Penanganan Covid
KISAH Eks Survivor Buat Gerakan Temanco untuk Bantu Dukung Kesehatan Mental Pasien Covid-19
"Selain soal gejala fisik, kadang bagi saya perjuangan mental terasa lebih berat, karena merasa sendiri, diasingkan," kata Ara dalam siaran radio
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Perjuangan para penyintas (survivor) Covid-19 tidak sebatas pada penyembuhan atau pemulihan kesehatan setelah terpapar virus corona.
Namun juga soal perjuangan bagaimana menjaga kesehatan mental agar tetap berpikir positif agar imun tidak menurun.
Hal tersebut seperti yang diceritakan Ara Wiraswara, mantan survivor Covid-19 dari Bogor yang telah menjalani karantina lebih dari 100 hari dan 17 swab tes.
"Selain soal gejala fisik, kadang bagi saya perjuangan mental terasa lebih berat, karena merasa sendiri, diasingkan," kata Ara dalam siaran radio Polemik Trijaya, Sabtu (3/10/2020).
Walaupun keluarga maupun sahabatnya mendukung Ara, ia mengungkapkan terkadang dirinya merasa lelah karena hasil swabnya tidak kunjung dinyatakan negatif.
Sedangkan kebijakan pemerintah pusat di awal pandemi pasien Covid-19 baru dinyatakan tidak berpotensi menularkan virus jika hasil swab sudah dinyatakan negatif sebanyak dua kali.
"Yang paling sulit bagi saya pada saat menjalani proses penyembuhan adalah manajemen stress. Bayangkan tiga bulan di rumah seperti tahanan rumah, kalaupun keluar itu ke RSUD untuk melakukan swab," ungkapnya.
Beragam suplemen maupun obat yang direkomendasikan padanya pun sudah dicoba.
Bahkan dalam jadwal harian terkadang bergitu padat dengan jadwal minum suplemen dan obat dari dokter.
"Apapun suplemen dan obat yang disarankan teman untuk mempercepat penyembuhan saya konsumsi. Walaupun untuk mendapatkan swab negatif saya perlu waktu yang begitu lama," katanya.
Hal ini yang membuatnya berinisiatif membuat gerakan Teman lawan Covid-19 (Temanco), untuk membantu memberikan dukungan kesehatan mental bagi para survivor Covid-19.
Ia berharap pengalamannya sebagai penyintas Covid-19 dapat membantu pasien Covid-19 yang masih berjuang untuk pemulihan.
"Kita bukan bermaksud menggantikan peran dokter dan perawat. Karena setiap pasien Covid-19 itu kan ada gejala fisik dan gejala klinis. biar para dokter dan perawat yang bekerja menyembuhkan gejala klinis para pasien Covid-19," katanya.
Ara menjelaskan para relawan yang tergabung dalam Temanco baru berjumlah 35 orang sejak didirikam September dan masih berfokus di area Bogor.
Satu survivor masing-masing membantu satu pasien dan memulihkan psikis pasien Covid-19 lewat aplikasi WhatsApp, atau dapat disebut sebagai teman curhat.
"Begitu ada pasien yang ada di Dinkes Bogor masuk dari kenalan kami, kami coba sambungkan dengan karakteristik dan umur serta gejala mantan survivor. Platformnya baru berbasis WA," katanya.
Temanco juga berupaya memberikan dukungan ekonomi bagi pasien Covid-19, memberikan edukasi bagi masyarakat agar tidak mengucilkan pasien Covid-19 serta menjadi support system bagi penyintas Covid-19.
"Kami juga bergerak ke arah pendampingan warga dan memberikan edukasi, agar menjadi support system bagi pasien Covid-19. Ini juga menjadi obat psikisnya, insya Allah," tambah Ara.
Pemerintah lewat Satgas Covid-19 saat ini terus menggencarkan kampanye penyuluhan 3M (Memakai masker, rajin mencuci tangan, dan selalu menjaga jarak).
Kampanye 3M ini terus menerus disosialisasikan agar masyarakat tidak lupa bahwa penyebaran Covid-19 banyak datang dari pergerakan manusia.
Tribunnews.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan.
Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak). Bersama-kita lawan virus corona.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Eks Survivor Buat Gerakan Temanco untuk Bantu Dukung Kesehatan Mental Pasien Covid-19
• ANDA HARUS TAHU! Masyarakat Tidak Dianjurkan Lakukan Olahraga Beregu
• TIPS Tetap Bugar Selama WFH di Tengah Pandemi Covid-19, di Antaranya Istirahat yang Cukup
• Ketua PP Muhammadiyah dan Moeldoko Bertemu, Ini Masukan Tentang Perlindungan Tenaga Kesehatan