UMKM Jambi

UMKM Jambi - Laris Manis Bubur Tim Shaqila di Kota Jambi, 3 Jam Kantongi Omzet Rp 300 Ribu

Afis mahasiswa Stikom mengaku, dia hanya perlu berjualan selama tiga jam untuk mendapatkan omset sebanyak Rp300 ribu per hari.

Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Nani Rachmaini
(Tribunjambi/rinaldi)
Afis pedagang bubur tim Shaqila di kawasan Asparagus, 16, Kota Jambi 

Laris Manis Berjualan Bubur Tim di Kota Jambi, Tiga Jam Kantongi Omset Rp300 Ribu

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI – Siapa yang tidak tau bubur Tim, makanan pendukung untuk bayi ini memang dibutuhkan saat bayi belajar makan ( UMKM Jambi ).

Bukan cuma bayi, orang dewasa yang memiliki masalah lambung juga dianjurkan mengkonsumsi menu yang satu ini ( kuliner Jambi ).

Selain itu, bubur yang memiliki tekstur sangat lembut ini sangat cocok untuk dikonsumsi oleh lansia. Tidak heran jika saat ini, penjual bubur ini selalu dicari orang ( UMKM Jambi ).

Afis mahasiswa Stikom mengaku, dia hanya perlu berjualan selama tiga jam untuk mendapatkan omset sebanyak Rp300 ribu per hari ( tempat kuliner di Jambi ).

Dibantu temanya habibi, afis membuka lapak danganyanya dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 09.00 WIB ( tempat makan di Jambi, tempat nongkrong di Jambi ).

BREAKING NEWS: Napi Lapas Kuala Tungkal Meninggal Dunia, Kronologi Keluhan Awal Tak Ingin Makan

Kepala BNPB Sebut Risiko di Zona Merah yang Melaksanakan Pilkada Cenderung Menurun

Mantan Tukang Ojek ini Sukses Jadi Juragan Bubur Tim, Nurcholis Kini Miliki 22 Lapak di Jambi

Saat ini, dua sahabat ini berjualan di Asparagus, lebih tepatnya di depan MM Angkasa.

Terpisah, Ica Ibu rumah tangga yang juga berjualan bubur tim, mengaku setiap hari dia mampu mengatongi keuntungan bersih di atas Rp50 Ribu.

Wanita berhijab ini memilih berjualan di Pasar Aurduri.

Ica sendiri baru tiga tahun berjualan bubur ini.

Dia mengaku menyukai pekerjaan ini karena waktunya yang tidak terlalu lama, sehingga masih dapat mengurus anak dan suami.

Afis dan Ica tidak memproduksi sendiri daganganya, mereka mengaku hanya menjualkan dagangan milik Nurcholis.

Nurcholis sendiri merintis usaha bubur tim di Jambi sejak tahun 2017 silam, mengusung brand SHAQILA saat ini dia telah memiliki 22 lapak yang tersebar di Kota Jambi.

Ica mengatakan, dia memilih menjadi bagian dari team pemasaran SHAQILA karena tidak harus repot memproduksi sendiri daganganya.

“Di sini saya tinggal jualan, jika tidak abis bisa dikembalikan,” ujarnya kepada Tribunjambi.com, Jum’at (2/10/2020).

Setiap hari Bubur Tim SHAQILA  menyedikan dua jenis bubur. bubur tim kasar dan bubut tim halus.

Bubur tim halus biasanya dikonsumsi oleh bayi berusia di bawah sembilan bulan.

Sedangkan bubur tim kasar untuk bayi di atas sembilan bulan.

Selain itu, Bubur Tim SHAQILA  juga selalu melakukan variasi rasa setiap harinya, sehingga konsumen tidak merasa bosan dengan bubur buatannya.

Kombinasi ikan salmon–wortel, belut–brokoli, ayam–kembang kol menjadi menu andalan.

Tidak jarang juga mengunakan daging dan berbagai jenis sumber protein lainnya untuk menciptakan variasi rasa baru.

Terkadang mengunakan beras merah untuk memberikan kualitas lebih bagi konsumennya.

Harganya sendiri bervariasi, untuk ukuran satu gelas kop, hanya dibanderol Rp5.000, setengah gelas Rp3.000 sedangkan tiga perempat gelas, dibandrol seharga Rp4.000.

Bubur Tim SHAQILA   beralamat di Lorong Kemuning, Kelurahan Rawa Sari, Kota Jambi.

Sosok Nurcholis Juragan Bubur Tim SHAQILA, Kini Miliki 22 Lapak di Jambi

Berawal dari saran anaknya untuk berhenti mengojek, Nurcholis memberanikan diri membuka usaha bubur tim 2015 silam.

Nurcholis sedang bersantai di teras rumahnya Jum'at (2/10/2020)
Nurcholis sedang bersantai di teras rumahnya Jum'at (2/10/2020) ((Tribunjambi/Rinaldi))

Saat itu, pria paruh baya ini masih tinggal di Jakarta. Di sanalah dia memulai usaha bubur tim ini.

