Industri
IMIP Dominasi Pasar Nikel Dalam Negeri, Geser Posisi Antam dan INCO
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, IMIP sudah menguasai 50% dari produksi hilir nikel di Indonesia pada 2018
TRIBUNJAMBI.COM - Ternyata Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang saat ini merajai pasar nikel dalam negeri.
Dalam empat tahun terakhir IMIP mampu menggeser dua perusahaan, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dalam penguasaan produk nikel di Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, IMIP sudah menguasai 50% dari produksi hilir nikel di Indonesia pada 2018.
Porsi Vale menurun jadi 22% dan Antam hanya 5% saja. Padahal, Vale masih menguasai produksi nikel dengan porsi 77% pada tahun 2014.
Ketika itu, Antam memiliki pangsa pasar 19% dan perusahaan lainnya sebesar 3%.
Baca juga: Merger Bank Syariah Pelat Merah Bisa Mendominasi Pasar Perbankan Syariah
Baca juga: Pasca Pengumuman Kemenangan Jokowi-Makruf, Begini Arah Pasar Saham
Perusahaan nikel BUMN itu juga sudah tersalip oleh Virtue Dragon yang memegang porsi produksi nikel sebesar 11%, Harita Group 6% dan perusahaan lainnya sebesar 6%.
"Apa yang terjadi pada 2023, pasti komposisinya akan berubah drastis lagi. Luar biasa perkembangannya," ungkap Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif dalam webinar tentang pemanfaatan nikel yang digelar Selasa (13/10).
Dia menambahkan, industri hilir nikel semakin kompetitif dan masih menjanjikan, baik untuk pengembangan industri berbasis stainless steel maupun untuk industri baterai.
Sayangnya, hingga sekarang seluruh produk yang dihasilkan smelter di Indonesia masih dalam intermediate product atau produk setengah jadi.
Secara keseluruhan, lebih dari 90% produk smelter Indonesia masih berupa produk berbasis nikel pig iron (NPI).
Baca juga: Bikin Geger Pengunjung Pasar Atas Sarolangun, Ikan Raksasa Seberat 38 Kg Dijual
Baca juga: CEK Data Penanganan Covid-19 di Indonesia, Tunjukan Hasil Signifikan
"Perkembangan produksi smelter cukup signifikan, tetapi 99%, atau semuanya 100% masih intermediate produk. 90% lebih adalah produk NPI," ujar Irwandy.
Berdasarkan jenis kemurniannya, nikel yang produksi di Indonesia juga masih didominasi oleh nikel kelas dua yang menghasilkan NPI atau feronikel.
Sedangkan porsi nikel kelas satu untuk menghasilkan nikel matte dan mixed hydroxide precipitate (MHP) masih mini.
Saat ini, kebutuhan nikel global juga masih didominasi untuk industri stainless steel sebesar 71%.
Sedangkan untuk kebutuhan industri lainnya seperti baterai masih mini, yakni 3%.
Namun, pembangunan smelter di Indonesia sudah mulai beragam.
Baca juga: ASN Sampai Kelimpungan, Sang Gubernur, Edy Rahmayadi Dikejar dan Diteriaki Mana Bayaran Kami Pak!
Irwandy mengungkapkan, paling tidak sudah ada enam perusahaan yang berencana membangun smelter nikel dengan high pressure acid leaching (HPAL).
Dari keenam smelter HPAL itu, lima diantaranya ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2021 mendatang.
Keenam perusahaan yang membangun smelter HPAL itu adalah PT Halmahera Persada Lygend, PT Adhikara Cipta Mulia, PT Smelter Nikel Indonesia, PT Huayue, PT QMB dan PT Vale Indonesia.
Belum lagi, rencana holding pertambangan MIND ID untuk membangun smelter HPAL yang terintegrasi dengan industri baterai untuk kendaraan listrik (EV) dan penyimpanan energi listrik (storage).
MIND ID melalui Antam, bersama PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) rencananya akan membangun dua pabrik baterai integrasi.
Dengan adanya rencana pengembangan di industri hilir tersebut, Irwandy yakin investasi nikel di Indonesia akan semakin menarik.
Apalagi dari sisi hulu, dia menyebut bahwa wilayah greenfield yang bisa dieksplorasi masih sangat luas.
"Potensi cadangan yang besar dan peluang industri hilir. Indonesia menjadi menarik untuk pengembangan investasi nikel," imbuh Irwandy.

Adapun, merujuk pada data dari Badan Geologi Kementerian ESDM, hingga Juli 2020, total neraca sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 11,88 miliar ton.
Sedangkan total sumber daya logam nikel sebesar 174 juta ton.
Lalu, neraca cadangan bijih nikel hingga Juli 2020 tercatat sebesar 4,34 miliar ton.
Sementara total cadangan logam nikel sebesar 68 juta ton. Data tersebut dikumpulkan dari 328 lokasi di Indonesia.
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara menjadi tiga provinsi dengan sumber daya dan cadangan nikel terbesar.
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Bukan Antam ataupun INCO, ini penguasa terbesar pangsa pasar nikel nasional"