dia menyampaikan perspektif Indonesia tentang perekonomian global pasca-Covid-19 dan peran penting yang akan dimainkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi terlebih peran universitas dalam hal penelitian dan pendidikan.
Meskipun saat ini butuh upaya lebih untuk beradaptasi dari pembelajaran luar jaringan ke pembelajaran dalam jaringan (daring), Menristek Bambang yakin bahwa pembelajaran secara daring harus tetap dilanjutkan karena pembelajaran itu akan menjadi masa depan dari pendidikan itu sendiri.
Namun, hal itu akan dikombinasikan dengan metode luar jaringan. Sama halnya dengan ekonomi minim kontak yang tetap diberlakukan dan terus dikembangkan bahkan saat masa pandemi berakhir.
"Kita perlu membiasakan transformasi digital ke dalam kegiatan ekonomi konvensional dan memastikan masyarakat semakin senang untuk melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis melalui pendekatan digital dibandingkan cara tradisional sebelumnya," ujar Menristek Bambang.
Dia juga mengatakan pelajaran penting lainnya dari masa pandemi Covid-19 adalah memberikan dampak positif di bidang riset terlebih dalam hal peningkatan semangat kolaborasi riset yang dilakukan oleh para peneliti baik di perguruan tinggi maupun lembaga riset.