Setelah dua tahun berjibaku di Jakarta, Nurcholis merasa kesulitan mengembangkan usahanya. Hingga tahun 2017 silam dia memutuskan untuk hijrah ke Sumatra.

Awalnya dia menargetkan Sumatra Selatan sebagai destinasi pengembangan usahanya.

Tapi setelah melakukan riset.

Akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke Kota Jambi.

Mengusung brand SHAQILA, lapak pertama pria yang biasa disapa pakde ini berada di Asparagus (kawasan 16), depan MM Angkasa.

Kala itu dia belum memiliki karyawan.

Pakde menceritakan, tiga bulan pertama dia mengalami kerugian, baru memasuki bulan ke empat sudah mulai ada keuntungan.

Walaupun hanya untuk biaya hidup sehari-hari.

Di bulan ke empat inilah dia merekrut karyawan pertamanya. Saat itu dia memperkerjakan tetangganya.

Satu minggu kemudian, dia membuka lapak baru di pasar villa dan merekrut karyawan keduanya.

Saat ini, Nurcholis yang bertempat tinggal di Lorong Kemuning, Kelurahan Rawa Sari, Kota Jambi ini sudah memiliki 22 lapak yang tersebar di seluruh Kota Jambi.

Omsetnya sendiri sudah mencapai Rp4 juta perbulan.

Keberhasilan pria asal Pati ini karena kerja keras dan keberanian dia untuk melakukan ekspansi pasar.

Ditambah lagi saat itu, belum ada usaha serupa di Kota Jambi.

Selain itu, dia juga selalu melakukan variasi rasa setiap harinya, sehingga konsumen tidak merasa bosan dengan bubur buatanya.

Kombinasi Ikan Salmon – Wortel, Belut – brokoli, ayam – kembang kol menjadi menu andalan dia.

Tidak jarang dia juga mengunakan daging dan berbagai jenis sumber protein lainya untuk menciptakan variasi rasa baru.

Terkadang dia menggunakan beras merah untuk memberikan kualitas lebih bagi konsumenya.

Setiap hari dia menyediakan dua jenis bubur, bubur tim kasar dan bubur tim halus.

Bubur tim halus biasanya dikonsumsi oleh bayi berusia di bawah sembilan bulan.

Sedangkan bubur tim kasar untuk bayi di atas sembilan bulan.

Harganya sendiri bervariasi, untuk ukuran satu gelas kop, hanya dibanderol Rp5.000, setengah gelas Rp3.000 sedangkan tiga perempat gelas, dia banderol seharga Rp4.000.

Bukan tanpa alasan dia memilih berjualan bubur tim, kebutuhan akan makanan sehat untuk Batita menjadi alasan utama.

Selain itu, bubur tim ini juga dicari oleh para lansia dan orang dewasa yang memiliki masalah lambung.

Nurcholis mengatakan, segmen pasar usahanya banyak, sedangkan yang menangkap peluang usaha itu hampir tidak ada.

“Awalnya hanya saya yang berjualan Bubur Tim ini,” ujarnya kepada Tribunjambi.com, Jum’at (2/10/2020).

Dalam menjalankan usahanya, dia menggunakan sitem gaji dan bonus untuk karyawannya.

Satu hari, karayawannya digaji Rp30 ribu.

“Walaupun tidak laku tetap saya gaji,” ujarnya.

Namun  jika target penjualanya tercapai, maka karyawan akan mendapatkan bonus yang lumayan besar.

Satu hari, karyawannya hanya ditargetkan menghasilkan omset Rp100 ribu.

Jika penjulanya mencapai Rp 200 ribu, akan mendapatkan bonus Rp10 ribu.

Dan ini berlaku kelipatan per Rp 100 ribu.

Tak heran jika banyak karyawannya yang mampu berpenghasilan di atas Rp 100 ribu per hari.

Selain itu, karyawanya tidak dibebankan membayar sewa tempat.

Semua sudah ditanggung dia.

Ditambah lagi pria kalem ini tidak pernah komplain jika dagangan karyawannya tidak habis.

Disaat Tribunjambi.com bertanya tentang punishment karyawan yang sedikit laku, dia hanya tersenyum.

Nurcholis mengatakan, jika dalam tiga bulan tidak ada progres penjualan dia akan memindahkan lokasi jualan karyawannya

Setiap hari lapaknya buka dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 09.00 WIB.

Nur hanya mewajibkan karyawanya berjualan selama tiga jam.

Jika ada yang mau menambah waktu jualan dia tidak pernah melarang.

(TribunJambi.com/Rinaldi)

Jadwal Sepak Bola Pekan Ini, Ada Liga Inggris Manchester United vs Spurs, Juventus vs Napoli

Soal Kisruh Rumah Tangga Rizki DA, Ruben Onsu: Pernikahan Tak Semudah yang Dibayangkan Orang Lain

Mantan Tukang Ojek ini Sukses Jadi Juragan Bubur Tim, Nurcholis Kini Miliki 22 Lapak di Jambi

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved