Jubir Satgas Covid Positif

Pandemi Covid-19, Angkutan Travel Jambi-Sabak Sepi Penumpang

Ia mengatakan kondisi ini membuat dirinya dan teman-teman sopir lain tidak dapat jalan setiap hari.

Penulis: Monang Widyoko | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
Tribunjambi/widyoko
Saiful bersama mobilnya jurusan Jambi-Sabak, Senin (5/10/2020). Ia mengatakan kondisi pandemi Covid-19 mempengaruhi roda perekonomian. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kondisi pandemi Covid-19 membuat angkutan travel Jambi-Sabak sepi penumpang. Hal ini dirasakan Saiful (36) satu diantara sopir travel yang mangkal di area Pasar Jambi.

Ia mengatakan kondisi ini membuat dirinya dan teman-teman sopir lain tidak dapat jalan setiap hari.

"Sepi penumpang sekarang. Tidak seperti dulu yang setiap hari berangkat. Sekarang itu seminggu hanya bisa dua sampai tiga hari saja jalannya. Kan kami di sini banyak, jadi kami harus berbagi penumpang," ungkapnya saat ditemui Tribunjambi.com, Senin (5/10/2020).

Ia mengatakan hal ini dikarenakan banyak warga Sabak yang takut jalan ke Jambi. Sehingga penumpang yang dulunya ramai menjadi sepi.

Akibat Pandemi, Travel Umrah Graha Malika Kembalikan Semua Uang Calon Jamaah Umrah

Terpidana Mati Cai Changpan Kabur, Mabes Segera Gelar Perkara Tentukan Status Petugas Lapas

Jejak Masa Lalu Zumi Zola, Pacaran lalu Sekolah di Bogor hingga S2 ke London

"Rata-rata takut mereka ke sini. Kemudian juga karena faktor ekonomilah. Kan saya biasa itu banyak angkut pengusaha. Jadi orang sana itu belanja grosiran ke Jambi," ujarnya.

"Memang kondisi pandemi ini berpengaruh besar akan perekonomian. Daya beli orang di Sabak menurun, membuat para pengusaha kesulitan menjual barang dagangan sehingga mereka jarang ke Jambi. Imbasnya kami jadi sepi penumpang," jelas Saiful.

Biasanya Saiful dan teman travel lain bisa setiap hari jalan tiga sampai empat kali trip perharinya.

"Sekarang seminggu itu cuma berapa triplah, enam kali PP perminggu saja sudah syukur dan itu pun cuma tiga sampai empat penumpang. Kan di dalam jaga jarak," katanya.

Ia mengatakan sebelum pandemi ia bisa dapat Rp 500 ribu bersih paling besar. Sekarang untuk mendapatkan Rp 200 ribu bersih saja sudah sulit.

"Harapan kami semua di sini, ya sebaiknya pemerintah itu beri potongan subsidilah ke listrik dan juga bahan bakar. Agar kami bisa menggunakan dana tadi untuk kebutuhan lainnya,".

"Lalu juga untuk dana-dana bantuan itu, kalau bisa transparanlah. Agar semua tepat sasaran. Jangan yang sudah kaya pun dapat, sampai yang tidak mampu tidak kebagian," harapnya.

Meski pendapatannya berkurang ia masih tetap bersyukur masih bisa menghidupi keluarganya.
"Walaupun sedikit tapi setidaknya adalah yang saya dapatkan. Dicukup-cukupkanlah untuk segala kebutuhan di rumah," tutupnya.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved